Aku membuka mata di sebuah ranjang berkelambu mewah, dikelilingi aroma parfum bunga yang asing.
Cermin di depanku memantulkan sosok wanita bertubuh besar, dengan tatapan garang dan senyum sinis—sosok yang di dunia ini dikenal sebagai Nyonya Jenderal, istri resmi lelaki berkuasa di tanah jajahan.
Sayangnya, dia juga adalah wanita yang paling dibenci semua orang. Suaminya tak pernah menatapnya dengan cinta. Anak kembarnya menghindar setiap kali dia mendekat. Para pelayan gemetar bila dipanggil.
Menurut cerita di novel yang pernah kubaca, hidup wanita ini berakhir tragis: ditinggalkan, dikhianati, dan mati sendirian.
Tapi aku… tidak akan membiarkan itu terjadi.
Aku akan mengubah tubuh gendut ini menjadi langsing dan memesona.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku, Suamimu
Selesai bertanya, Nateya menatap Bi Warti yang masih berdiri canggung di kamanya.
“Bibi boleh pergi sekarang. Nanti kalau aku perlu, aku akan memanggilmu,” ujarnya dengan nada tenang, meski dalam hati ia masih belum terbiasa dengan wajah dan tubuh yang kini ia huni.
Bi Warti membungkuk kecil lalu melangkah pergi, meninggalkan nampan sarapan yang penuh dengan makanan di atas meja. Nateya menarik kursi, duduk, lalu menatap makanan itu sejenak.
Ia memutuskan hanya akan memakan telur rebus dan segelas susu saja. Satu demi satu suapan ia lahap perlahan, mencoba mengontrol diri. Namun, usai meneguk susu hingga tetes terakhir, perutnya justru menggeram keras, seolah ia belum makan selama setahun.
“Ya ampun, gara-gara tubuh Seruni, aku jadi seperti keranjang kosong begini,” gerutunya sambil memegangi perut yang masih berbunyi nyaring.
Rasa kesal membuatnya ingin mengabaikan dietnya, tetapi gengsi membuatnya ragu. Akhirnya, demi menghindari suara memalukan yang mungkin terdengar oleh para pelayan, Nateya mengambil setengah potong roti lapis dan memakannya tanpa semangat.
Setelahnya, Nateya menghela napas. “Mulai besok, aku akan pakai pola diet seimbang versiku… tiga langkah sakti: sarapan protein ringan, makan siang sayur segar dengan porsi kecil, dan makan malam buah saja,” gumamnya penuh tekad, meski ia tahu tantangan terbesarnya adalah tubuh ini yang begitu doyan makan.
Ia berdiri, menuju lemari pakaian besar yang berdiri kokoh di sudut ruangan. Begitu pintunya terbuka, matanya langsung membulat.
Semua pakaian yang tersusun rapi di dalamnya adalah gaun-gaun panjang ala zaman Hindia Belanda. Bagian bawah roknya mekar dan mengembang. Model ball gown yang dipadukan dengan kerah renda tinggi dan lengan puff besar.
Nateya mendesah panjang. “Kalau aku pakai ini, aku akan terlihat seperti kurungan berjalan,” ujarnya sambil mengibaskan salah satu rok.
Tak puas dengan gaun tersebut, Nateya menggeledah tumpukan kain di sudut lemari. Hingga pada akhirnya, ia menemukan sesuatu yang berbeda: sehelai kebaya hitam dan cokelat berukuran jumbo, terlipat rapi dan jelas jarang dipakai.
“Ibu Seruni orang Jawa. Pantas saja punya ini. Lumayan, kebaya hitam akan membuatku sedikit tampak langsing,” pikir Nateya
Tanpa pikir panjang, ia mengambil kebaya tersebut dan meletakkannya di atas ranjang. Usai menetapkan pilihan, Nateya melangkah mencari kamar mandi.
Tak perlu jauh, pintu kamar mandi ternyata hanya beberapa langkah dari kamarnya. Begitu masuk, Nateya sedikit tertegun melihat peralatan mandi yang serba sederhana.
Ia mengisi bak besar, menciduk air dengan gayung, dan mulai mandi sambil menggerutu pelan. Air dingin membuatnya meringis, dan rambut panjang Seruni yang kusut membuatnya harus menghabiskan lebih banyak sabun. Ia bahkan sampai terantuk kepala ketika membungkuk mengambil sabun yang jatuh.
“Astaga, di masa modern, aku tinggal tekan shower. Kenapa sekarang jadi perjuangan hidup begini?” gerutunya kesal.
Setelah berjuang membersihkan tubuh besar ini, Nateya akhirnya selesai mandi. Berbalut handuk yang melingkari tubuh, ia melangkah keluar dengan rambut yang masih meneteskan air. Namun, begitu pintu kamar terbuka, jantungnya nyaris berhenti.
Di dalam kamar, seorang pria tinggi berdiri membelakanginya. Rambutnya berwarna cokelat tua yang berkilau disinari cahaya matahari. Bahunya lebar, dan lengannya tampak berotot.
Ketika pria itu berbalik, Nateya terpaku menatap sepasang mata abu-abu yang dingin dan menusuk. Kemeja biru gaya Eropa membalut tubuhnya dengan pas, menegaskan wibawa dan ketampanannya.
Refleks, Nateya menjerit. “A-ada penyusup! Pria mesum!” teriaknya sambil mundur. Namun sialnya, jeritan itu membuat handuknya melorot jatuh ke lantai.
Dunia seperti berhenti sesaat. Kedua mata mereka sama-sama membesar.
Nateya dengan wajah memerah langsung meraih handuknya dan membungkus tubuhnya kembali. Sementara pria itu memalingkan wajah, rahangnya mengeras seolah menahan sesuatu.
“Siapa kau?!” seru Nateya sambil menahan gugup. “Kau harus bertanggung jawab, karena sudah melihat tubuhku! Aku akan melaporkanmu ke Tentara KNIL!"
Pria itu mengangkat alisnya perlahan, suara baritonnya berat dan sedikit seram.
“Tanggung jawab? Apa kepalamu terbentur hingga lupa pada suami sendiri?”
Pria itu menatap Nateya lagi, kali ini tajam. “Aku adalah Elias van Rijk, suamimu. Dan tanggung jawabku sudah kutunaikan sejak hari kita menikah.”
Nateya ternganga. Kata-kata itu menghantamnya seperti palu. Suami?
Tak disangka, ia harus menghadapi kenyataan bahwa tubuh yang kini ia tempati, sudah dimiliki oleh pria tampan dengan aura sedingin puncak gunung es.
Hatinya berdebar kacau. Bukan hanya karena malu, melainkan karena tatapan Elias yang tajam seakan menembus hingga ke bagian terdalam dirinya.