NovelToon NovelToon
Lihatlah Aku Dari Nirwana

Lihatlah Aku Dari Nirwana

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Beda Dunia / Cinta Murni / Slice of Life
Popularitas:696
Nilai: 5
Nama Author: indrakoi

Nael, seorang notaris kondang, tenggelam dalam kesedihan mendalam setelah kepergian istrinya, Felicia. Bermodalkan pesan terakhir yang berisi harapan Felicia untuknya, Nael berusaha bangkit dan menjadi pribadi yang lebih baik. Meski kehidupannya terasa berat, ia tidak pernah menyerah untuk membenahi diri seperti yang diinginkan oleh mendiang istrinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indrakoi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 11: Tamu Tak Diundang

Aku rasa kita semua bisa setuju kalau hal yang paling nikmat di siang hari yang terik ini adalah es krim. Yap, tidak diragukan lagi! Es krim! Apalagi, kalau AC yang ada di rumah kalian lagi rusak, maka makanan dingin itu adalah salah satu solusi terbaik untuk menghilangkan sensasi gerah yang menyiksa badan. Tapi, sayangnya, hari ini aku lagi kena sial yang datang secara bertubi-tubi.

Entah kenapa, empat buah AC yang terpasang di rumahku tiba-tiba rusak secara bersamaan. Ditambah lagi, tukang servis AC yang biasa kuhubungi saat ini sedang dirawat di rumah sakit karena terkena tipes. Lalu, yang terakhir, aku nggak punya satupun es krim di kulkas. Hadeh, ngeselin banget emang.

Tapi, ya sudahlah. Lagipula, sebentar lagi aku harus pergi ke klinik dr. Sofia untuk melakukan pemeriksaan mingguan. Mungkin nanti pas perjalanan pulang aku akan membeli beberapa buah es krim, sambil mencari tukang servis AC lain yang bisa menangani masalah di rumahku.

Setelah selesai menggunakan setelan casual yang nyaman dipakai saat musim kemarau, seperti biasa aku kemudian mengunci segala akses masuk yang ada di rumah. Setelah mondar-mandir sendirian untuk melakukan double-checking, aku langsung pergi ke pintu depan yang merupakan akses masuk terakhir yang harus dikunci.

Ding-dong! Waktu lagi ngunci pintu depan, tiba-tiba bel rumahku berbunyi yang menandakan adanya kedatangan seseorang. Kepalaku langsung menoleh ke arah pagar, kemudian melihat bayangan seorang wanita yang tampak di penutup fibernya. Aku segera bergegas untuk menghampiri orang itu, sembari menyimpan kunci rumah di saku celana.

Hadeh, kenapa ada aja orang yang datang di saat aku mau pergi keluar. Padahal, udah ada tanda di depan yang memberitahu bahwa hari ini aku tutup lebih awal. Masa orang ini ngga bisa baca, sih?

Aku kemudian membuka pintu pagar secara perlahan-lahan untuk menyambut tamu tak diundang ini. “Mohon maaf, tapi hari ini kami tut—wah?!” Omonganku langsung tersendat begitu melihat sosok wanita yang ada di hadapanku ini. Rambutnya dicat pirang, wajahnya menor, serta badannya semok seperti seorang LC. Sialan, jangan-jangan orang ini… “Deborah?!”

“Hai, Nael. Lama nggak ketemu, ya. Gimana kabarmu?~” Sapanya dengan nada yang terdengar sengaja dibuat menggoda.

Yah, nama orang ini adalah Indah Deborah. Memang sangat sulit untuk diakui, tapi jalang ini adalah mantan pacarku saat SMA dulu. Dilihat dari penampilannya, aku curiga kalau kelakuan dan sifatnya masih tetap sama seperti yang dulu. Asal kalian tahu, Deborah sialan ini nggak lebih dari pelacur matre yang akan menguras tenaga dan juga uangmu.

“Ngapain kau datang ke sini?” Tanyaku dengan nada rendah yang terdengar cukup mengintimidasi.

“Aww~ ayolah, nggak usah sok serem gitu, dong. Aku datang ke sini buat ngurus akta tanah, nih~” Jawabnya dengan nada centil yang benar-benar mengganggu.

“Nggak bisa. Hari ini aku tutup lebih awal karena ada acara. Silahkan pulang dan kembali lagi di lain waktu, ya.” Balasku menolak, sambil memberikan isyarat tangan yang menyuruhnya untuk segera pergi.

“Eh~ kok gitu, sih? Kau bisa kena kasus pelanggaran kode etik notaris, lho, kalau nolak masyarakat yang membutuhkan bantuan kayak aku ini.” Wah, si bangsat ini masih pandai bicara juga, ya. Kelopak mata bawahku sampai berkedut karena saking kesalnya sama ni orang.

“Hah…” Aku menghela napas panjang untuk meredakan kekesalan yang sudah terasa memuncak di ubun-ubun kepala. “Baiklah, masuklah.”

...***...

Di dalam ruangan kantor yang begitu panas, aku dan Deborah duduk berhadap-hadapan untuk membahas akta tanah yang ingin dibuatnya. Sembari menunggunya menyiapkan beberapa berkas, aku menghubungi dr. Sofia untuk memberitahu bahwa hari ini aku akan sedikit telat karena ada suatu hal yang tak terduga. Ya, kedatangan iblis ini adalah suatu hal yang benar-benar tak terduga.

Semakin lama aku berdiam diri di ruangan yang AC-nya rusak ini, semakin banyak juga keringat yang bercucuran di sekujur badanku. Walaupun jendelanya sudah dibuka, tetap saja hal itu nggak mempan untuk mengalahkan hawa panas musim kemarau yang terasa begitu membara. Ditambah lagi, kehadiran Deborah di sini berhasil membuat ruangan kantorku berubah menjadi seperti neraka.

Mungkin kalian sempat bertanya kenapa aku langsung tunduk terhadap ancamannya tadi itu, kan? Nah, biar aku kasih tahu sebuah info penting. Setiap ancaman yang terucap dari mulutnya itu bukanlah sebuah ancaman biasa. Kalau aku menolak permintaannya untuk dilayani tadi, maka Deborah akan benar-benar melapor ke lembaga terkait atas pelanggaran kode etik yang telah dialaminya.

Asal kalian tahu, kelakuan jalang yang ada di hadapanku ini bagaikan seekor tarantula. Pertama, dia akan memberikan sebuah ancaman untuk mengintimidasi lawan yang sedang dihadapinya. Lalu, jika lawannya semakin memberontak, maka dia akan langsung menyerang untuk menyuntikkan racun yang benar-benar mematikan.

Oleh sebab itu, akan lebih baik apabila aku tunduk kepadanya untuk sementara waktu. Setelah ini, barulah aku akan menyusun rencana untuk menghindari segala niat jahat yang ada di kepalanya.

“Oke, ini dia segala berkas yang diperlukan. Tolong dicek dulu, ya~” Katanya sambil mendorong tumpukan berkas itu ke arahku.

“Bisa nggak, sih, nada bicaramu nggak usah kayak gitu? Bikin geli aja.” Balasku judes, sambil menarik berkas-berkas yang diberikannya itu dengan kasar.

Mataku kemudian menyapu setiap kata yang ada pada berkas-berkas itu untuk menemukan kesalahan, atau mungkin kelicikan, yang terselip di dalamnya. Aku nggak pengen kena timpa hal-hal yang merepotkan lagi, seperti apa yang terjadi saat menangani kasus Raditya Hermawan.

Setelah diperiksa secara mendalam, aku nggak bisa menemukan satupun hal yang mencurigakan pada berkas-berkas ini. Jujur, aku nggak tahu apakah harus merasa lega atau merasa semakin was-was akan hal ini. Mungkin, kali ini, Deborah memang tidak memiliki niat jahat sama sekali. Tapi, entah kenapa instingku terus saja mengatakan hal yang sebaliknya.

Yah, karena nggak menemukan satupun bukti konkrit, jadi nggak ada pilihan lagi selain mengakui keabsahan dokumen-dokumen ini. Meski begitu, aku akan tetap menjaga kewaspadaan selama masih menangani urusan tanah Deborah.

“Semua dokumenmu udah lengkap. Sisanya, aku tinggal melakukan pengukuran aja sebagai keperluan untuk mencetak sertifikatnya.” Ujarku dengan nada datar, sambil melemparkan berkas-berkas itu kembali ke arahnya.

“Wah, kau kasar banget, ya.” Deborah memasang senyuman yang sulit ditebak saat mengatakan hal itu kepadaku. “Oke, kalau gitu, aku serahkan semuanya kepadamu. Mohon bantuannya, ya, Nael~” Dia kemudian berdiri dari kursinya, lalu beranjak pergi meninggalkan ruangan ini.

“Tunggu dulu.” Ucapku mendadak untuk menghentikan langkahnya, sambil meletakkan handphone di atas meja.

Deborah kemudian menoleh ke arahku dengan tatapan mata yang tampak seperti ular kobra. “Ada apa?” Ia bertanya dengan suara yang penuh rasa ingin tahu.

“Ada sesuatu yang ingin kuketahui terlebih dahulu.” Balasku kepadanya dengan mata yang menatap tajam, sambil berdiri tegak secara perlahan-lahan. “Apa sebenarnya tujuanmu dalam pembuatan sertifikat tanah ini?” Tanyaku pada Deborah, seolah sedang mengintrogasi dirinya.

Sebenarnya, seorang notaris tidak diperbolehkan untuk mempertanyakan tujuan pribadi dari seorang client. Tapi, karena clientku kali ini adalah seorang Indah Deborah, yang terkenal telah menipu banyak anak orang kaya semasa SMA, tentu saja pertanyaan itu merupakan suatu hal yang harus disampaikan.

“Hmm?~ Kenapa kau nanya, Nael?” Dia malah bertanya balik, sambil berjalan mendekat ke arahku.

“Oh, ayolah, kau pikir aku lupa kejahatanmu waktu SMA dulu? Siapa yang ingin kau tipu kali ini, hah?”

Deborah kemudian duduk di pinggiran meja, sambil memasang tatapan mata yang seolah sedang mencoba menggodaku. “Kau ternyata masih terbayang dengan kelakuan nakalku dulu, ya. Ahahaha, kau ini masih lucu aja, ya~” Hadeh, bukannya tadi aku udah nyuruh dia buat berhenti ngomong dengan nada yang kayak gitu, ya? Sumpah, geli banget, cok!

“Oke, biar aku kasih tahu alasannya.” Ucapnya dengan nada yang lebih serius, sambil menyilangkan tangan di depan dada. “Sebentar lagi, aku bakal nikah sama Matthias Otis yang merupakan pacarku dari Jerman. Dia berencana membeli tanah di Andawana untuk membangun rumah yang akan kami tinggali bersama. Namun, karena masih harus mengurus beberapa hal penting di Jerman, Matthias memintaku untuk mengurus sertifikat kepemilikan tanahnya.”

Aku kemudian mengangguk pelan setelah mendengar penjelasannya itu. “Begitu, kah.” Responku singkat, sambil menurunkan intensitas mata yang dari tadi terus menatap tajam.

“Baiklah, kau boleh pergi sekarang.” Ucapku dengan nada datar yang dingin.

“Ahahaha, oke deh. Kalau gitu, aku pulang dulu, ya~”

Begitu Deborah berjalan keluar meninggalkan kantor, aku langsung mematikan perekam suara handphone yang sudah kunyalakan sebelum mengintrogasinya tadi. Ini akan berguna sebagai sebuah barang bukti jika nanti aku keserempet kasus yang aneh-aneh lagi. Pada intinya, aku nggak bakal pernah mempercayai setiap kata yang diucapkan oleh si jalang itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!