NovelToon NovelToon
Rahim Bayaran

Rahim Bayaran

Status: tamat
Genre:Poligami / Selingkuh / Beda Usia / Tamat
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Irh Djuanda

Violetta Madison gadis 20 tahun terpaksa menyewakan rahimnya demi membayar hutang peninggalan kedua orangtuanya. Violetta yang akrab dipanggil Violet itupun harus tnggal bersama pasangan suami istri yang membutuhkan jasanya.

"Apa? Menyewa rahim ?" ucap Violet,matanya melebar ketika seorang wanita cantik berbicara dengannya.

"Ya! Tapi... kalau tidak mau, aku bisa cari wanita lain." ucap tegas wanita itu.

Violet terdiam sejenak,ia merasa bimbang. Bagaimana mungkin dia menyewakan rahimnya pada wanita yang baru ia kenal tadi. Namun mendengar tawaran yang diberikan wanita itu membuat hatinya dilema. Di satu sisi, uang itu lebih dari cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya. Namun disisi lain,itu artnya dia harus rela kehilangan masa depannya.

"Bagaimana... apakah kau tertarik ?" tanya wanita itu lagi.

Violet tesentak,ia menatap wanita itu lekat. Hingga akhirnya Violet mengangguk tegas. Tanpa ia sadar keputusannya itu akan membawanya kepada situasi yang sangat rumit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua tahun kemudian

Sebuah bangunan kecil berdiri di tengah distrik yang dahulu terabaikan, kini mulai tumbuh kembali. Plang kayu di atas pintunya bertuliskan:

"The Light Project~Klinik dan Pusat Konseling Gratis untuk Korban Kejahatan Korporat."

Di dalamnya, Adrian mengenakan kemeja sederhana, sedang duduk di sebuah meja kayu, dikelilingi dokumen dan berkas. Tak lagi jas mahal, tak lagi ruang kantor tinggi pencakar langit. Tapi ekspresi damainya, jauh lebih berharga dari segalanya./Pintu diketuk. Violet masuk, membawa dua gelas kopi.

“Lima janji temu hari ini. Tiga di antaranya korban kebijakan pabrik lama McKenna yang akhirnya berani bicara,” ujar Violet sambil duduk di seberangnya. Adrian tersenyum.

“Bagus. Kita dengarkan mereka. Dan pastikan tak ada yang tertinggal.”

Mereka saling bertukar pandang, sejenak diam… lalu tertawa kecil. Luka mereka masih ada, tapi tak lagi menjadi beban. Mereka telah memilih untuk menyembuhkan orang lain sembari menyembuhkan diri sendiri.

Di rumah perawatan lansia yang tenang di pinggiran kota, Helena duduk di kursi roda, wajahnya jauh lebih cerah daripada saat pertama kali datang ke tempat itu. Ia sedang bermain catur dengan seorang anak kecil—anak dari salah satu perawat.

“Jadi, kau pikir bisa kalahkan nenek, ya?” katanya dengan tawa pelan. Anak itu tertawa, lalu menjawab,

“Tapi kau bukan nenekku.”

“Benar,” sahut Helena,

“Tapi aku belajar… keluarga tidak harus selalu tentang darah. Tapi tentang siapa yang tinggal saat semua orang pergi.”tambahnya.

Sementara itu, di ruang tahanan khusus negara, Ramon duduk dalam diam. Rambutnya memutih, wajahnya tirus, dan matanya yang dulu tajam kini tampak kosong. Ia tak lagi memiliki pengaruh, tak lagi jadi pusat dunia.

Ia menerima surat satu bulan sekali—bukan dari Adrian, bukan dari dunia luar, tapi dari Berta. Surat-surat itu tak pernah dibalas, tapi selalu dibaca. Mungkin rasa bersalah adalah satu-satunya yang masih hidup dalam dirinya.

Di atas panggung TED Talk yang ramai, nama baru diumumkan.

“Mantan pewaris McKenna Corp yang kini menjadi aktivis sosial dan pendiri The Light Project, Adrian McKenna."

Ia melangkah ke atas panggung, wajah tenang, tak angkuh. Ia membuka pidatonya dengan kalimat:

“Dulu, saya hidup dalam bayang-bayang nama besar. Kini, saya memilih hidup dalam cahaya kecil… yang benar.”

Tepuk tangan menggema. Violet duduk di bangku depan, matanya berkaca-kaca. Ia tahu—ia tak hanya menyaksikan perubahan Adrian. Ia ikut menjadi bagian dari itu.

Dan malam itu, di atap bangunan kecil milik The Light Project, di bawah langit penuh bintang yang sama seperti dua tahun lalu, Adrian memandang ke atas, menggenggam tangan Violet.

“Terima kasih… karena sudah datang didalam kehidupanku.” bisiknya.Violet tersenyum, menoleh padanya.

“Kau tahu siapa yang paling berjasa disini?" sahut Violet pelan. Adrian menoleh pelan.

“Claudia. Aku sangat berterima kasih padanya. Karena kesalahannya, kita bertemu, ayah dan ibuku mungkin sudah mendapat ketenangan."lanjut Violet.

Dan dalam keheningan malam yang damai, di luar hiruk-pikuk dunia, terdengarlah suara paling jujur dalam hidup mereka: kelegaan.Adrian tak menyangka Violet menyebut nama mantan istrinya itu. Namun semua yang dikatakan Violet adalah benar.

***

Hari-hari berlalu, dan The Light Project tumbuh menjadi lebih dari sekadar tempat pemulihan. Ia menjelma menjadi simbol harapan baru—bagi mereka yang pernah disakiti oleh sistem, oleh kekuasaan, oleh nama-nama besar yang tak lagi abadi.

Di ruang arsip kecil, tumpukan berkas semakin menumpuk. Cerita-cerita korban ditulis, direkam, dan perlahan dibawa ke meja hukum. Beberapa dari mereka akhirnya menerima kompensasi. Sebagian lain mendapatkan sesuatu yang lebih berharga: pengakuan bahwa mereka tidak sendirian.

Adrian sesekali masih menerima undangan ke berbagai forum, tapi ia tak pernah betah lama jauh dari tempat kecilnya itu. Ia tahu, peran pahlawan bukan tentang berdiri di atas panggung, tapi tentang hadir untuk mereka yang suaranya terlalu kecil untuk didengar.

Pada suatu siang yang mendung, sebuah surat tiba di The Light Project, tanpa pengirim. Hanya satu nama tertulis di atas kertas tebal yang sedikit usang. Adrian membacanya di ruang kerjanya, Violet duduk di dekatnya, diam menunggu. Isinya singkat:

"Aku tak bisa kembali dan memperbaiki segalanya. Tapi aku melihat apa yang telah kau lakukan. Dan aku bersyukur. Untukmu… dan untuk Violet. Terima kasih karena membuktikan bahwa kebenaran masih ada. — C"

Surat itu diletakkan kembali dalam amplop. Adrian tak berkata apa-apa, hanya menatap Violet yang mengangguk pelan. Tak perlu ada dendam lagi. Luka dari Claudia… telah berubah menjadi jembatan yang mempertemukan mereka.

Suatu malam, saat Violet sedang mengecat mural di salah satu dinding luar bangunan, seorang gadis muda datang—lusuh, ragu, tapi dengan sorot mata yang penuh harap. Adrian yang baru keluar dari dalam bangunan langsung mengenali sesuatu yang pernah ia lihat pada dirinya sendiri: keputusasaan yang belum menyerah sepenuhnya.

“Kau butuh tempat berlindung?” tanya Adrian lembut. Gadis itu mengangguk. Violet mendekat, lalu memberikan jaketnya.

“Mari masuk. Di sini… kita mulai dari awal,” ucap Violet.

Dan pintu The Light Project kembali terbuka—bukan hanya untuk satu orang, tapi untuk harapan yang terus datang, satu per satu.

***

Matahari pun terbit menyinari distrik dimana Adrian dan Violet tinggal. Seperti biasa Violet bangun di awal pagi menyiapkan segala keperluan mereka. Sementara Adrian masih betah di ranjang mereka. Terdengar suara dering ponsel di atas meja. Violet bergegas mengangkatnya meninggalkan kegiatannya di dapur.

"Halo Vio... apa kabar?"

"Bu Eva? aku baik, Bu. Dan... Bagaimana kabar Mama Helena?" sahut Violet seraya tersenyum simpul.

Di seberang sana, suara Eva terdengar sedikit serak namun hangat.

“Dia tadi malam sempat demam ringan, tapi sekarang sudah membaik. Dan kamu tahu? Dia minta dibawakan buku catatan kecil yang biasa dia pakai. Katanya, masih ada hal-hal yang harus dia tulis.” tutur Eva, Violet hanya tertawa pelan.

“Itu pasti jurnal kecil warna coklat tua yang selalu dia sembunyikan di bawah bantalnya. Kami pernah mencarinya selama seminggu.”

“Kau memang mengenalnya dengan baik,” jawab Eva lembut.

“Dia selalu menyebut namamu, Vio. Dan Adrian. Katanya, kalian membuat sisa hidupnya berarti.” lanjutnya. Violet terdiam sejenak, kemudian berkata pelan,

“Kami hanya membalas kebaikannya dengan sedikit ketulusan.”

Usai menutup telepon, Violet berdiri lama di dekat jendela. Sinar matahari menyapu pelan dinding ruang makan yang dipenuhi foto-foto aktivitas The Light Project. Dalam setiap bingkai, ada wajah-wajah yang dulunya penuh luka, kini tersenyum—beberapa dengan malu-malu, tapi sungguh. Adrian muncul dari balik pintu, mengusap matanya.

“Telepon dari siapa?”

“Eva. Mama Helena ingin buku catatannya,” jawab Violet sambil menyeduh teh. Adrian tersenyum.

“Mungkin dia akan menulis akhir kisahnya sendiri.”

“Atau awal kisah orang lain,” timpal Violet sambil menyerahkan secangkir teh padanya.

***

Hari itu, Adrian dan Violet memutuskan mengantar buku itu sendiri ke rumah perawatan. Di perjalanan, mereka melewati jalur yang dulu suram—bangunan terbengkalai yang kini dicat cerah, taman kecil dengan anak-anak bermain, dan mural besar di dinding stasiun yang menggambarkan dua tangan saling menggenggam. Di bawahnya tertulis:

"Kebenaran bukan milik satu orang. Ia milik mereka yang berani menyuarakannya bersama."

Setibanya di rumah perawatan, mereka menemui Helena yang sedang duduk di taman, mengenakan syal merah yang sama seperti saat ulang tahunnya yang ke-70. Wajahnya pucat, tapi matanya masih menyala.

“Ah… akhirnya kalian datang juga,” gumam Helena, lalu menatap buku di tangan Adrian.

“Kau bawa anakku pulang.” tambahnya sambil menatap wajah Adrian. Violet menyerahkan buku itu.

“Kami hanya mengantarnya kembali ke pemiliknya.”

1
Al Fatih
Yaaa sdh tamat saja Kaka.....,, aq masih ingin melihat perjalanan kisah cinta tuan Adrian dan violet,, juga masa tumbuh kembangnya Helena.....,, yaaaa jadi kemaruk aq 🤭. Makasih utk ceritanya Kaka.....🥰
Irh Djuanda: ada novel baru aku kak, yang belum ada jejak kakak di sana. "Pria Kaya dan Gadis Tunawisma" silahkan mampir kak. sekedar memberi komentar untuk saya.
total 1 replies
Al Fatih
Sungguh bermakna ...,, membuat kehidupan jadi lebih berarti,, bukan hanya utk diri sendiri tapi juga orang lain.
Irh Djuanda: mampir di novel terbaru ya kak,
total 1 replies
Al Fatih
Q berikan kopi utkmu Kaka othor,, agar semakin semangat melanjutkan kisah ini,, hingga tuan Adrian dan violet bisa benar-benar hidup berbahagia.
Adrian junior sudah otw blm yaaa 🤭
Irh Djuanda: makasih kakak /Angry/
total 1 replies
Al Fatih
Duuuh menegangkan.....,, tapi harus menunggu lagi kelanjutannya bsk...
Semoga tuan Adrian, vio ,, Eva dan mama Helena akan baik2 saja dan selamat dari niat jahat papa Ramon
Al Fatih: Pengen tau momen romantis nya tuan Adrian dan violet....,, Krn pembawaan hidup mereka menegangkan dan berbahaya terus. Tapi ga ap2 deh,, yg penting happy ending tuan Adrian dan violet.
Irh Djuanda: Biar gak gantung klo kebanyakan bab, pusing mikirin alurnya /Facepalm/
total 4 replies
Al Fatih
Pantes,, tuan Adrian punya hati yg lembut dan baik,, mqkn dari ibu kandungnya,, mom Bertha.
Vio,, kamu harus percaya sama tuan Adrian,, Krn aq juga bisa merasakan ketulusan cinta tuan Adrian utk mu....
Al Fatih
Siapa ya yg buka kasus itu lagi,, masak iya bapaknya tuan Adrian....
Al Fatih
sat set yaa tuan Adrian,, Claudia dan Baron sudah d atasi. Skrg tetep waspada terhadap niatan kedua orang tua mu terhadap vio.
Diyah Pamungkas Sari
wedok lembek ngene ki rasane kudu tak ulek ae. wes di omongi jok mbuka lawang ngeyel. ora ketok pinter e malah guobl** bin tol** dadine
Al Fatih
Syukurlah tuan Adrian cepat kembali.
Vio..., kamu skrg harus lebih hati-hati dan waspada,, jangan ceroboh yaaa
Al Fatih
Aq berikan kopi kepada Kaka othor,, supaya tetep semangat yaa utk nulis kisahnya tuan Adrian dan violet.
Irh Djuanda: aihh terimakasijh ya kak .jadi makin semangat lo
total 1 replies
Al Fatih
Tolong pastikan vio akan aman dan baik2 saja ya tuan Adrian.
Al Fatih
Semakin bikin penasaran....,, vio , kamu harus kuat...baik jiwamu ( mentalmu) maupun ragamu ( Krn perasaan ku Adrian junior lagi otw,, jadi fisik mu harus kuat,, jangan lemah) Agar mereka tidak menyakiti mu atw memanfaatkan mu....
Al Fatih
Dan salah satu dari korban kebakaran itu adalah ayahnya vio. Ternyata orang tuanya tuan Adrian juga 11 12 sama jahatnya dgn Claudia. Semoga tuan Adrian bisa menjaga keamanan nya vio....
Al Fatih
Q berikan kopi utk Kaka othor,, supaya tetep semangat utk lanjutin kisahnya vio dan tuan Adrian
Irh Djuanda: terimakasih kak atas dukungannya
total 1 replies
Al Fatih
Semoga orang tuanya tuan Adrian bisa menerima vio,, walaupun jujur perasaanku mengatakan kalo kemungkinan itu sangat kecil,, Krn mereka sudah punya pilihan sendiri.
Qta tunggu kelanjutan nya ya Kaka othor
Al Fatih
wah,, sat set yaaa,, semoga beneran cerai,, walaupun pastinya Claudia akan berusaha bertahan. Ternyata kedua orang tuanya tuan Adrian memang ga sreg sama Claudia. Kira2 gimana yaa reaksi mereka kalo mengetahui keberadaannya Eva dalam kehidupannya tuan Adrian.
Al Fatih: Maaf salah tulis aq,, maksudnya vio Kaka
Irh Djuanda: eva apa violet kak?
total 2 replies
amatiran
lanjut Thor,plis jgn lm²🙏
Al Fatih
Walaupun terlambat setidaknya dirimu sudah tau tentang kejahatan dan kelicikan nya Claudia, tuan Adrian.
Tolong jagain dan sayangi vio dengan tulus,, ok. Aq merasa ad sesuatu yang kau sembunyikan tentang vio, tuan Adrian. Sesuatu yg baik,, aq rasa begitu....
Al Fatih
Apapun keputusan mu vio,, emak mendukung mu nak....,, Berpikir lah dengan jernih,, tenangkan hatimu...,, saat ini bukan hanya tentang dirimu,, tapi calon bayimu dan ayah dari bayimu....
Al Fatih
Claudia sudah ketar ketir sendiri.
Dia takut bukan karna takut kehilangan cintanya tuan Adrian,, tapi takut kehilangan hartanya tuan Adrian.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!