NovelToon NovelToon
Diremehkan Karna Miskin Ternyata Queen

Diremehkan Karna Miskin Ternyata Queen

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Mafia / Reinkarnasi / Fantasi Wanita
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Anayaputriiii

"Diremehkan Karna Miskin Ternyata Queen" Adalah Kisah seorang wanita yang dihina dan direndahkan oleh keluarganya dan orang lain. sehingga dengan hinaan tersebut dijadikan pelajaran untuk wanita tersebut menjadi orang yang sukses.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anayaputriiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 Gara-Gara Skincare!

Hanin menghela napas panjang usai meletakkan paket skincare itudi meja kamarnya. Ternyata dipaling bawah kotak tersebut terdapat secarik kertas bertuliskan "Pakailah dan mulailah merawat diri."

"Sebenarnya siapa yang ngirim paket beginian, sih? Aku mau pakek kok jadi takut?" gumam Hanin.

la sudah punya suami, tidak mungkin menerima barang dari orang lain yang jelas- jelas seperti punya niat terselubung.

Waktu terus berjalan, Hanin tak lagi mikirkan masalah skincare itu. la segera berangkat bekerja karena takut terlambat. Sementara itu, Lisna tak fokus bekerja. Beberapa kali ia dimarahi oleh bidan senior karena ia melakukan beberapa kesalahan hari ini.

"Ini belum sehari, loh, Lis! Baru setengah hari kerja kamu udah buat banyak kesalahan. Kamu tadi gimana kalau ngecek posisi bayi Ibu yang tadi? Kamu juga gimana kalau ngecek detak jantung bayinya?" omel Bidan senior bernama Bu

Widya itu.

"Kamu bilang sama Ibu tadi kalau bayinya sungsang dan detak jantungnya terdengar lemah. Kamu tahu? Efek dari ucapanmu itu membuat Ibu itu kepikiran," imbuhnya.

"Maaf, Bu. Tadi saya gak fokus," jawab Lisna dengan wajah tertunduk. Kepalanya serasa mau pecah mendengar omelan Bu Widya

"Kalau gak fokus jangan kerja!"skak Bu Widya. Wanita paruh baya bertubuh tinggi itu menghela napas berat. "Akibat kesalahanmu, Ibu itu langsung periksa ke Dokter Obgyn. Alhamdulillah, bayinya sehat. Tapi, puskesmas kita ini malah dinilai lalai dengan pelayanan yang kurang baik," ucapnya lagi.

Lisna mendengkus. 'Ya biarin aja kenapa, sih? Cuma satu orang yang berpaling dari puskesmas sini aja udah heboh!' batinnya.

"Saya minta maaf, Bu." Lisna kembali merendahkan diri meski berat rasanya. Jika tidak begitu ia akan diberi surat peringatan dan berakhir dengan denda atau pemecatan.

"Sudahlah, kalau kamu memang masih niat bekerja di sini, saya mohon kerja samamu, Lis.

Perbuatanmu memang sepele menurutmu, tapi pengaruhnya sangat besar bagi puskesmas ini,"

kata Bu Widya.

"Sekarang pergilah.."

Lisna sontak menarik napas dalam dalam dan mengembuskannya usai keluar dariruang kerja Bu Widya.

"Ya ampun, tuh orang cerewet banget. Aku diceramahin hampir satu jam . Apa dia gak capek ngomel mulu?" gumamnya.

Lisna melangkah ke luar untuk makan siang. Sebelumnya, ia sudah menelpon Arya untuk

menjemputnya. Sekalian ia ingin meminta dibelikan paket skincare seperti milik Hanin.

Di halaman puskesmas, Arya melambaikan tangan kepada Lisna saat melihat wanita itu baru

melewati pintu.

"Wah, makan siang sama pacarmu lagi, Lis?" tanya Sita, salah satu teman sejawatnya.

"Iya, Ta. Namanya juga pengusaha, jadi ditinggal kapanpun bisa. Apalagi buat aku, calon istrinya," jawab Lisna dengan penuhpercaya diri.

Sita yang mendengarnya hanya melongo. "Astaga, sepede itu dia!" gumamnya.

"Mas, ayo, aku udah lapar," kata Lisna sembari bergelayut manja di lengan Arya.

"Iya ayo, masuklah!" Arya membukakan pintu mobil untuk Lisna. Membuat wanita itu merasa seperti diperlakukan bak seorang ratu.

"Makasih, Mas." Lisna tersenyum. Ia sempat melirik ke arah beberapa perawat dan bidan

yang mondar mandir sambil melirik ke arahnya.

"Pasti mereka iri lihat aku." Lisna menyeletuk setelah mobil melaju. gak iri lihat kamu sama aku,

"Sudah jelas. Siapa wanita yang Sayang? Lisna tertawa.

Ia lantas teringat tentang skincare milik Hanin.

"Mas Arya?"

"Iya? Apa?"

"Belikan aku skincare dong!" rengek Lisna dengan suara manjanya.

"Skincare Rose white, Kak. Yang viral itu loh. Itu lagi rame banget apalagi baru aja direview sama dokter yang lagi viral itu."

"Oh, dokter yang pakai topeng itu? Yang sekarang viral karena mulai melakukan cek lab sama produk-produk skincare?"

Lisna mengangguk. "Iya, Mas.

Nah, punya Rose white ini udah direview dan ternyata emang bagus. Kandungan bahannya gak overclaim. Tapi, emang dari dulu harganya mahal. Aku mau beli gak pernah kesampaian. Palingan cuma pakai skincare yang sepaket seratus ribuan aja," paparnya.

"Emang harga sepaket berapa,sih?"

"Satu juta setengah kalau gak salah."

"Hah? Satu juta setengah?Mahal amat?! seru Arya. "Mending kamu pakek skincare yang biasanya kamu pakek aja, Yang. Nanti beli mahal- mahal kalau gak cocok di kulitmu gimana?" tukasnya.

Wajah Lisna merengut. "Udah pasti cocok, Mas. Lagian aku lihat review dari pembeli semua bilang bagus, kok! Ayolah, Mas beliin.Uang segitu kan kamu pasti punya. Masa kalah sama suaminya Hanin,sih?!"

"Lah, kenapa kamu malah ngebandingin aku sama si tukang sapu itu?" Arya menatap Lisna dengan tatapan protes.

"Lah dia aja bisa beliin skincare itu buat Hanin. Masa kamu enggak?"

Arya berdecih. "Palingan itu dapat utang. Kamu jangan terpengaruh. Jangan percaya!"

"Lah gimana? Tapi, buktinya kemarin kang paket bilang kalau skincare itu udah dibayar, kok."

Arya bergeming. Sebenarnya ia sayang jika mengeluarkan uang jutaan untuk Lisna. Apalagi untuk membeli hal yang menurutnya tidak penting.

"ya?" "Mas? Kok, diem? Gak mau.

Arya menghela napas. "Iya.Nanti aku beliin," jawabnya.

"Beneran, Mas?" Kedua mata Lisna seketika berbinar bahagia.

"Tapi, setelahnya aku minta jatah, ya?" Arya mengerlingkan matanya.

Lisna tersipu malu. "Iya ...."

...****************...

Ia ingin menghemat setelah makan steak Arya memilih mengajak Lisna beberapa bulan yang lalu makan diwarteg. Menurutnya, setelah mengeluarkan uang jutaan, ia harus menghemat

pengeluaran.

"Mas, kenapa makan di sini,sih?"

"Emang kenapa? Toh, sama aja. Di sini makanannya juga gak kalah enak. Malahan lebih mengenyangkan."

Arya memesan dua porsi gado- gado dan dua gelas air mineral. Setelahnya duduk di kursi yang

berjejer rapi. Lisna hendak protes, tapi urung karena ingat bahwa Arya sudah janji akan membelikan skincare untuknya. Alhasil, ia pun

menurut.

"Mas, aku pesen sekarang ya skincarenya?"

"Emang pesen di mana?"

"Di online, Mas. Lewat tok-tok." Lisna mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi

tersebut. Lalu mengetik nama skincare yang ia cari.

"Loh, kok ini harganya lebih murah, ya?"gumam Lisna. mendengar kata 'lebih murah'langsung cepat menjawab.

"Berapa emangnya?" Arya yang "Separuh harga normalnya, Mas. Tapi, ini beneran ori gak ya?"

"Sini, lihat!" Arya merebut ponsel Lisna dan mengeceknya. la juga melihat review pembeli. Namun, hanya di bintang limanya saja.

"Ini ori. Lihat aja yang beli bilang begitu. Malahan ini hasilnya bagus. Tuh lihat!" Arya menyodorkan kembali ponsel Lisna.

Hanin ragu sejenak, lalu memutuskan untuk jujur. "Paket skincare ini, Mas. Aku enggak tahu siapa yang kirim. Bukan kamu, kan?"

Raffa menggeleng. "Bukan.Mungkin ada yang mau kasih kejutan."

Hanin tertawa kecil. "Kejutan apa? Ngasih kejutan kok sama istri orang. Mana ada suratnya lagi," tukasnya..

"Surat apa?"

"Bentar." Hanin mencari secarik kertas di dalam kotak tersebut. "Nih, suratnya!"

Lisna berdiri dengan penuh percaya diri, menyorongkan botol skincare ke wajah Hanin seolah ingin pamer.

"Lihat, ini! Arya belikan khusus untukku, dan ini asli, bukan yang KW! Dia selalu menginginkan agar aku tetap cantik!"

Hanin tetap tersenyum kecil tanpa menanggapi. la tidak ingin memperpanjang obrolan tak berfaedah itu, terlebih karena adahal lain yang mengganggu pikirannya. Paket skincare yang ia terima beberapa hari lalu masih menjadi misteri.

Raffa tidak pernah mengatakan apa pun tentang itu, dan ia sendiri merasa ragu untuk bertanya.

"Kenapa diam? Minder, ya?" goda Lisna, suaranya penuh ejekan.

Hanin hanya menggeleng pelan. "Enggak ada yang perlu diributin, Lisna. Kalau kamu udah beli skincare itu, ya bagus."

Lisna mendengkus kesal karena tidak mendapatkan reaksi yang ia harapkan. Ia kemudian melenggang pergi, meninggalkan Hanin yang termenung di ruangtengah.

Malam itu, setelah memastikan semua orang sudah tidur, Hanin mengambil paket skincare dari

lemari kecil di kamarnya. Ia memeriksa lagi label pengirim, tetapi tetap tidak menemukan petunjuk apa pun.

Saat ia sedang asyik memandangi botol-botol itu, pintu kamar terbuka, dan Raffa masuk. Raffa sambil menutup pintu perlahan.

"Kamu belum tidur?" tanya skincare itu kembali ke dalam lemari aja."

"Belum, Mas. Lagi mikir Hanin buru -buru menyimpan Raffa mengangguk, lalu dudu kdi tepi ranjang.

"Mikir soal apa?"

Hanin ragu sejenak, lalu memutuskan untuk jujur. "Paket skincare ini, Mas. Aku enggak tahu siapa yang kirim. Bukan kamu, kan?"

Raffa menggeleng. "Bukan. Mungkin ada yang mau kasih kejutan."

Hanin tertawa kecil. "Kejutan apa? Ngasih kejutan kok sama istri orang. Mana ada suratnya lagi," tukasnya..

"Surat apa?"

"Bentar." Hanin mencari secarik kertas di dalam kotak tersebut. "Nih, suratnya!"

Raffa menerimanya. "Ohh... niatnya bagus, kok. Kamu pakek aja skincare itu. Lumayan kan dapat

gratis?" ucapnya.

"Kok, kamu gak ada masalah, sih, Mas? Kalau orang ini punya niat buruk gimana?"

Raffa tergelak. "Kalau punya niat buruk, yang dikirim pasti racun," jawabnya.

"Udahlah, percaya sama aku. Dia gak ada niat buruk. Bukankah kamu pengen perawatan?"

"I- iya, sih." Hanin tersenyum." Tapi, aneh sekali. Kok pas gitu loh, aku bilang pengen perawatan, tiba-tiba ada yang ngasih. Ya Allah... semoga rezeki orang itu selalu dilancarkan," doanya.

"Amiin...." Raffa membalas dengan seulas senyum.

...****************...

Hari berikutnya, Lisna kembali memamerkan skincare yang iadapatkan dari Arya. Kali ini, ia bahkan menyempatkan diri untuk menunjukkan cara pemakaiannya kepada Hanin.

"Kalau kamu pakai ini setiap hari, kulitmu bakal glowing kayak aku," katanya sambil tertawa kecil

Hanin hanya mengangguk sambil tetap melanjutkan pekerjaannya di dapur. Namun,ketika Lisna pergi, Hanin tidak sengaja melihat botol skincare itu lebih dekat. la tertegun. Botol itu memiliki desain yang persis sama dengan botol skincare yang ia terima.

Bahkan, logo mereknya terlihat identik.

"Kamu beli sama kayak punyaku ya?" tanya Hanin pada Lisna yang asik mengoles cream ke

wajahnya.

"Kenapa? Emang yang boleh beli cuma suamimu doang? Lagian skincare itu kan gak dikhususkan

buat kamu."

Hanin memicingkan mata."Tapi, kok beda ya?" gumamnya setelah melihat wadah skincare itu

dengan saksama.

"Beda apanya? Jangan ngadi-ngadi!" sahut Lisna yang mulai terpancing emosi.

"Lis," kata Hanin akhirnya,

"kamu yakin ini asli?" Lisna menoleh tajam.

"Maksudmu apa?" Hanin mengambil salah satu

botol dan menunjuk bagian bawah kemasan.

"Lihat ini. Stikernya tempelan. Skincare asli itu biasanya nyatu sama wadahnya, bukan ditempel begini."

Lisna langsung merebut botol itu dari tangan Hanin. "Jangan ngawur, Nin! Ini ori!"

"Kalau ori, kenapa stikernya gampang lepas?" Hanin mencoba menjelaskan dengan tenang,

meskipun nada bicaranya sedikit menusuk.

Perasaan Lisna langsung bercampur aduk antara malu dan takut. Ia tak pernah memeriksa detail barang yang ia pamerkan tadi. Wajahnya mendadak memerah, bukan karena amarah

semata, tetapi juga karena kekhawatiran yang tiba-tiba menyergap. Ia buru- buru membawa semua botol skincare itu ke kamar dan mengunci pintu.

Di dalam kamar, Lisna membongkar satu per satu botol skincare yang sudah ia gunakan selama beberapa minggu terakhir.A roma beberapa produk itu tiba-tiba tercium berbeda. Ada yang terlalu menyengat, bahkan membuatnya mual. Lisna duduk ditepi tempat tidur, menggigit bibir,menahan rasa takut yang merayap di pikirannya. Bagaimana jika Hanin benar?

Keesokan paginya, Hanin sedang menyiapkan sarapan ketika Lisna keluar dari kamar dengan

wajah yang tidak biasa. Kulit wajahnya terlihat memerah, bahkan ada bintik- bintik kecil di

pipinya.

"Kamu kenapa, Lis?" tanya Hanin, cemas.

Lisna menghindari tatapan Hanin. "Nggak apa- apa," jawabnya singkat, tetapi nada suaranya

terdengar gugup.

Hanin mendekati Lisna, memperhatikan wajah adiknya dengan seksama. "Lis, ini karena skincare yang kamu pakai, ya?"

Lisna mendengus kesal. "Sudah aku bilang, jangan sok tahu!" Ia kembali ke kamarnya dengan

langkah cepat, meninggalkan Hanin yang hanya bisa menghela napas panjang.

Lisna semakin tidak bisa lagi menyembunyikan rasa sakitnya.Pagi itu, ia menangis di depan cermin karena wajahnya mulai terasa panas dan gatal. Hanin yang mendengar suara tangisan itu langsung menghampiri adiknya yang ternyata sedang ditenangkan oleh Bu Daning dan Pak Abdul.

"Lisna, kamu ini pakek apa emangnya?"

"'Aku pakek skincare itu, Bu. Gimana ini, wajahku gatal dan panas, Bu." Lisna menangis terisak- isak. Kulit wajah yang ia banggakan kini sedang mengalami cobaan. Ia tak menyangka bahwa kulitnya sangat sensitif.

"Lis, wajahmu harus segera diobati! Kita harus ke dokter sekarang!" seru Hanin.

"Enggak! Ini semua gara- gara kamu, Hanin! Kenapa kamu beli skincare itu, hah!" Bukannya merenungi kesalahannya, Lisna justru menyalahkan Hanin.

"Kenapa kamu nyalahin aku atas sikap irimu itu, Lis? Bukankah aku udah bilang kalau yang beli itu

Mas Raffa? Aku aja gak tau kalau dia beliin skincare itu."

"Alasan." Lisna berdecih.

Bu Daning melengos saat bertatap mata dengan Hanin. "Nak,sudahlah. Mending kita ke dokter saja dulu. Yang penting wajahmu sembuh dulu," tuturnya. Awalnya Lisna menolak, tetapi

setelah ibunya memaksa, ia akhirnya setuju. Lisna diantar Bu Daning menaiki taksi karena Lisna malu jika wajahnya dilihat oranglain. Kini saja saat keluar ia menutup wajahnya dengan masker.

Di klinik, dokter dengan tegas mengatakan bahwa kulit Lisna mengalami reaksi alergi akibat

bahan berbahaya yang terkandung dalam produk palsu tersebut.

"Mbak Lisna, kamu harus lebih hati- hati. Jangan tergiur harga murah atau tampilan kemasan yang menarik. Selalu beli dari sumber terpercaya. Atau langsung sama ownernya," kata dokter sambil menulis resep obat.

"Baik, Dok. Terima kasih."

Lisna terdiam sepanjang perjalanan pulang. Hatinya terasa remuk, bukan hanya karena rasasakit di wajahnya, tetapi juga karena ia menyadari bahwa Arya mungkin tidak benar- benar loyal padanya. Jika ia peduli, mengapa Arya tidak memastikan keaslian produk itu sebelum membelikannya? Arya malah langsung menyuruhnya membeli saat tahu harganya murah.

1
Nurae
Ini cerita nya sedih... ☹️
viddd
Greget bangett sama kelakuan lisna dan ibunya,, cepet rilis episode selanjutnya dong
viddd
Good ceritanya
viddd
Kasian lisna, baru episode 1 aja sedih ceritanya 🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!