NovelToon NovelToon
SUSUK JALATUNDA

SUSUK JALATUNDA

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Horor / Duniahiburan
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Naim Nurbanah

Misda terpaksa harus bekerja di kota untuk mencukupi kebutuhan keluarga nya. Saat Dikota, mau tidak mau Misda menjadi LC di sebuah kafe. Singkat cerita karena godaan dari teman LC nya, Misda diajak ke orang pintar untuk memasang susuk untuk daya tarik dan pikat supaya Misda.

Bagaimana kisah selanjutnya? Ikuti cerita novelnya di SUSUK JALATUNDA

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naim Nurbanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Malam itu, jalan menuju kost Misda sunyi senyap, hanya diterangi samar oleh cahaya redup lampu jalan yang mulai meredup. Wono duduk di depan, tampak fokus pada jalan, tetapi di dadanya bergejolak rasa senang yang tak bisa ia sembunyikan, ia begitu bahagia bisa mengantarkan Misda pulang, meski dalam diam. 

Di belakangnya, Misda menatap ke kanan, matanya terpaku pada sosok wanita yang muncul seperti bayangan dari masa lalu: mengenakan kebaya panjang ala sinden, berdiri di tepian jalan dengan senyum misterius, tangannya melambai pelan ke arahnya. 

 “Siapa dia?” tanya rasa penasaran yang mulai mengusik. 

Namun Wono tetap tak bergeming, matanya menatap lurus ke depan, seolah menolak untuk melihat keberadaan makhluk yang mengikuti mereka dalam diam, sesosok yang tak kasat mata tapi sangat nyata bagi hati yang peka. 

Udara malam semakin dingin, dan dalam keheningan itu, rasa takut perlahan merayapi setiap sudut jiwa, membekukan waktu sejenak di antara mereka. Di balik kebahagiaan sederhana yang terpancar di wajah Wono, tersimpan rahasia yang belum bisa ia ungkapkan, bahwa mereka tak sendirian di perjalanan itu.

Misda terpaku dalam ketakutan yang membuncah tanpa mampu ia bendung. Tanpa sadar, tubuh rampingnya merangkul erat pinggang Wono, seolah hanya di sana dia bisa merasakan secercah keselamatan. 

Wajah cantiknya terbenam dalam punggung lebar Wono, seolah menolak bertatap muka dengan sosok wanita makhluk halus itu sang pemilik susuk Jalatunda yang sudah mendarah daging di wajah dan seluruh tubuhnya. 

 "Sial! Kenapa dia tak pernah lepas dari bayanganku?" 

Misda bergumam panik dalam hati, jari-jarinya mencengkeram pinggang Wono semakin kuat, berharap dapat menahan rasa takut yang kian menggila. Sementara itu, Wono merasakan denyut jantungnya berdetak lebih cepat, dadanya sesak oleh hadirnya Misda di dekatnya.

 Sentuhan lembut kedua dada itu menempel begitu nyata di punggungnya, menghadirkan getaran aneh dalam dirinya yang tak pernah ia duga. Di sudut hati Wono, mulai muncul bisikan yang tak ingin ia akui: mungkin, ada sesuatu yang lebih dari sekadar teman di antara mereka.

Posisi motor Wono tetap tak bergeser saat ia memarkirkan kendaraannya di depan deretan kamar kost bedeng milik Misda. Udara malam terasa sunyi, namun sesak dalam dada Wono seolah menggetarkan sepi itu. 

 "Sudah sampai, Misda. Istirahat yang cukup, ya," ucap Wono dari atas motor, suaranya rendah tapi penuh perhatian. Misda menatap pria itu dengan mata penuh keraguan, seolah berat melepaskan sosok yang telah jadi tempatnya merasa aman, meski hanya sesaat di akhir hari.

"Bang Wono, nggak mau mampir dulu? Aku buatkan kopi. Untuk Bang Wono," pinta Misda, suaranya tergesa-gesa, matanya sesekali melirik ke sekeliling, memastikan tidak ada bayang-bayang Sindhen yang mengikuti atau mengintai di belakangnya. 

 "Masa sih boleh?" 

Wono membalas dengan nada setengah bercanda, senyumnya merekah menghangatkan suasana. Misda mengangguk cepat, hati yang berdebar mengiringi setiap langkahnya saat membuka pintu kamar yang sederhana itu. 

 Pintu tertutup rapat, memisahkan mereka dari dunia luar yang dingin dan penuh prasangka. Wono duduk di kursi plastik yang berderit, menatap Misda yang sibuk meracik kopi. Di keheningan yang semu itu, ada getar tak terucap, harapan yang mulai merambat pelan dalam hati mereka.

Saat Wono menatap ke arah Misda, matanya menangkap sesuatu yang tidak seharusnya ada di dunia nyata, sosok wanita berpakaian sinden berdiri diam, menatap lurus ke bola matanya dengan tatapan membara yang menusuk jiwa. Wono mengucek mata berkali-kali, berusaha meyakinkan dirinya bahwa bayangan itu hanyalah ilusi. Tapi, sosok itu tetap ada, hadir seolah melekat dalam kenyataan. Ketegangan mencekam menusuk dadanya, tapi Wono bertekad tidak membiarkan rasa takut menguasainya.

Tiba-tiba Misda mendekat sambil membawa secangkir kopi hangat. "Minum kopinya, bang!" Suaranya lembut, namun ada sesuatu yang sulit dijelaskan dalam matanya yang perlahan kehilangan sinar.

Wono membalas senyum manis itu, berusaha mengusir kegelisahan. "Kopi kamu enak banget, Mis," pujinya, berharap bisa menenangkan suasana.

Misda membalas dengan senyum tipis, tapi perlahan tatapannya menghilang dalam kekosongan, seolah diseret oleh kekuatan gelap yang menguasainya—sosok sinden pemilik susuk Jalatunda yang kini menjadi penguasa dalam tubuhnya.

"Tinggal di sini, bang," pinta Misda dengan suara bergetar, membuat dahi Wono berkerut penuh kekhawatiran dan kejutan. Ada sesuatu yang lebih dari sekadar kata-kata, sebuah permintaan yang membawa berat misteri dan ancaman tak terucap di malam yang sunyi ini.

"Hah? Tidur di sini?”

Wono terkejut, tapi Misda hanya mengangguk pelan dengan senyum misterius yang menyimpan rahasia. Jantung Wono tiba-tiba berdetak lebih cepat, rasa aneh merayapi kulitnya saat Misda tanpa ragu melepas pakaian kerjanya, memperlihatkan lekuk tubuh yang sebelumnya hanya bisa ia simpan dalam mimpi terliar. Tubuhnya bergeming, sulit menelan ludah yang tiba-tiba terasa kering.

“Misda...” desis Wono serak, suaranya hampir tercekat.

Namun, sebelum ia sempat mundur, tangan halus itu telah meraih lengannya, menariknya perlahan ke dalam kamar kecil penuh aura menggoda. Di atas ranjang, Misda berbaring dengan pose penuh daya tarik, tatapannya menantang keberanian Wono.

“Bang Wono, ayo naik ke sini, dekat aku. Kita tidur bersama,” bisik Misda penuh godaan yang menembus pertahanan terakhir Wono.

Rasionalnya bergulat, tapi hasrat yang sejak lama tersembunyi mulai membuncah. Sejak Misda datang ke kafe, pesonanya tak pernah luput dari pandangan Wono. Kini, dalam bisu kamar itu, magnet yang tak terelakkan membuatnya semakin yakin sebuah malam penuh gelora akan segera dimulai.

Entah bisikan ghaib apa yang menyusup ke relung hati Wono, membuatnya terjebak dalam tahta keinginan Misda. Tanpa sisa keraguan, Misda merangkul pria itu erat, seperti paku yang mengikat baja.

Sekejap kemudian, Wono tak kuasa menahan hasratnya, bibir mereka bertemu dalam cumbu yang membakar. Namun, saat gelora itu menguasainya, matanya tiba-tiba menangkap bayangan yang mengerikan wajah Misda berubah menjadi sosok sinden misterius yang pernah dia lihat sebelumnya.

Tubuh Wono serasa tersengat petir, dia menolak dengan segenap tenaga, mendorong Misda hingga jatuh tersungkur ke sudut kamar. Tapi tatapan Misda, kini merah membara dan liar, seolah bukan lagi miliknya sendiri. Dalam cengkeraman kekuatan yang tak bisa dilawan, sosok sinden yang merasuki tubuh Misda kembali menggapai Wono, menguncinya tanpa ampun.

Ketakutan dan nafsu membakar jiwa Wono sekaligus, membingungkan pikirannya. Dia merasakan sesuatu yang ganjil, suatu penguasaan yang mengekang tubuh yang seharusnya dikenalnya tubuh Misda kini jadi wadah makhluk halus yang menakutkan.

Desahan Wono membelah keheningan kamar, suara nafasnya tersekat oleh napas panas yang terus mendera, melawan daya tahan tubuhnya yang nyaris terjerumus ke tepi kehancuran. Dalam pusaran hasrat dan ketakutan itu, Wono hanya bisa berharap pada secercah kekuatan yang tersisa untuk tidak menyerah pada bayang-bayang gelap yang kini membelenggunya.

Wono berjuang keras melepaskan diri dari jerat wanita yang tubuhnya kini terbelenggu oleh makhluk halus penuh nafsu. Nafasnya tersengal, matanya memburu-cari sesuatu sampai akhirnya menemukan sebuah cermin kecil senjata pamungkas untuk mengusir kegelapan yang menguasai Misda.

Dengan tangan gemetar, ia mengarahkan cermin itu ke wajah wanita yang terlena dalam bayang-bayang hitam itu. Tiba-tiba, jeritan mengiris malam, pecah keluar dari bibir Misda, lalu tubuhnya lunglai, ambruk lemas di atas Wono.

Misda tertegun, terkejut menyadari dirinya tersandar rapuh di dada pria itu. Di saat yang sama, pelukan Wono semakin erat, menyelimuti dia dalam kehangatan yang bertolak belakang dengan kegelapan yang baru saja mereka lawan.

"Tenanglah, Misda. Semua ini bukan seperti yang kamu bayangkan," bisik Wono penuh kasih, suaranya menenangkan badai yang mengamuk di benak wanita itu.

"Aku tidak pernah berniat memanfaatkan keadaan."

Mata Misda membelalak, getir dan bingung menghantuinya. "Apakah makhluk itu benar-benar merasuki tubuhku?" tanyanya dengan suara bergetar.

Wono mengangguk cepat, penuh kepedihan. Sadar akan kerentanannya, Misda segera meraih selimut dan membalut tubuhnya yang terbuka, mencari pelindung dari kehampaan yang tiba-tiba menyesaknya. Malam itu, bukan hanya bayangan hitam yang usai, tapi juga kepercayaan dan ketakutan yang harus mereka tuntaskan bersama.

1
NAIM NURBANAH
Semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!