NovelToon NovelToon
OM KEN YANG PERKASA

OM KEN YANG PERKASA

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Anak Yatim Piatu / Nikahmuda / Crazy Rich/Konglomerat / Duda / Cintapertama
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: YuKa Fortuna

Kenneth memutuskan untuk mengasuh Keyra ketika gadis kecil itu ditinggal wafat ayahnya.
Seiring waktu, Keyra pun tumbuh dewasa, kebersamaannya dengan Kenneth ternyata memiliki arti yang special bagi Keyra dewasa.
Kenneth sang duda mapan itupun menyayangi Keyra dengan sepenuh hatinya.
Yuk simak perjalanan romantis mereka🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YuKa Fortuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 19. Pengganti Ken?

19

Demam Keyra semakin tinggi menjelang malam. Wajahnya memerah, tubuhnya menggigil meski selimut tebal sudah menutup rapat seluruh tubuhnya. Nafasnya tersengal pelan, sesekali terdengar seperti berjuang untuk tetap sadar.

Madame Elvira duduk di sisi tempat tidur, mengganti kompres di dahi gadis itu yang sudah kembali hangat.

“Keyra… minum sedikit, ya,” bisiknya sambil mencoba menyuapkan air.

Namun Keyra hanya menggeleng lemah, matanya tetap terpejam, alisnya mengerut seperti menahan sesuatu yang jauh lebih dalam dari sekadar sakit fisik.

Dan tiba-tiba, dalam keadaan setengah sadar, bibirnya bergerak pelan.

“…Ken… jangan pergi… Ken…”

Elvira membeku. Ada irisan sedih yang meremas dadanya saat mendengar nama itu keluar dari mulut Keyra dengan suara begitu rapuh.

“Ken…” Keyra meracau lagi, kali ini lebih lirih. “Jangan tinggalin aku… please…”

Elvira menggenggam tangan Keyra kuat-kuat. “Nak… Ken pasti kembali. Kamu tenang dulu, ya.”

Tapi Keyra terus menggumamkan nama itu, suaranya bergetar, seolah sedang mengejar seseorang dalam mimpi panjang yang dingin.

Elvira akhirnya bangkit, mengambil ponselnya, lalu menekan nomor Ken.

Nada sambung.

Sekali.

Dua kali.

Tiga kali.

Tidak diangkat.

Elvira mencoba lagi. Kali ini langsung berujung pesan suara.

“Tuan Miles, ini Elvira,” ucapnya, menahan nada panik. “Keyra sakit. Demamnya tinggi sekali. Ia terus memanggil nama anda… Tolong, kalau anda mendengar pesan ini, segera kabari atau pulang. Ini sudah darurat.”

Ia mengakhiri panggilan, lalu mencoba menghubungi sekali lagi, tetap tidak tersambung.

“Ya Tuhan…” gumam Elvira sambil menutup wajah dengan satu tangan. Ia bukan tipe yang mudah panik, tapi kondisi Keyra benar-benar menguji ketenangannya malam itu.

Ia kembali ke sisi Keyra, mengelus rambut gadis itu yang basah oleh keringat dingin meski AC terus menyala.

Keyra kembali meracau sambil mengerang lemah. “Ken… jangan pergi… aku… kangen…”

Elvira menahan napas berat.

Ia tahu perasaan yang berkembang ini jauh lebih dalam daripada sekadar kekaguman remaja. Dan Ken… entah apa alasan pria itu pergi dan belum kembali hingga detik ini.

“Madame…” Keyra menggumam lirih lagi, meski matanya masih terpejam. “Ken di mana…?”

Wanita paruh baya itu menggenggam tangan Keyra lebih erat, berusaha agar suaranya tetap stabil.

“Aku nggak tahu, Nak… tapi aku di sini. Kamu tidak sendirian.”

Di luar kamar, hujan mulai turun pelan, seolah menambah kekosongan rumah yang kehilangan pemilik langkah tenangnya.

Ken masih belum menghubungi balik.

Dan Keyra… semakin tenggelam dalam demam yang mengaduk kerinduan dan ketakutan menjadi satu.

**

Tok… tok…

Pintu kamar Keyra diketuk perlahan.

Madame Elvira membuka sedikit celah. Di depan pintu berdiri Rafael yang masih dengan seragam sekolah, wajahnya tampak cemas. Di tangannya ada tas kecil berisi beberapa botol jus dan sup hangat.

“Madame… boleh saya lihat Keyra?” tanyanya dengan suara serak menahan gugup.

Elvira menimbang sejenak, lalu mengangguk. Anak ini tulus, pikirnya.

Rafael masuk perlahan. Langkahnya terhenti ketika melihat Keyra terbaring pucat, pipinya memerah karena demam, napasnya lemah. Ia menarik bangku dan duduk di sisi ranjang.

“Key…” panggilnya pelan.

Keyra membuka mata sedikit, dan butuh beberapa detik sampai wajah Rafael terbentuk jelas dalam pandangannya.

“…Rafael?” suaranya parau, hampir tak terdengar.

Cowok itu tersenyum kecil, senyum yang berusaha menenangkan.

“Iya. Temenmu yang paling ganteng, ingat?”

Keyra ingin tertawa, tapi tubuhnya terlalu lemah. Ia hanya mengerjap, mengamati Rafael yang terlihat benar-benar khawatir.

“Aku bawain ini,” Rafael mengangkat kotak sup hangat. “Aku masakin bareng Mommy. Katanya kalau lagi sakit, jangan cuma minum air. Kamu harus makan sesuatu yang bisa menghangatkan perut.”

Madame Elvira menyerah begitu saja pada ketulusan itu dan akhirnya meninggalkan mereka sebentar.

Rafael mengaduk supnya perlahan, meniupkan uap panasnya, lalu mendekatkan sendok ke bibir Keyra.

“Ayo… sedikit aja,” pintanya.

Keyra sebenarnya malu. Ia jarang terlihat selemah ini di depan siapapun kecuali Ken. Tapi mata Rafael begitu lembut, tanpa tekanan apa pun, hanya perhatian murni.

Akhirnya ia membuka mulut sedikit, menerima suapan itu.

Rafael tersenyum lega. “Good girl.”

Keyra memutar bola mata kecil, tapi tidak mampu membalasnya dengan tajam.

Satu sendok demi satu sendok, Rafael menyuapinya dengan sabar. Setelah beberapa suapan, Keyra menghela napas, lelah tapi lebih tenang.

“Tadi aku sempet takut banget,” Rafael mengaku. “Amara bilang kamu nggak masuk sekolah. Terus aku chat nggak dibalas. Untung kamu cuma demam.”

Keyra menatapnya dalam, seakan baru menyadari sesuatu.

Ada seseorang yang peduli padanya selain Ken.

Seseorang yang tidak memarahi.

Tidak menjaga jarak.

Tidak meninggalkannya tanpa kabar.

Rafael kembali merapikan selimutnya. “Kalau kamu butuh apa pun… beneran, bilang ke aku. Aku nggak akan pergi.”

Ucapan itu menghantam dada Keyra seperti angin hangat.

Namun tepat saat Rafael mengusap pipi Keyra yang berkeringat, gadis itu refleks menepis pelan. Bukan karena tidak suka… tapi karena satu nama lain tetap memenuhi isi kepalanya.

“Ken…” gumamnya lirih tanpa sadar.

Rafael terdiam.

Matanya meredup sesaat, bukan marah, tetapi terluka karena tahu ia tidak ada di tempat pertama dalam hati Keyra.

Namun ia tetap tersenyum.

“Kalo… kalo Om Ken pulang nanti, bilang aja aku tadi ke sini,” ujarnya lirih. “Aku cuma pengen kamu cepat sembuh.”

Keyra menatapnya lebih lama. Ada kehangatan tulus di mata itu yang membuat dada Keyra sedikit sesak, hangat tapi juga bingung.

“Terima kasih, Raf…”

“Apa pun akan aku lakuin buat kamu,” jawabnya pelan.

Ia menurunkan sendok, lalu duduk di sisi ranjang tanpa menyentuh Keyra lagi, menjaga jarak, menghormati, tapi tetap ada.

Dan untuk pertama kalinya sejak Ken pergi, kamar Keyra terasa tidak sepenuhnya sepi.

**

Sudah hampir seminggu rumah itu terasa asing tanpa suara langkah Kenneth. Tidak ada aroma kopi pagi yang biasa ia buat. Tidak ada suara pintu kamar kerjanya yang terbuka setiap kali ia mengecek apakah Keyra sudah sarapan.

Hampa.

Teramat hampa.

Keyra masih sering menatap layar ponselnya, berharap melihat notifikasi baru, nama “Ken” muncul di sana. Tapi tak pernah muncul. Bahkan centang biru di pesan terakhir pun tak ada.

Ironisnya, justru Rafael yang setiap hari muncul.

Setiap pulang sekolah, ia datang dengan alasan berbeda-beda, membawa catatan untuk Keyra, membawa makanan, atau sekadar bilang “kamu kelihatan lesu tadi di kelas, aku khawatir”.

Rafael tidak pernah memaksa. Tidak pernah bertanya macam-macam tentang Ken. Ia hanya ada di situ, konsisten, tenang, dan tulus.

Keyra mulai terbiasa.

**

Suatu sore, Keyra duduk di teras rumah. Langit mendung, dan semilir angin sore membuat tubuhnya menggigil kecil. Madame Elvira sedang menyiram tanaman sedikit jauh di halaman.

Rafael meletakkan dua gelas cokelat panas di meja, lalu duduk di sebelah Keyra.

“Kenapa ngelamun lagi?” tanyanya lembut.

Keyra menghela napas. “Nggak tahu… Aku cuma… kepikiran dia.”

“Om Ken?”

Keyra mengangguk pelan.

Rafael menaruh gelas di tangannya dan mencondongkan tubuh sedikit ke depan.

“Aku ngerti. Kamu sayang banget sama dia. Itu nggak salah.”

“Aku nggak tahu ini sayang kayak apa,” gumam Keyra, suaranya hampir tenggelam tertiup angin.

Rafael tersenyum tipis. “Yang penting kamu nggak sendirian selama dia nggak ada. Aku ada kok.”

Keyra menoleh… dan untuk pertama kalinya melihat Rafael dengan rasa bersalah.

Ia tahu cowok itu berharap lebih, sejak dulu.

Tapi Keyra tidak bisa memberi.

Meski begitu, ia tidak mau kehilangan kehadiran Rafael. Ada ketenangan yang ia dapat dari cowok itu.

Tidak seintens, tidak serumit, dan tidak seberat yang ia rasakan terhadap Ken.

Tapi tetap berarti.

“Raf…” Keyra menarik napas. “Kalo aku bikin kamu nunggu sesuatu yang nggak bakal terjadi… kamu marah nggak?”

Rafael terkejut. Ia membuang pandang ke halaman.

“…Nggak. Yang penting kamu jujur sama aku.”

“Aku nggak bisa ngelepas Ken dari kepala,” lanjutnya, suaranya bergetar kecil. “Tapi aku… aku juga butuh seseorang buat diajak bicara. Buat ada di sampingku. Kamu… kamu sudah ngelakuin itu.”

Rafael menengok padanya, tatapannya hangat dan sedikit sedih.

“Berarti… aku sahabat kamu sekarang?” tanyanya pelan.

Keyra mengangguk. “Iya. Dan aku nggak mau kehilangan kamu sebagai itu.”

Rafael tersenyum kecil, manis, ikhlas, meski hatinya jelas remuk.

“Kalau itu yang kamu mau… aku ikut.”

Ia meraih tangan Keyra, bukan sebagai cowok yang menuntut, tapi sebagai teman yang menguatkan.

“Kalo kamu sedih soal Om Kenneth… boleh kok cerita ke aku.”

Keyra menunduk, bibirnya bergetar. “Aku cuma… takut dia nggak balik.”

Rafael meremas tangannya sedikit. “Dia bakal balik.”

“Masa kamu yakin?”

“Karena… kamu penting buat dia. Itu aku lihat dari caranya ngomongin kamu waktu aku iseng nanya.”

Keyra tertegun. “Dia pernah ngomong apa ke kamu?”

Rafael tersenyum samar. “Rahasia. Tapi intinya… kamu jauh lebih berarti buat dia daripada yang kamu pikir.”

Keyra memeluk lututnya dan membenamkan wajah.

Ia ingin menangis.

Ingin lega.

Sekaligus makin bingung.

Rafael menepuk pelan punggungnya. “Nanti, kalo dia pulang… aku yang bakal ngingetin kamu buat marah-marahin dia dulu.”

Keyra mendongak sedikit, tersenyum meski matanya berkaca. “Kenapa?”

“Biar dia tau rasanya ninggalin kamu kayak gini,” jawab Rafael dramatis.

Keyra tertawa kecil. Senyum itu, meski lemah, membuat Rafael merasa semua usahanya terbayar.

Dan di kejauhan, Madame Elvira hanya mengamati dengan sorot mata tajam namun lega.

Ia paham Keyra sedang menggantung dan mencari tempat berpijak.

Dan hingga Kenneth kembali…

Rafael-lah yang mengisi kekosongan itu.

Akankah Rafael menggantikan tempat Ken di hati Keyra?

.

YuKa/ 101225

1
🌻sunshine🌻
om Ken sudah menampakkan rasa cinta nya ..perhatian nya cemburu nya dan posesif nya keyra ..
🌻sunshine🌻
hatimu retak ya Ken
🌻sunshine🌻
cemburu nie 😂
🌻sunshine🌻
keyra masih saja ngintil seperti anak ayam pada induk nya 😂
merry
key bgtu krn ken dk tglinn key tnp kepastian mky bljrr gk berhrp,, tp key kmu jgn kdh hrpnn sm rael lh nnti klian bersatu bukn dsini Rafael yg patah hati ,,, dan ksh Rayya jgg pcr ya Rafael tp kyk gk di anggp raya ud kyk wadah penampungan ajjj,, moga ajj raya berubh jgn berhrp pd Rafael
🌻sunshine🌻
kamu kelamaan sih Ken ..ati ati ya rasa nya keyra hilang 🤭
🌻sunshine🌻
ternyata lama sekali Ken meninggal kan keyra 🥺
🌻sunshine🌻
kenapa raya mempertahan hubungan seperti ini ? sangat menyakitkan loh berjuang sendiri 🥺
🌻sunshine🌻
ini nama nya cinta segi empat 🤭
D.Nafis Union
ken dan keyra, sikap kalian bikin perutku mules, aduh🤒
D.Nafis Union: iya, kebanyakan mkn pisang juga, ditambah geregetan sm ken dn keyra, 😂😂😂
total 2 replies
Bintang Ihsan
ken sekarang rasanya kayak kehilangan rengekan keyra
Bintang Ihsan
sampai empat tahun ken meninggalkan keyra ,,
Bintang Ihsan
apa yang dirasakan ibu terhadap anaknya tidak pernah salah
Ratih Tyas
Yuk kepoin cerita nya seru, dijamin nagih😍
🌻sunshine🌻
bahaya nih hati keyra mulai bercabang 🤭
Ratih Tyas
Ih Ken Ken lama amat sih
keburu Keyra digondol Rafael😏
Ratih Tyas: kesel banget😏
total 4 replies
🌻sunshine🌻
pakai pintu Doraemon saja om Ken 🤭
partini
hemmm Ken Ken
D_wiwied
sama2 suka, sama2 sayang, sama2 nahan.. kita lihat saja siapa yg lbh dulu kalah 😁
Nana2 Aja
06.55
gitu aja terus Ken. sampe Keyra berhenti mengharapkanmu, baru tau rasa kamu. klo suka bilang aja suka gitu loh Ken. sat set jadi cowok. hati udah merasakan cemburu, masih aja nyangkal dengan alasan, kamu tanggung jawabku😭😭😭
D.Nafis Union: sampe mules bunna 😂
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!