Gabriel Alessandro, seorang tangan kanan bos mafia terkenal di Itali. Memutuskan keluar dari organisasi tersebut dan pergi ke Indonesia, kampung halaman ibunya.
Ia memutuskan pergi karena dihantui rasa bersalah setelah meledakkan bom di sebuah panti asuhan atas perintah bosnya.
Disaat ia mencoba menikmati hidup, ia bertemu dengan seorang perempuan yang dikejar oleh banyak pria berbadan kekar.
Ia yang awalnya tidak peduli akhirnya memutuskan untuk menolong perempuan itu.
Lalu apakah pertemuan mereka akan berlanjut dan membawa kedua nya dalam kisah yang baru ? Atau hanya sekedar pertemuan yang akan terlupakan begitu saja ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada Apa Dengan Kak El ?
🌙🌙🌙
Hampir satu jam Gabriel menunggu. Meskipun sudah minum kopi tapi rasa kantuknya tidak mau mengalah.
Akhirnya ia sandarkan kepalanya di tembok dan perlahan memejamkan mata. Entah ia lelah karena fisik atau pikiran nya. Karena banyak hal yang akan mengubah hidupnya mulai hari ini.
Gabriel merasakan tepukan di pundaknya. Segera ia membuka mata. Seorang Dokter pria berdiri di depannya.
"Anda keluarga Nona Melati ?' Tanya sang Dokter.
"Iya saya kelurga nya". Jawab Gabriel masih enggan menyebut dirinya sebagai suami untuk saat ini.
"Mari ikut saya ke ruangan. Akan saya jelaskan". Akhirnya Gabriel ikut Dokter itu ke ruangan nya.
"Silahkan duduk".
Dokter mengambil hasil CT scan. Ia memperlihatkan nya pada Gabriel.
"Ini adalah kaki sebelah kiri Nona Melati. Sepertinya mengalami benturan yang cukup keras ya. Ada sedikit retak di tulangnya. Tapi tidak perlu operasi. Kami akan memasang gips untuk memulihkannya. Jadi mungkin beberapa waktu Nona Melati akan kesulitan berjalan". Terang sang Dokter.
Gabriel mengangguk. Ia paham. Ini adalah kesalahannya juga yang tidak sengaja menabrak Melati tadi pagi.
"Lakukan yang terbaik untuknya, Dok". Pinta Gabriel.
"Jika nanti gips nya sudah dilepas, Nona Melati bisa melanjutkan dengan terapi berjalan. Pelan-pelan saja".
Setelah mendengarkan banyak penjelasan, Gabriel pamit undur diri. Dokter mengatakan tidak perlu dirawat. Hanya konsumsi obat dan vitamin jangan sampai telat.
Sambil menunggu Melati keluar ruangan, ia memilih menebus obat di Apotek Rumah Sakit.
Kemudian ia kembali dan sudah melihat Melati duduk manis diatas kursi roda.
"Kamu sudah selesai ? Apa masih sakit ?"
"Iya. Kakiku rasanya sakit banget ". Kata Melati dengan mata berkaca-kaca.
"Yasudah ayo kita pulang. Biar kamu bisa tidur lebih nyaman". Gabriel meletakkan kantong obat di pangkuan Melati dan ia mulai mendorong kursi roda Melati.
"Kak El, beli kursi roda. Ini punya Rumah Sakit". Kata Melati mengingatkan.
"Iya".
Gabriel kembali ke Apotek tadi untuk membeli kursi roda. Setelah memindahkan Melati keatas kursi rodanya sendiri, Gabriel segera menuju mobilnya.
"Besok aku belikan kursi roda elektrik ya. Biar kamu tidak susah". Kata Gabriel.
"Tidak usah. Ini kan masih baru sayang kalau tidak dipake. Lagipula kan aku tidak lama pakai kursi rodanya ". Jawab Melati dengan wajah sedih.
Gabriel merasa hatinya sakit juga. Tiba-tiba kilasan bayangan saat ia mengebom sebuah panti asuhan berkelebat di dalam kepalanya. Ia memegang kepalanya kuat dan menggeleng.
"Kak El kenapa ? Kalau pusing kita berhenti dulu". Melati panik sebab Gabriel memegangi kepalanya.
"Iya". Akhirnya Gabriel menuruti saran Melati. Ia menghentikan mobilnya dikiri jalan. Kemudian mengambil air mineral yang berada di dasboard dan meminumnya.
Ia menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi. Memejamkan mata dan memijat keningnya. Melati hanya diam melihat itu. Tidak berani bicara apa-apa.
Kemudian ia membuka matanya dan menoleh pada Melati.
"Aku tidak apa-apa kok". Ucapnya kemudian sambil membuka dasboard dan mengambil sebuah botol obat kemudian meminumnya sebiji.
"Itu obat apa Kak ?" Tanya Melati penasaran.
"Hanya vitamin ". Jawab Gabriel kemudian melajukan mobilnya lagi. Tidak lama kemudian mereka sampai di Apartemen tanpa obrolan sama sekali.
Mereka masuk ke Apartemen setelah Gabriel menekan sandinya.
"Oiyah sandi pintunya, 123456. Barangkali kamu mau keluar". Kata Gabriel.
"Hah ? Biasa banget ? Tidak takut dibobol orang ?" Tanya Melati heran. Bisa-bisanya memberi sandi pintu dengan angka yang standar.
"Tidak. Lagipula tidak ada apa-apa disini. Tapi mungkin setelah ini ada banyak sekali perhiasan mu. Jadi nanti aku ganti"
"Aku ke kamar dulu. Setelah ini ada kurir makanan datang. Nanti panggil saja aku. Biar aku yang buka". Gabriel segera berlalu tanpa mendengar jawaban Melati.
"Kak El kenapa ya ? Perasaan tadi baik-baik aja. Kenapa sekarang sikapnya dingin". Pikir Melati. Ia adalah orang yang cukup peka saat orang di sekitarnya marah atau tidak nyaman.
"Mungkin perasaan ku saja". Ia masih berpikir positif.
Lalu dengan pelan ia melajukan kursi rodanya sendiri kearah dapur. Mengambil minum. Jujur saja ia memang lapar. Terakhir ia makan ketika sarapan pagi sebelum bertemu Damar.
Mengingat Damar, membuat nya merasakan sakit yang tidak terlihat.
"Kenapa bukan aku yang dijodohkan denganmu, Damar ?"
"Tapi tadi Pak Damar bilang kalau Rania sakit ? Apa betul ?"
Ting tong
Terdengar suara bel berbunyi. Kemudian disusul pintu terbuka. Ternyata Gabriel mendengarnya dan segera membuka pintu.
"Ayo kita makan. Kamu pasti lapar". Kata Gabriel.
Ia dengan cekatan menghidangkan beberapa jenis makanan diatas meja. Mengambil piring dan minum untuk mereka berdua.
"Maaf aku merepotkan". Ucap Melati tidak enak.
"Tidak apa. Makanlah ". Kata Gabriel tanpa melihat kearah Melati. Ia lebih fokus pada makanan nya.
Mendapati sikap Gabriel yang terasa dingin membuat Melati bertanya-tanya. Apa dia ada salah ? Tapi sejak di Rumah Sakit Gabriel masih tampak hangat. Banyak bicara padanya.
Hanya saat perjalanan pulang tiba-tiba Gabriel mendiamkan nya.
"Aku sudah selesai. Kamu lanjutkan saja. Nanti kalau butuh bantuan panggil aku". Seperti halnya tadi. Ia pun segera pergi tanpa mendengar balasan Melati.
Melati sejujurnya merasa tidak nyaman. Perasaan sesak tiba-tiba memenuhi rongga dadanya. Semua orang terasa tidak menginginkan kehadirannya.
Mulai dari Damar yang terang-terangan menolak nya, Saga yang dengan sengaja menikahkannya dan sekarang Gabriel yang tiba-tiba berubah.
"Aku memang tidak diinginkan siapapun". Kata Melati melanjutkan makan sambil berlinang air mata.
Perasaan sensitif akhir-akhir ini sering dirasakan nya. Semua orang rasanya tidak ada yang memperdulikan nya.
Selesai makan, Melati mencoba membersihkan meja, memasukkan sisa makanan ke kulkas dan mencuci piring. Ia tidak mau menjadi beban Gabriel. Mungkin karena itu pria yang beberapa jam lalu jadi suaminya tiba-tiba berubah.
Ia paham sekarang. Gabriel pasti tidak mau direpotkan dengan keadaan Melati yang seperti ini.
Maka ia bertekad untuk melakukan apapun sendiri. Tidak boleh bergantung pada orang.
Meskipun pernikahan ini tanpa cinta, tetap saja tidak diinginkan adalah hal yang menyakitkan juga.
Setelah semua nya ia kerjakan ia pergi ke kamar. Meskipun beberapa kali gips nya terbentur kursi rodanya tapi akhirnya ia bisa menyelesaikan pekerjaannya.
Melati mencoba berdiri dengan satu kaki saat akan berpindah ke tempat tidur. Tidak susah. Hanya memang kakinya yang sakti terasa berat.
Ia memejamkan mata. Mencoba melupakan kesakitan yang hari ini ia dapatkan.
Berharap, semoga esok jauh lebih indah untuk nya.
🌙🌙🌙
Happy Reading ❤️
Tolong tinggalkan jejak kalian. Jangan hanya dibaca doang 😭
biarpun cintamu sedang membara