NovelToon NovelToon
Istri Yang Ternodai

Istri Yang Ternodai

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintapertama / Patahhati / Tamat
Popularitas:12.3M
Nilai: 5
Nama Author: Elis Kurniasih

🌺Judul sebelumnya Pesona Cleopatra🌺


Cleopatra, wanita yang biasa dipanggil Rara menghipnotis banyak kaum adam termasuk kakak beradik Fahreza dan Zayn.

Tepat di detik-detik pernikahan Rara dan Reza, Zayn merenggut kehormatan Rara.

Rasa cinta Reza yang besar tak menyurutkan langkahnya untuk tetap menikahi gadis cantik bak ratu mesir di zaman dahulu itu. Namun, noda yang ada pada sang istri tetap membekas di hati Reza dan membuat ia lemah untuk memberi nafkah batin selama pernikahan.

Apakah Reza benar-benar tulus mencintai Rara? Atau Zayn, pria yang memang lebih mencintai Rara? bagaimana nasib Rara selanjutnya?

Baca sampe tuntas ya guys.
Terima kasih

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ibu-ibu rumpi

“Assalamualaiku ...” suara empat orang wanita dari luar rumah Rara.

“Waalaikumusalam,” ucap Mia yang langsung keluar dari rumahnya dan menyambut kedatangan teman-teman kerja sang putri.

“Ini mamanya Rara ya?” tanya Ratmi, salah satu tim pengajar di tempat Rara yang usianya lebih tua, mungkin tidak jauh berbeda dari usia Mia karena wanita ini pun sudah memiliki cucu.

“Iya, saya Mamanya Rara.”

“Ya ampun, pantesan Rara cantik, ternyata mamanya juga cantik,” kata salah satu teman Rara lagi yang bernama Widya

Dia seumur dengan Rara dan baru menjadi mamah muda, karena baru dua bulan kemarin ia mulai mengajar setelah cuti melahirkan tiga bulan.

“Ah, bisa saja. Ayo masuk!” Mia menyuruh teman-teman Rara untuk masuk ke dalam rumahnya.

“Mbak Raranya lagi ngapain, Bu?” tanya Husna, gadis berhijab yang masih lajang. satu-satunya wanita lajang yang berada di antara ibu-ibu.

Dia pengajar paling muda di tempat itu. Namun selalu menjadi buly-an karena wajahnya yang justru terlihat lebih muda Rara dibanding dirinya.

“Ada di kamar. Nanti saya panggilin," jawab Mia ramah.

“Kalau Rara masih belum bisa keluar kamar, ngga apa Bu. Kami saja yang ke sana,” ucap Nayra, wanita yang usianya dua tahun diatas Rara dan sudah memiliki dua anak.

“Alhamdulillah Rara udah sehat kok,” jawab Mia tersenyum.

“Eh, udah pada dateng.” Sapa Rara tersenyum ke arah teman-temannya yang duduk di di ruang tamu.

Rara berjalan perlahan dan dengan sigap Husna membantu memegangi Rara saat berjalan menuju tempat duduk di ruang tamu.

“Hati-hati, Mbak.” Husna memegangi lengan Rara.

Rara tersenyum. “Ngga apa kok, Na. Aku udah sehat, cuma tinggal pemulihan aja.”

“Supaya santai, duduknya di ruang tengah aja yuk!” kata Mia mengajak teman-teman putrinya untuk berkumpul di ruang keluarga. kebetulan ruang yang cukup dekat dari kamar Rara sehingga putrinya tidak melangkah jauh.

“Iya, Bu.” Sahut semua teman-teman Rara bersamaan dan segera memindahkan diri di kursi yang disebutkan Mia.

Mia beralih ke dapur untuk menyajikan makanan yang dibuat Rara tadi pagi, juga minuman segar.

“Bagaimana keadaanmu, Ra?” tanya Ratmi.

“Alhamdulillah Bu Ratmi. Saya sudah lebih baik.”

“Ih, ngga ada kamu tuh sepi, Ra,” kata Widya.

“Iya bener. Aku jadi ngga ada temen makan bareng dan ngga ada cowok yang lirik aku lagi,” kata Husna.

“Loh kok gitu?” tanya Rara bingung di iringi kebingungan dari teman yang lain.

“Iya, kok gitu?” tanya Nayra.

“Iya soalnya kalo lagi makan siang ke kantin sama mbak Rara, aku jadi kecipratan di godain. Padahal cowok-cowok itu ngegodainnya mbak Rara tapi karena ada aku di sampingnya jadi aku keikutan digodain deh.”

Sontak Rara dan Ratmi tertawa, begitu pun Widya.

“Haish ... Aku kira apa? OMG.” Nayra menatap Husna jengah, walau ia pun ikut tertawa setelahnya.

“Jadi kalau ngga jalan sama Rara, kamu ngga digodain cowok, Na?” tanya Widya.

Husna menggeleng. “Ngga.”

“Ih, kesian deh kamu, Na.” Ledek Ratmi dan Nayra.

“Cowok-cowok itu bukannya ngga mau ngegodain kamu, Na. Tapi mereka segan karena kamu pakai hijab. Dan, itu bagus bukan? Kamu memiliki kharisma,” kata Rara.

“Eum .... Mbak Rara emang the best. Saranghae, Mbak.” Husna mengaitkan ibu jari dan telunjuknya menjadi berbentuk love, karena telah menguatkan Husna.

“Btw, Pak Ismail sepertinya suka sama kamu Na,” kata Nayra.

“Masa sih, Mbak?” tanya Husna tak percaya pasalnya ia memang mengagumi guru Geografi yang mengajar di sekolah menengah atas dengan yayasan yang sama. Mereka memang kerap bertemu di kantin atau ketika di parkiran, karena posisi taman kanak-kanak berdekatan dengan SMA.

Yayasan tempat Rara mengajar cukup besar. Yayasan itu hampir berada di berbagai kota besar. Di sana terdapat jejang pendidikan mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Dan kebetulan Rara ditempatkan di yayasan pusat.

“Ciye ... Seneng nih,” ledek Rara.

“Iya, tapi dia cuma negor mbak Rara doang, kalau di kantin. Aku ngga pernah ditegur.”

“Yah, kasihan deh, Husna.” Ledek Ratmi lagi.

“Ah, ibu mah bisanya ngeledikin aku doang,” rengek Husna.

“Kalau aku emang udah kenal sama Ismail, Na. Karena Ismail itu kan adiknya Bu Yasmin, sedangkan bu Yasmin istri rekan kerja suamiku. Kalau aku dan suami lagi silaturahim ke rumah Bu Yasmin, Ismail suka ada di sana.”

“Wah, jadi Pak Ismail adiknya Bu yasmin? Kepala sekolah kita? Kok aku ngga tahu, Ra.” tanya Widya.

“Iya, Ra. Kamu ngga pernah cerita," kata Nayra.

Mereka pun memajukan tubuhnya agar rumpian itu terdengar jelas.

“Lah, emang kalian ngga tahu? Perasaan aku udah kasih tahu deh.”

“Ah, kamu mah pake perasaan, Ra,” sahut Ratmi membuat semua tergelak.

“Ciye, kalau jadi sama Ismail, naik level kamu, Na.” Ledek Nayra.

“Udah pepet terus, Na,” sahut Widya.

“Emang metromini,” jawab Husna dengan wajah innocent, membuat keempat wanita itu kembali tertawa.

“Haduh, dari pagi bibirku pegel nih ketawa mulu,” katra Rara.

“Bagus dong, katanya ketawa itu meningkatkan imun, Ra. Jadi dengan kamu ketawa, kamu cepet sembuh.” Sahut Ratmi.

“Iya, cepet sembuh, kalo disangka orgil gimana?” tanya Husna

“Hahahaha ....” kelima wanita itu kembali tertawa.

“Haduh, seru banget sih ngobrolnya.” Mia mendekati Rara dan teman\=temannya sembari membawa banyak makanan dan minuman.

“Wah, jangan repot-repot bu,” kata Widya.

“Iya, Bu. Kalau bisa yang ada aja dikeluarin,” sahut Nayra.

“Iya, nanti pas pulang Husna minta plastik ya, Bu.’ Kata Husna.

“Buat apa?” tanya Mia bingung.

“Buat bawa pulang.”

Sontak jawaban Husna membuat mereka yang ada di sana kembali tergelak.

“Haduh, Na. Plis deh, jangan malu-maluin napa,” kata Ratmi.

“Maklum, Bu. Anak kosan, hehehehe ...” Husna nyengir.

Sungguh, hari ini adalah hari menyenangkan untuk Rara. Setelah di rumah sakit selama satu minggu dan terkurung di rumah dengan waktu yang sama. Akhirnya, ia dapat bertemu dengan teman-temannya yang luar biasa. Dengan usia berbeda dan jalan hidup berbeda, mereka bisa bertukar pikiran dan ia adalah orang paling beruntung di antara teman-temannya.

Ratmi adalah istri pertama, suaminya menikah lagi di saat usia pernikahan mereka telah masuk ke lima belas. Rara sangat apreciate dengan ibu dua cucu itu, karena wanita itu dapat melewati masa-masa terpuruknya dan hingga kini pun bertahan dengan pernikahan itu.

Nayra memiliki suami yang mempunyai kekurangan fisik. Tepat di saat satu tahun setelah anak pertamanya dilahirkan, suaminya di vonis terkena glukoma, penyakit yang kian lama akan memakan penglihatannya dan menjadi buta permanen. Paska operasi mata, sang suami tidak bisa lagi bekerja. Untungnya kini mereka membuka usaha. Oleh karena itu, Nayra menjadi tulang punggung dalam keluarga.

Widya yang baru saja menjadi mamah muda pun tak luput dari masalah. Suaminya yang memiliki pekerjaan bagus sebagai abdi negara dan goodlooking, justru malah sering kali terjebak dengan pergaulan yang kurang baik di antara teman-temannya. Suaminya kerap lebih memilih kumpul bersama teman-teman dibandingkan dengan anak dan istrinya.

Sedangkan Husna, hanya jadi pendengar ketika keempat ibu-ibu rumpi itu sedang mengeluhkan masalah rumah tangga mereka. Mengeluhkan bukan untuk menyebar aib, melainkan berbagi untuk mencari solusi. Dan, Husna senang mendengarkan itu untuk menjadi bahan ketika ia menikah nanti.

Seperti saat ini, mereka yang telah menikah tengah berbincang masalah ranjang.

“Stop, ah. Ganti topik, ganti topik. Aku masih kecil.” Husna menutupkan telinganya saat Widya mulai membicarakan tentang kenjantanan laki-laki.

“Ya elah, Na, kamu juga harus belajar yang ginian. Supaya ngga kaku nanti,” sahut Nayra.

“Udah, Mbak,. Saya tuh udah belajar terus dari Mbak sama Bu Ratmi. Udah khatam saya. Justru masalahnya kalau saya mau nanti disalurin kemana?”

“Sama terong aja, Na.” Kata Widya, membuat mereka kembali tertawa.

“Amit-amit, naudzubillah.” Husna mengurutkan dadanya.

“Assalamualaikum,” suara Reza menghentikan tawa mereka.

“Waalaikumusalam.” Semua wanita di sana terscengang melihat ketampanan suami Rara.

Ini adalah kali pertama mereka melihat secara langsung suami Rara, karena biasanya Reza hanya menjemput Rara dengan menunggunya di dalam mobil parkiran.

“Eh, Kak. Udah pulang.” Rara berdiri dan menyambut suaminya. “Bentar ya,” Rara pamit pada keempat temannya yang gesrek itu.

“MasyaAllah ganteng banget, Mbak.” Ucap Husna sembari menunduk. Namun ia menengok lagi ke arah Reza yang tidak melihantnya karena sedang bersama Rara.

“Jaga pandangan, jaga pandangan,” kata Husna lagi.

“Apaan sih, jaga pandang, jaga pandangan. Tapi diliatin terus.” Widya memukul lengan Husna.

“Khilaf, Mbak. Namanya juga manusia,” sahut Husna.

Ratmi dan Nayra tidak berkomentar karena mereka sibuk memasukkan makanan ke mulut. Mereka hanya menyumbang tawa dengan mulut tersumpal.

“Ya ampun dicium kening lagi. Haduh, Husna jadi mau nih.”

“Apaan sih, Na. Kambuh deh.”

“Kenapa?” tanya Rara yang sudah berada di antara teman-temannya untuk memperkenalkan sang suami.

“Biasa, Ra. Si Husna kambuh liat suami kamu.”

Sontak mereka tertawa, begitu pun Reza. Husna salah tingkah sendiri dan itu cukup membuat Reza geli melihatnya. Begitu juga Rara, ia tak henti-hentinya tertawa.

Reza menatap wajah istrinya yang ceria. Ia pun tersenyum lebar. Istrinya benar-benar cantik.

1
Martin Budiningsih
crt yg luar biasa. tks
pipi gemoy
👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👏🏼👏🏼👏🏼👏🏼👏🏼👏🏼👏🏼☕
siti nuriyatul
aq Uda baca 2x kak....tp tetep mewekk/Sob/
Surati
bagus ceritanya 👍🙏🏻
Khairul Azam
widih enak banget jd rezza
Khairul Azam
bulshit lah klo ada wanita setegar itu. sipenulis klo diposisi si rara emang bisa seperti itu.
Khairul Azam
aduh jahat banget othornya kenapa rahimnya diangkat
Agustina Dwi Andreani
Biasa
Agustina Dwi Andreani
Luar biasa
Triana Oktafiani
Keren, alur ceritanya ga membosankan, lanjut berkarya kak 👍
Risna Tanjung
gak kk, ampek nggak bisa akoh skip bab nya 😂😂🙏
rinny
dan semuanya luar biasa 👍👍👍👍
rinny
luar biasa. semua karya kak El emang the best.👍👍👍👍
aryuu
rameeee /Drool//Drool/
ryuka
Luar biasa
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
sudah baca semua. mana kisah barunya, kak Elis? 🤩
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
ayo buat adik lagi untuk duo Z.. 😄
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
aku kangen semuanya
Mei Saroha
sang perfeksionis ternyata kehidupan cintanya paling banyak belokan 😆
Mei Saroha
emang darah perawan sama darah dari jari sama banyaknya ya?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!