Gyan Abhiseva Wiguna tengah hidup di fase tenang pasca break up dengan seorang wanita. Hidup yang berwarna berubah monokrom dan monoton.
Tak ada angin dan hujan, tiba-tiba dia dititipi seorang gadis cantik yang tak lain adalah partner bertengkarnya semasa kecil hingga remaja, Rachella Bumintara Ranendra. Gadis tantrum si ratu drama. Dia tak bisa menolak karena perintah dari singa pusat.
Akankah kehidupan tenangnya akan terganggu? Ataukah kehadiran Achel mampu merubah hidup yang monokrom kembali menjadi lebih berwarna? Atau masih tetap sama karena sang mantanlah pemilik warna hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Kekosongan Hati
Gyan terkejut ketika dia membuka mata Achel malah tertidur dalam posisi duduk dengan kepala tersampir di pinggiran sofa tempatnya terlelap. Dengan sangat hati-hati Gyan bangkit dari posisi tidur. Mendudukkan tubuh dengan nyawa yang masih belum sepenuhnya terkumpul. Tangannya mulai membenarkan rambut Achel yang sudah menutupi sebagian wajahnya. Ada senyum kecil yang terukir di wajahnya.
Dia yang biasanya sulit memejamkan mata, semalam seperti terhipnotis oleh suara Achel. Padahal, Achel dengan mengomel. Namun, suara gadis seperti alunan merdu yang mampu membuatnya tertidur dengan begitu lelap.
Gyan menggeleng pelan. Dia menghela napas kasar sebelum menyentuh pipi Achel dengan lembut. Gadis itupun mulai membuka mata. Wajah Gyan yang pertama dia lihat.
"Lu kenapa tidur di sini?"
Achel melihat dirinya yang tengah duduk di lantai. Lalu, meregangkan otot lehernya yang terasa sangat pegal.
"Achel nungguin Kak Gy bangun. Eh, malah Achel ketiduran."
Gyan tersenyum tipis. Lalu, menyuruh Achel untuk tidur di kamar. Gyan juga sudah bangkit dari duduknya, tapi lengannya Achel cekal hingga pandangan Gyan beralih kembali pada Achel.
"Mau ke mana?"
"Gua harus ke kantor." Dengan cepat Achel menggeleng.
"Hari ini Kak Gy gak boleh ke mana-mana. Harus full istirahat."
"Chel--"
"Untuk hari ini aja, Kak Gy. Badan Kak Gy perlu istirahat. Jangan nunggu sakit baru istirahat." Kalimat lembut membuat Gyan terdiam. Apalagi, Achel sudah bangkit dari duduknya tanpa melepaskan tangan Gyan yang sudah dia genggam. Membawanya menuju kamar.
"Istirahatlah, Kak. Bukan hanya tubuh, otak Kak Gy juga butuh istirahat."
Keras kepalanya Gyan berangsur menghilang karena permintaan Achel. William tersenyum bahagia ketika mendapat laporan dari Achel bahwa Gyan sudah tertidur kembali. Hanya Achel yang mampu meruntuhkan kerasnya hati dan kepala Gyan. Bahkan, mantannya Gyan tak bisa melakukan itu.
Full istirahat untuk hari ini membuat tubuh Gyan terasa lebih enak. Dia meregangkan ototnya yang terasa begitu pegal. Mengumpulkan nyawa terlebih dahulu sebelum membersihkan tubuh. Setelah segar, Gyan keluar dari kamar dan menuju lemari pendingin. Dahinya tetiba mengkerut ketika isi lemari pendingin dipenuhi susu kalengan murni siap minum. Sedangkan kopi serta minuman beralkohol sudah tak ada di sana.
"Mulailah hidup sehat, Kak Gy."
Suara Achel membuatnya memutar tubuh. Achel menghampiri Gyan yang masih berada di lemari pendingin. Achel meraih susu sapi murni dan membukanya untuk Gyan.
"Gua gak bisa--"
"Harus bisa."
Achel terus memaksa. Hingga akhirnya Gyan mencoba. Gadis itu menyuruh Gyan untuk menghabiskannya. Memang habis, tapi setelah itu Gyan berlari ke wastafel dan memuntahkan kembali susu tersebut.
Gadis itupun sangat panik. Memijat bagian belakang leher Gyan dengan begitu lembut.
"Maaf," sesal Achel.
"It's okay."
William terbahak mendengar laporan Achel perihal Gyan yang muntah-muntah karena meminum susu sapi murni. Dia sangat tahu jikalau lelaki dingin itu tak bisa meminum susu yang tak berasa.
Raut bersalah kini bersarang di wajah Achel. Di mana gadis itu sudah memberikan teh manis hangat kepada Gyan yang tengah menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. Bukan teh hangat yang Achel berikan melainkan teh panas. Namun, tak ada daya untuknya emosi pada gadis itu. Penyebabnya antara dua hal. Dia terlalu lemas atau memang dia tak tega memarahi perempuan yang membuatnya kembali menyiksa diri. Gyan masih belum menemukan jawaban atas! hal itu.
Suara bel berbunyi dan Achel segera melihat siapa yang datang. Bibirnya melengkung dengan sempurna ketika melihat kurir pengantar makanan. Gyan terus memperhatikan gerak-gerik Achel. Dia begitu ceria dan sibuk menyiapkan alat makan. Bahkan, Achel membukakan makanan untuknya.
"Pokoknya seharian ini Achel akan memantau Kak Gy terus. No hape, no laptop. Waktunya Kak Gy merelaksasikan tubuh dan pikiran. Paham?" Bukannya menjawab, Gyan malah tersenyum tipis.
Menikmati makanan diiringi ocehan Achel yang tak berhenti. Sesekali Gyan menyunggingkan senyum yang hampir tak terlihat setiap kali gadis itu memarahinya.
"Kak Gy dengar gak?" tanya Achel dengan penekanan.
"Hm."
Kata yang Achel rindukan akhirnya dapat dia dengar. Seketika bibirnya melengkung dengan sempurna dan membuat Gyan menukikkan kedua alisnya. Achel menggelengkan kepala dengan senyum yang masih belum memudar sebagai jawaban atas tukikan alis lelaki di depannya.
"Sederhana banget ternyata untuk bahagia itu. Hanya dengar 'hm' Kak Gy aja udah bikin Achel bahagia sebahagia-bahagianya."
Seharian ini Gyan benar-benar dilayani oleh Achel. Bahagia? Tentu. Tapi, perasaan itu mampu Gyan tutupi dengan sangat baik. Tak akan terlihat jika tidak jeli.
Gyan yang tengah asyik memindahkan channel televisi menoleh ke asal suara di mana Achel sudah menenteng tasnya. Dahi Gyan tetiba mengkerut.
"Achel harus pulang." Sorot mata sendu pun hadir. Ada rasa tak rela ketika gadis itu harus pergi lagi.
"Achel ijinnya ke Papi cuma sampai sore ini." Namun, tak ada jawaban dari lelaki tersebut. Masih dengan mata yang tertuju pada Achel.
"Kak Gy pernah bilang kan Achel enggak boleh ngecewain Mami Papi lagi. Makanya semua yang Achel lakukan akan minta ijin kepada mereka terlebih dahulu. Biar mereka percaya sama Achel dan gak selalu overthinking." Gyan mengangguk pelan mendengar penjelasan perempuan tersebut.
Akhirnya, gadis itupun meninggalkan apartment Gyan tanpa memperbolehkannya mengantar. Suasana hunian itu kembali sunyi. Hembusan napas kasar kembali keluar. Dilihatnya laptop serta ponsel sudah ada di atas meja makan. Ya, lelaki itu meraih dua benda itu untuk meramaikan pikiran serta hatinya yang kembali kosong.
Setengah jam berselang, ponselnya bergetar. Sebuah pesan berisi laporan dari bocah tantrum membuat bibirnya sedikit terangkat. Tangannya pun mulai menari di atas keyboard. Pesan balasan pun terkirim dan tanpa dia ketahui gadis yang menerima balasan darinya senang bukan main. Padahal hanya kata 'Hm' yang Gyan ketikkan.
Kekosongan hati masih tetap ada. Apalagi, Gyan sudah jarang kembali ke apartment. Ditambah di kantor banyak permasalahan sehingga dia harus bekerja sangat ekstra. Juga Achel yang mulai jarang menghubunginya karena jadwal kuliah yang padat.
Di tengah kefokusannya, ponselnya bergetar dan nama sang adik tertera di sana. Tanpa berlama dia segera menjawab panggilan tersebut. Bermula basa-basi dan berakhir pada sebuah pertanyaan yang membuat Gyan terdiam.
"Kak, masih sering ketemu Achel enggak?"
Belum juga menjawab pertanyaan adiknya itu, kalimat lain kembali terucap, "tolong jagain Achel ya, Kak."
Gyan mulai mengerutkan dahi dengan banyaknya pertanyaan yang bermunculan. Ada apa dengan bocah tantrum itu? Apa melakukan hal bodoh kembali? Cukup lama mereka berdua terdiam, akhirnya rasa penasaran membuat Gyan membuka suara.
"Kenapa dengan bocah itu?"
"Dia lagi suka sama seseorang dan dia bilang pengen ngejar lelaki itu."
Deg. Tetiba jantung Gyan terasa berhenti berdetak dan ada rasa perih di dalamnya.
"Gagas tuh khawatir karena lelaki yang dikejar usianya cukup jauh di atas Achel."
...*** BERSAMBUNG ***...
Yuk, tinggalin komentarnya ya ...
masih bertanya" dalam hati
adegan agak dewasa
hehehee
lanjut trus Thor
semangat
semangat kak doble up nx💪