"Menikahlah segera jika ingin menepis dugaan mama kamu, bang!."perkataan sang ayah memenuhi benak dan pikiran Faras. namun, bagaimana ia bisa menikah jika sampai dengan saat ini ia tidak punya kekasih, lebih tepatnya hingga usianya dua puluh enam tahun Faras sama sekali belum pernah menjalin hubungan asmara dengan wanita manapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MALAM PENGANTIN.
Setelah Faras mengucap kalimat ijab kabul dan disambut kata sah dari penghulu, saksi serta tamu undangan yang hadir di pagi menjelang siang hari itu, akhirnya kini status Inara pun telah sah menjadi nyonya Sarfaras Wisatara.
"Selamat, bang.... sekarang Abang bukan lagi lelaki single melainkan seorang suami yang berkewajiban membimbing istri Abang di jalannya Allah. Jadilah suami dan imam yang baik untuk istri dan anak-anak Abang kelak!." papa Rasya memberi petuah, sebelum sesaat kemudian memberi pelukan hangat pada putra sulungnya itu.
"In sya Allah, pah...abang akan berusaha menjadi suami dan imam yang baik untuk istri Abang."
Inara yang menyaksikan kehangatan antara ayah dan anak tersebut merasa kagum pada keduanya. dari apa yang disaksikan Inara, ia bisa melihat sebesar apa rasa sayang Faras pada ayahnya dan begitu juga sebaliknya. Maka tak heran jika Faras bersedia menikahi dirinya demi mewujudkan permintaan ayahnya meskipun ia sendiri tidak memiliki perasaan terhadap Inara, begitu Inara menyimpulkan.
Kesadaran Inara kembali dari lamunannya setelah MC meminta dirinya untuk mencium punggung tangan suaminya sebagai bentuk penghormatan seorang istri terhadap suaminya, dan dibalas dengan kecu-pan Faras di keningnya.
Untuk pertama kali Inara merasakan kecupan seorang lelaki dan itu adalah suaminya sendiri. Ya, hingga usianya genap dua puluh empat tahun belum pernah Inara dekat dengan lelaki manapun apalagi sampai menjalin hubungan asmara, hingga takdir membawanya menikah dengan pria yang sangat dicintainya hari ini.
Acara pernikahan Faras dan Inara dilanjutkan dengan acara resepsi yang akan di gelar di sebuah hotel pada malam harinya. Sehingga setelah semua rangakaian ijab kabul usai mereka pun segera bertolak ke hotel pada sore harinya.
Sesampainya di hotel, Faras dan Inara pun menuju kamar hotel yang telah disediakan untuk mereka bersiap.
"Silahkan masuk tuan... Nona...." salah seorang petugas MUA yang didampingi oleh salah seorang petugas Wedding organizer mempersilahkan keduanya masuk ke dalam kamar hotel.
"Terima kasih." Inara yang menjawab. Sementara Faras, lelaki tampan itu hanya meresponnya dengan anggukan sekilas dan ikut melangkah dibelakang sang istri.
Dengan dibantu oleh petugas MUA yang bertugas, Inara hendak mengganti kebaya yang dikenakannya siang tadi dengan gaun pengantin yang akan digunakannya di acara resepsi malam ini.
"Ada apa, Nona." tanya petugas MUA saat Inara enggan menanggalkan kebaya yang masih melekat pada tubuhnya.
Inara tak menjawab namun pandangannya beralih pada Faras yang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.
"Ya ampun nona Inara .... tidak perlu merasa malu, sebentar lagi juga bakal dilihat semuanya sama tuan Faras." petugas MUA tersebut tersenyum gemas melihat tingkah malu-malu Inara.
Mendengar namanya disebut-sebut Faras pun mengalihkan pandangannya dari ponselnya. Kini lelaki itu paham mengapa sang istri tak kunjung mengganti pakaiannya. Ia berdiri dari duduknya. "Saya akan berganti pakaian di kamar sebelah." pamit Faras.
"Baik, tuan."
"Anda ini benar-benar menggemaskan Nona...." ujar petugas MUA tersebut dan di sambung oleh rekannya yang lainnya.
"Nggak papa sih, mbak juga gitu kok pertama kali, masih malu-malu padahal aslinya sih mau..." wanita yang usianya sekitar Lima tahun diatas Inara tersebut mengulas senyum.
"Mbak bisa saja." sahut Inara. Tak ada wajah bersemu layaknya pasangan pengantin pada umumnya di wajah Inara saat mendapat kalimat-kalimat menggoda, karena ia sadar betul bahwa Faras tidak mencintainya dan belum tentu pria itu Sudi menyentuhnya seperti apa yang dikatakan kedua wanita berpengalaman di hadapannya itu. Bahkan tidak menutup kemungkinan suaminya itu ingin Mereka tidur dikamar yang terpisah setelah ini, mengingat Faras sudah siaga dengan menyiapkan hunian baru untuk mereka tempati setelah menikah.
Malam harinya, ballroom hotel telah dipenuhi oleh tamu undangan yang hadir di resepsi pernikahan Faras dan Inara. Kebanyakan tamu yang hadir berasal dari kalangan pengusaha. Tidak sedikit yang menatap kagum atas kecantikan Inara yang kini duduk mendampingi Faras di singgasana, namun tak sedikit pula yang berpikir jika putri mereka lebih pantas mendampingi pimpinan dari SJ group tersebut. Namun begitu, mereka tetap bersikap manis seakan ikut berbahagia dengan kebahagiaan Faras dan sang istri malam ini. Ya, seperti itulah dunia bisnis, terkadang kita harus menunjukkan sikap yang bertolak belakang dengan hati kita, itulah alasan Faras tak suka banyak berbasa-basi dengan rekan bisnisnya, terlalu banyak fatamorgana.
Pukul dua belas malam, ballroom hotel sudah hampir sepi, semua tamu undangan yang hadir satu persatu meninggalkan tempat setelah mengucapkan selamat kepada kedua mempelai. hingga kini tinggal keluarga inti yang tersisa dan sebentar lagi akan segera menuju kamar masing-masing untuk beristirahat, termasuk pengantin baru, Faras dan sang istri.
Tubuh Inara terpaku menyaksikan tempat tidur dengan ukuran king size dihadapannya penuh dengan taburan kelopak bunga mawar merah berbentuk love. sampai suara bariton Faras membuyarkan lamunan gadis itu.
"Warna bunga itu tidak akan berubah meskipun kamu memandanginya semalaman." tegur Faras seraya berlalu melewati tubuh Inara.
Inara menoleh sejenak pada Faras yang hendak berlalu menuju kamar mandi.
Sejujurnya, bukan bunga mawar yang ada di benak dan pikiran Inara, tetapi yang ada dibenak dan pikiran gadis itu adalah di mana ia akan tidur jika tempat tidur di kamar hotel tersebut hanya ada satu sementara sofa pun tak ada. Tak mungkin juga kan dia tidur di lantai jika Faras menolak berbagi ranjang dengannya, begitu pikir Inara. namun, jika benar demikian, sungguh malang nasibnya di malam pertama pernikahan.
Berhubung Faras baru saja memasuki kamar mandi, Inara pun menggunakan kesempatan yang ada untuk menanggalkan gaun yang melekat pada tubuhnya, begitu juga dengan aksesoris yang masih melekat dikepala nya, termasuk mahkota.
"Aduh.... bagaimana ini, kenapa susah banget sih." Inara merengek sebal akibat kesulitan membuka resleting pada gaunnya. Hingga Faras keluar dari kamar mandi, ia belum juga dapat menurunkan resleting pada gaunnya.
Jantung Inara berdegup kencang tatkala Faras mengayunkan langkah mendekatinya. Tanpa diminta Faras mengarahkan tangannya untuk membantu menurunkan resleting gaun pengantin Inara. "Lain kali jangan diam saja, katakan jika membutuhkan pertolongan!."
Perlahan Inara merasa resleting pada gaun pengantin yang dikenakannya turun ke bawah, dan sesaat kemudian Kedua bola matanya membulat serta bulu kuduknya pun ikut meremang saat merasakan jemari besar Faras ikut menyusuri permukaan punggungnya seiring dengan pergerakan resleting pada gaun tersebut.
"Selesai."
"Terima kasih." ucap Inara dengan suara bergetar, lalu kemudian berlalu dengan langkah cepat menuju kamar mandi.
"Ya Tuhan...." Inara memegangi da-da kirinya, menekan perasaan yang hampir membuat jantungnya melompat dari rongganya. "Ayolah...aku mohon kerja samanya, kali ini saja!." ujar Inara seraya mengajak jantungnya berkomunikasi. "Jangan sampai mas Faras mendengar degup jantungku, bisa-bisa mas Faras akan berpikir aku sangat menginginkan sentuhan darinya. Ah.... melakukan sekali jika sampai mas Faras berpikir seperti itu." Inara memejamkan matanya, Sementara tubuhnya kini bersandar lemas pada daun pintu.
Tanpa diketahui Inara, Setelah tubuh sang istri menghilang dibalik pintu kamar mandi Faras menghela napas panjang. menggelengkan kepala seolah menepis sesuatu yang melintas di pikirannya, Sementara tangannya berada di da-da kirinya.
dan Inara gampang ke makan omongan orang...
mana kepikiran Inara klo kamu juga mencintai nya...
Yuni jadi tersangka pil kontrasepsi...
kamu tau Amanda hanya iri padamu...
malah dengerin kata kata Amanda 🤦♀️
tp tdk untuk lain kali