Setelah mati tertembak, Ratu Mafia yang terkenal kejam, dan tidak memiliki belas kasihan. Tamara sang Ratu Mafia, mendapati dirinya bertransmigrasi ke dalam tubuh seorang antagonis novel roman picisan bernama sama.
Harus menjalani pernikahan paksa dengan Reifan Adhitama, CEO berhati dingin dan ketua mafia yang tampan, dan juga terkenal kejam dan dingin. Duda Anak dua, yang ditakdirkan untuk jatuh ke pelukan wanita licik berkedok polos, Santi.
Dengan kecerdasan dan kemampuan tempur luar biasa yang masih melekat, Tamara yang baru ini punya satu misi. Hancurkan alur novel!
Tamara harus mengubah nasib tragis si antagonis, membuktikan dirinya bukan wanita lemah, dan membongkar kepalsuan Santi sebelum Reifan Adhitama terlena.
Mampukah sang Ratu Mafia menaklukkan pernikahan yang rumit, mertua yang membenci, serta dua anak tiri yang skeptis, sambil merancang strategi untuk mempertahankan singgasananya di hati sang Don?
Siapa bilang antagonis tak bisa jadi pemeran utama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RENCANA REIFAN
"Tentu, Tamara. Sungguh penampilan yang mengejutkan. Kabar tentang pernikahan Anda dengan Tuan Reifan Adhitama sudah menjadi pembicaraan hangat. Apakah Anda sudah siap memasuki lingkaran keluarga Adhitama yang terkenal Dingin itu?" tanya Mia, matanya tajam, berharap menemukan keraguan di sana.
"Pernikahan adalah sebuah perjanjian, Nona Mia. Dan dalam perjanjian, kesiapan adalah hal mutlak. Pertanyaannya, apakah mereka siap menyambut saya?" jawab Tamara mengangkat gelas sampanye nya sedikit ke arah Mia, seperti memberi penghormatan, kemudian menyesapnya perlahan.
Jawaban itu menggantung di udara, penuh percaya diri dan sedikit ancaman.
Para sosialita di sekitar Tamara saling berbisik kagum, dan kamera Mia menangkap ekspresi itu. Ia tahu, jawaban Tamara akan menjadi headline yang panas.
"Dan mengenai rumor-rumor masa lalu Anda, Tamara? Apakah itu semua sudah berakhir seiring Anda menjadi calon istri Tuan Reifan?" lanjut Mia, kembali mengajukan pertanyaan, mencoba memancing lebih jauh.
"Semua orang punya masa lalu, Nona Mia," jawab Tamara, matanya kini menatap lurus ke arah jam tangan mewah di pergelangan tangannya, yang ia yakini sedang dilihat oleh Reifan di suatu tempat.
"Masa lalu adalah fondasi. Yang terpenting, bagaimana kita membangun masa depan. Dan saya, Nona Mia, sedang membangun takhta. Silakan nikmati sisa malam Anda," lanjut Tamara, mengakhiri sesi tanya jawab nya.
Tamara berbalik anggun, menyudahi wawancara sepihak itu dengan sempurna.
Tamara meninggalkan Mia dan jurnalis lain yang kini berebut mengambil foto dan merekam bisik-bisik yang beredar di antara sosialita.
🖤🖤🖤
Malam di Markas Reifan
Di sebuah bunker tersembunyi jauh di luar kota yang berfungsi sebagai markas utama mafia Reifan, Reifan sedang berada di ruang rapat bersama tiga orang kepercayaannya.
Di sisi kanannya, ada Damian, yang selalu tenang dan efisien, membereskan masalah perusahaan. Di sisi kirinya, duduklah Rocky, tangan kanan di urusan underground, sosok dingin, datar, dan jarang bicara. Berhadapan dengan Reifan, adalah Axel, yang kontras dengan Rocky, ia adalah seorang playboy humoris, tapi otaknya tajam dalam strategi perang mafia.
"Jadi, laporan mata-mata, calon istriku, Nona Tamara, melakukan hal-hal yang tidak terduga. Damian?" ucap Reifan membuka rapat, suaranya dingin dan menusuk.
Damian membuka brief case kulitnya, dan mulai membaca laporan yang dirinya terima dari anak buah kepercayaan nya.
"Selain tadi siang Nona Tamara datang ke lantai 12 Adhitama Corp, membuat kekacauan kecil dengan mengancam seorang karyawan bernama Santi. Pagi tadi, di hotel tempat Nona Tamara menginap, dia terlihat menerima kiriman paket yang sangat mencurigakan, kami duga berisi senjata atau alat komunikasi terenkripsi. Tuan, dia bukan lagi Tamara yang emosional," ucap Damian, melaporkan dengan sangat detail dan terperinci, tentang apa saja yang di lakukan Tamara hari ini.
"Wanita yang datang ke 'The Shadow' malam itu adalah seorang pejuang. Aku merasakan auranya. Dia tidak takut. Kami seharusnya memeriksanya," ucap Rocky, yang biasanya hanya mendengarkan, angkat bicara, suaranya sedingin es.
"Wow, Tuan muda Adhitama, calon istrimu jadi badass? Mungkin dia menyadari bahwa dengan menikahimu, dia mendapatkan upgrade status, jadi dia mulai berlagak seperti Nyonya Mafia. Tapi ancaman itu... menarik. Siapa Santi? Sepertinya dia tahu sesuatu," ucap Axel tertawa kecil, dan menyeringai
Reifan memejamkan mata sesaat. Instingnya yang sangat tajam berdenyut. Perubahan Tamara terlalu drastis.
"Rocky, cari tahu siapa yang berani menjual senjata di wilayah kita tanpa izin, terutama pada calon istriku. Damian, selidiki Santi. Detail kehidupannya, keluarganya, dan setiap interaksinya dengan Tamara, Axel, fokus pada apa yang bisa dia dapatkan dari keluarga lamanya. Apakah dia sedang dalam masalah?" perintah Reifan, pada tiga bawahan nya.
"Siap, kami bergerak, Tuan," ujar Rocky dan Axel serempak.
"Pastikan sistem keamanan di rumah diperketat! Aku tidak ingin ada kejutan! Aku menikahinya karena perjanjian bisnis, tapi aku tidak suka kejutan, terutama dari seorang wanita yang bisa berubah 180 derajat dalam semalam!" perintah Reifan, menatap Damian.
Tamara yang baru, pikir Reifan. Kau pikir kau bisa menguasai takdirmu di sini? Mari kita lihat seberapa kuat dirimu, sebelum kau memasuki sangkar singa ini.
Tiba-tiba Reifan ingat, dengan pesan masuk di email pribadi nya, yang di kirim oleh Tamara, satu jam yang lalu.
"Aku hampir lupa, wanita itu hari juga memperluas koneksi nya di high society, di pergi ke museum," ucap Reifan dingin.
Reifan Adhitama, memproyeksikan foto Tamara di Museum Seni ke layar lebar di depannya, di sekelilingnya, berdiri tiga pria kepercayaannya.
Damian, yang masih menganalisis data Blackwood dari flash drive, Robert dengan wajah datarnya yang selalu tampak seperti pahatan es, dan Axel, yang menyilangkan kaki santai, menyunggingkan senyum playboy yang mengganggu.
"Lihatlah. Nona Tamara yang cengeng, dia di gudang kargo tadi malam, dan hari ini, dia mencuri jam tangan dari brankas pribadiku dan memamerkannya di Museum," ucap Reifan, suaranya dipenuhi campuran amarah dan kekaguman tersembunyi.
"HAHAHAHAHAHA!"
Axel tertawa terbahak-bahak, tawanya memecah keheningan mencekam ruangan itu.
"Hah! She's a keeper, Tuan Reifan! Seorang wanita yang berani mencuri dari Anda? Itu namanya semangat! Biasanya, wanita hanya merengek minta dibelikan berlian, dia malah mengambil yang paling berharga!" ucap Axel, menggelengkan kepalanya, tersenyum geli.
Axel si playboy cap katak itu, sudah sangat hafal hapal seperti apa sifat para kaum perempuan.
Robert, tangan kanan Reifan di dunia bawah yang dikenal kejam dan efisien, hanya menatap layar dengan ekspresi datar. Ia membetulkan kacamatanya.
"Ini bukan lelucon, Axel," ucap Robert, suaranya tenang dan sedingin baja.
"Dia melanggar batas yang tidak boleh dilanggar. Brankas pribadi Anda, Tuan, tidak bisa ditembus semudah itu. Aksesnya harus melalui jaringan keamanan yang dibuat oleh Damian sendiri," lanjut Robert.
Damian, yang memasukkan flash drive ke dalam port terenkripsi, mengangkat pandangannya.
"Sistem keamanan brankas belum menunjukkan adanya pembobolan fisik, Tuan. Ini berarti, Nona Tamara tidak mencuri, dalam artian biasa. Dia mungkin memiliki akses yang tidak terdeteksi, atau dia tahu celah yang tidak kita ketahui," ucap Damian, melihat ke arah Reifan, yang terlihat berwajah kusut.
"Robert benar. Ini bukan hanya tentang jam tangan, tapi ini tentang kontrol, dia menunjukkan bahwa dia bisa menjangkau dan mengambil apa pun yang kumiliki," jawab Reifan mengangguk, menyetujui analisis Robert dan Damian.
"Jadi, Tuan, apa perintah Anda?" tanya Robert, matanya yang tajam memancarkan kesiapan untuk melakukan perintah apa pun, bahkan membungkam calon istri bosnya.
Robert Nak, harap jangan ikut campur, bisa-bisa kau jadi ayam penyet nanti😂
"Jangan sentuh dia. Tidak ada tindakan fisik, tidak ada ancaman," jawab Reifan menyandarkan dirinya, di kursi nya.
"Ah, sayang sekali. Aku sudah siap untuk mengiriminya bunga dan ancaman sekaligus," ucap Axel mendengus.