Tragedi menimpa Kenanga, dia yang akan ikut suaminya ke kota setelah menikah, justru mengalami kejadian mengerikan.
Kenanga mengalami pelecehan yang di lakukan tujuh orang di sebuah air terjun kampung yang bernama kampung Dara.
Setelah di lecehkan, dia di buang begitu saja ke dalam air terjun dalam keadaan sekarat bersama suaminya yang juga di tusuk di tempat itu, hingga sosoknya terus muncul untuk menuntut balas kepada para pelaku di kampung itu.
Mampukah sosok Kenanga membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harapan
Flashback on
Kenanga sudah sampai di air terjun Dara, dia yang sedang menunggu Sigit sambil bermain air tiba tiba saja di kejutkan dengan kedatangan sosok kuda bertubuh setengah manusia yang langsung menarik tubuhnya dan dia bawa dengan cepat ke hadapan Wisnu.
Bruk.
"Aku sudah membawanya tuan" ucap sosok itu dengan suara yang menggelegar.
Tubuh Kenanga di lempar begitu saja oleh sosok Itu karena memang kekuatan Kenanga tidak sebanding dengan nya, yang sepertinya adalah jin berusia ratusan tahun.
"Hahaha.. Bagus, kamu sudah melakukan tugasmu dengan baik, imbalanmu akan selalu aku berikan setiap hari" ungkap Wisnu
"Ke... Kenanga"
berbeda dengan Wisnu dan Burhan yang biasa saja, Cahyo dan Beno justru terlihat ketakutan melihat sosok Kenanga yang terlihat jelas di hadapan mereka. Matanya masih memperlihatkan dendam dan kemarahan yang begitu besar, di tambah dengan auranya yang sekarang tercampur dengan aura jahat sosok kuda milik Wisnu
"Kalian sudah menggali kuburan kalian sendiri" ucap Kenanga.
Dia mulai terbang kembali dan menyerang Cahyo juga Beno. Wisnu sama sekali tidak menolong keduanya meskipun mereka berteriak meminta tolong dengan wajah yang sudah panik ketakutan.
Kenanga juga sama, meskipun tangannya kepanasan karena gelang yang mereka pakai, dia tidak peduli, Kenanga tahu dia tidak mungkin menang melawan jin Wisnu jadi dia akan menggunakan kesempatan itu untuk membunuh sisa orang yang sudah melecehkan dia meskipun setelahnya dia akan benar-benar meninggalkan raganya tanpa bisa kembali lagi.
"Ju... Juragan .. To.. Tolong" lirih suara Cahyo yang terbata bata setelah Kenanga berhasil mencekiknya begitupun dengan Beno
"Hkkk.... Am.. Ampun ke.. Kenanga" lirih Beno susah payah
Tangan mereka terus meronta-ronta dengan kaki yang sudah terangkat karena leher mereka di cengkram kuat oleh Kenanga yang tangannya sudah terlihat menghitam akibat panas yang berasal dari gelang yang di pakai Cahyo dan Beno.
"Sebelum aku mati, aku akan pastikan kalian juga mati" ucap Kenanga
"Am..pun.. ju...jura.. gan"
Krak.
Itu adalah kata terakhir yang di katakan Cahyo dan Beno sebelum mereka berdua benar benar mati dengan leher yang patah dan di lempar Kenanga ke hadapan Wisnu.
Bruk.
"Sekarang giliranmu Wisnu!" bentak Kenanga tapi energi jin milik Wisnu langsung mengikat Kenanga hingga dia tak berdaya di hadapan Wisnu yang sudah menegang paku emas bermantra penunduk yang di berikan Jumadi.
"Aakkhhh... Aku tidak akan menyerahkan begitu mudah!"
Teriakan Kenanga menggema di sana tapi tidak ada seorangpun yang mendengar itu karena seluruh rumah Wisnu sudah di penuhi energi hitam yang membuat semua penghuni tertidur nyenyak.
"Tanganmu ini akan kembali jadi milikku Kenanga, akan aku jadikan kamu istriku, dan aku akan meninggalkan Zainab, hanya ada kamu dan Dasih saja nanti karena Zainab akan bersama Sigit" bisik Wisnu menggenggam tangan lemah Kenanga yang akan mencekiknya.
"Tunduk! Dengan terpasangnya paku ini, Kenanga, kamu mulai sekarang adalah milik Wisnu Rajasa!" ucap Wisnu mulai menancapkan paku itu ke kepala Kenanga.
"Aakkhhhh!"
Darah hitam mulai keluar dari kepala Kenanga, tangannya masih terus mencoba melukai Galuh dan Burhan yang berdiri bersisian, tapi Kenanga hanya bisa melukai tangan mereka saja dengan kuku panjang yang sekarang berubah menjadi pendek.
Tubuhnya luruh ke tanah dengan wujud manusia persis Kenanga asli, membuat Wisnu senang karena dia bisa memiliki Kenanga kembali. Bahkan jin milik Wisnu ikut tertawa karena dia juga akan menikahi Kenanga dalam tubuh Wisnu, dan secara tidak langsung, sosok Kenanga yang sekarang adalah sosok nyata tapi juga gaib.
Flashback off
Di sebuah rumah di kampung Curug.
Brak.
"Astagfirullah, apa lagi pagi pagi sudah mengganggu?" tanya Dimas pada jin penjaga nakalnya yang bernama Sahara
Subuh subuh Sahara sudah datang ke kamar Dimas dan membuat kegaduhan di sana, dengan terbang kesana kemari seperti mencari sesuatu.
"Itu.. Sahara butuh pompa ASI" jawab Sahara yang sudah mengelilingi semua tempat di rumah Bintang, orang tuanya Dimas.
"Bagaimana kamu pompa ASI kamu kalau anak bungsu kamu itu minumnya dari galon" gerutu Dimas
"Hihihi... Anak Sahara yang satu ini memang beda, tidak mau botol susu, malah mau galon, mana badannya sama galon lebih besar galonnya, untung dia keturunan Gandra yang sakti, ngangkat galon doang mah gampang" jawab Sahara cekikikan
"Terus kamu mau apa?" tanya Dimas
"Ada alarm bahaya, Sahara merasakan alarm bahaya, cek handphone deh" jawab Sahara duduk di samping Dimas yang sedang berdzikir setelah shalat subuh.
Dimas tidak ikut berjamaah karena Kania istrinya baru saja melahirkan anak pertama mereka yang di beri nama Bimantara Dimas Darmawan, seorang anak lelaki yang baru berusia satu minggu. Dan Sahara sudah melahirkan seorang anak perempuan berusia lima bulan tapi bayi merah itu begitu kuat sampai sampai Sahara sering pusing mengurusnya, lebih tepatnya suaminya Gandra lah yang mengurusnya karena Sahara sering kabur ke tempat Dimas dengan alasan mencari makan atau MP ASI.
"Ada rendang, tapi jangan minta batagor, besok baru ada batagor" ucap Dimas
"Alarm bahaya Dimas, alarm bahaya" ucap Sahara geregetan tapi dia langsung menghilang dan Dimas tahu Sahara pergi ke dapur.
"Dasar hantu genit" gumam Dimas mengambil handphone miliknya.
Dia membaca pesan dari Sigit dengan serius. Matanya menatap sang istri yang masih tertidur karena semalam anak mereka terus menangis, Dimas ragu untuk menolong karena dia ingin mendampingi istrinya, tapi juga di tidak bisa mengabaikan permintaan tolong dari Sigit yang sepertinya begitu membutuhkan pertolongan Dimas.
"Mas"
"Kamu terbangun, apa mau sesuatu?" tanya Dimas lembut mengecup kening Kania
"Bima mana?" tanya Kania
"Di gendong mama, katanya karena Bima sudah bangun mau langsung di mandikan saja supaya nanti pagi dia tertidur nyenyak" jawab Dimas
"Kenapa mas terlihat kebingungan?" tanya Kania
"Seorang teman meminta bantuan ku, nyawanya terancam dan aku bingung harus menolongnya atau tidak" jawab Dimas
"Kalau menyangkut masalah nyawa, tolong saja, Kania tidak apa apa ko, tapi mas harus jaga diri dan harus pulang dengan selamat" ucap Kania
"Kamu tidak keberatan mas tinggal untuk menolong teman mas? Mungkin akan membutuhkan waktu yang cukup lama" tanya Dimas
"Tidak apa apa, kan ada mama, papa, keluarga Kania juga dekat, jadi mas juga tidak perlu khawatir pada kami" jawab Kania
"Tapi aku baru saja seminggu menggendong Bima, nanti dia lupa padaku" ungkap Dimas memelas
"Tidak akan, anak kita anak yang pintar, dia akan tetap mengenali kamu nanti" jawab Kania
"Kalau begitu aku akan pergi membantunya" jawab Dimas memeluk istrinya itu.
Di luar, Sahara sedang cekikikan karena dia senang bisa healing bersama Dimas, dia yang sedang makan rendang begitu antusias sampai sampai dia lupa kalau tujuannya ke sana sebenarnya adalah untuk mengambil kain gendongan di tempat Rukmini.
"Yes, Sahara bisa healing dengan Dimas, nanti Sahara ijin ke Gandra untuk dinas di luar kota karena ada meeting" gumam Sahara
"Kebanyakan baca novel perselingkuhan kamu, makanya pikiran kamu adanya dinas ke luar kota sama meeting terus" ucap Bintang yang sudah berdiri di belakang Sahara
"Huaaaa... Sahara kaget?" pekik Sahara melompat ke gendongan Bintang
"Modus, bukan kaget kamu mah" gerutu Bintang tapi tidak menurunkan Sahara.
"Hihihihi... Kan sambil menyelam minum air, sambil kaget sambil peluk cah Bagus" jawab Sagara santai memeluk Bintang yang hanya terkekeh saja.
kenanga tutut blasa mu aq mah hayok