Author Become Mother

Yola dan Sky tidur di ranjang yang sama, mereka memang berpelukan tapi tidak melakukan apapun. Yola merasa sangat kagum dengan kehebatan Sky dalam menahan birahi.

Yola terbangun pagi-pagi buta, entah kenapa setelah mengalami time travel dia jadi suka bangun pagi. Dia beranjak dari ranjang pelan-pelan, dia merasa salting menatap wajah damai Sky yang masih tidur.

Yola buru-buru mandi dan turun ke dapur, dia masak untuk sarapan keluarga anehnya ini. Entah apakah ucapan Sky yang mengajaknya menikah itu benar atau tidak, Yola hanya berusaha pencitraan menjadi Ibu dan Istri yang baik.

Hari ini mereka akan berangkat sekolah atau tidak belum diketahui, Yola merasa malas sekolah karena lelah berpikir. Ingin membolos tapi disini dia sudah kelas 12 semester akhir mendekati ujian.

Yola membuat Kimbab isi sayur dan ayam suwir, dia belum belanja dan stok makanan di kulkas sudah hampir habis. Selesai membuat Kimbab Sky turun ke bawah, masih menggunakan pakaian semalam tapi rambutnya basah. Entah dia sudah mandi atau hanya cuci muka saja, tapi pesonanya tetap tampan.

"Lupa belum belanja stok dapur, sarapan seadanya dulu ya." Ucap Yola.

"Gue baru tau lo bisa masak." Sky duduk di meja makan.

"Ya bisa asal niat." Yola beralasan.

"Hari ini lo ngga sekolah?." Tanya Yola.

"Sekolah, gue bawa seragam di mobil. Lo pergi siap-siap dulu aja, gue bakal tunggu sarapan bareng kok." Ucap Sky, pengertian.

"Oke." Yola langsung kabur.

Sebelum masuk ke kamarnya, Yola menyempatkan mengetuk pintu kamar Langit lebih dulu. Dia ingin membangunkan tapi merasa canggung, hubungan mereka memang masih aneh dan kikuk.

Saat Yola sedang bersiap-siap di kamar, Langit turun ke meja makan dengan wajah pucatnya. Sebenarnya warna kulit dan bibir Langit terlihat menakutkan seperti mayat, Yola bahkan takut Langit meninggal saat tidur.

Saat sampai di meja makan, Langit melihat Sky sedang mengancingkan kemeja seragamnya. Langit hendak putar balik, tidak mau sarapan bersama dengan Sky dalam satu meja.

"Mau kemana lo? Yola udah cape-cape masak sarapan." Sky melirik, dia sendiri juga malas.

Langit yang kesal mendengar suara Sky pun duduk dengan malas, dia bahkan menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangan. Sky ikut duduk setelah selesai memakai seragam sekolahnya, dia memainkan ponselnya dengan santai.

Yola turun dan tersenyum geli, melihat dua musuh yang terpaksa harus akur karenanya. Yola merasa mood nya membaik, mungkin masih ada harapan bagi mereka untuk berbaikan.

"Maaf ya lama, ayo sarapan." Yola bergegas.

Saat mereka sedang makan, Yola mengamati raut wajah Langit yang semakin pucat. Yola juga bisa melihat tarikan nafasnya berat, ekspresi Yola jadi khawatir bahkan Sky jadi ikut mengamati.

"Langit, lo gapapa?." Tanya Yola.

"Eh.. ya, gue ok." Kaget Langit.

"Wajah lo pucet banget, mending lo izin sakit aja hari ini. Biar gue yang anter surat dokternya, apa hari ini harusnya lo periksa rutin?." Yola merasa parno.

"Ngga, gue gapapa." Tolak Langit.

Sky diam-diam mengamati, dia juga baru tau jika kulit Langit sangat pucat. Dia merasa sedikit cemburu karena Yola perhatian pada pria lain, meskipun dia tau jika kondisi Langit memang aneh.

Karena Langit tetap kekeh berangkat sekolah, Yola pun tetap mengantarnya ke sekolah. Hari ini mereka berangkat naik mobil Sky, awalnya Langit ingin berangkat sendiri saja tapi Yola memaksanya agar berangkat bersama.

Sky juga dengan berat hati mengantarkan Langit ke sekolahnya lebih dulu. Sekolah Langit adalah sekolah swasta biasa, lokasinya di samping jalan raya. Sangat berbanding terbalik dengan sekolah Yola dan Sky yang elite dan bergengsi.

"Ini uang sakunya, kalo ngga kuat jangan dipaksa. Telepon aja kalo minta dijemput." Yola masih merasa khawatir.

"Iya." Langit menerima uang dan mengangguk dengan patuh.

Sky yang mengamati itu merasa sedikit kesal, ingin sekali dia menarik uang Yola dan melempar satu koper uang pada Langit. Setelah Langit masuk ke dalam sekolah, Sky mengendarai mobilnya menuju sekolahnya.

Yola merasa gelisah, entah kenapa wajah Langit terlihat menakutkan hari ini. Terlalu pucat, membuatnya kepikiran yang tidak-tidak di kepalanya.

"Sekhawatir itu lo sama dia?." Ujar Sky, dia cemburu.

"Lo tadi liat kan? dia pucet banget, gue jadi ngga tenang deh." Yola merasa gelisah.

"Dia udah gede, pasti bakal bilang kalo emang ngga kuat. Udahlah ngga perlu segitunya mikirin dia, dia pasti bisa survive sendiri." Ucap Sky.

Yola diam, meskipun begitu dia tetap saja khawatir. Dia saat ini telah tercatat sebagai wali dari Langit belum ada satu minggu. Jika sampai terjadi sesuatu pada Langit, pasti dia bisa jadi tersangka.

Mobil Sky masuk ke dalam parkiran sekolah, Yola dan Sky berjalan bersama menuju kelas mereka. Sky terus saja menatap ke arah Yola, Yola jadi merasa salting tapi harus tetap terlihat santai.

Saat sedang melewati lorong kelas, suara aneh dan menggelitik membuat Yola mati-matian menahan tawanya.

"Aku nggamau pake jaket, gerah." Pekik seorang siswi.

"Pake Sweety, kamu bisa masuk angin. Nurut atau aku hukum hm?." Suara seorang siswa.

Yola mempercepat langkahnya, dia ngakak tanpa suara. Bahkan Sky heran kenapa Yola tertawa, dia pikir Yola sedang cemburu tapi pura-pura cuek.

"Kenapa? lo cemburu sama mereka?." Ucap Sky.

"Nah bener kan mereka itu Mahesa sama Senja." Batin Yola.

"Gue geli banget dengernya sumpah, nurut atau aku hukum hm?." Yola mengikuti nada bicara Mahesa.

"Bukannya yang kaya gitu keren ya?." Ujar Sky.

"Ngga banget ih, alay." Yola bergidik.

"Lo pura-pura gasuka ya? aslinya lo pengen ada di posisi Senja?." Ucap Sky.

"Ngomong sekali lagi gue bakal depak lo dari rumah gue." Yola mendelik sinis.

Melihat Yola yang marah Sky hanya tersenyum tipis, sepertinya dia jadi semakin tertarik dengan tingkah Yola. Meskipun sangat berbeda, entah kenapa terlihat lebih lucu dan natural.

"Kak Yola!!." Senja berteriak memanggil Senja.

Yola yang tadinya jalan cepat mendadak berhenti, dia merasa kesal tapi harus berbalik. Dia tidak mau di gosipkan cemburu atau marah karena hubungan mereka. Sky yang ada di belakang Yola juga ikutan berhenti.

"Kenapa?." Yola berusaha biasa saja, aslinya dia mual.

"Maaf, aku nggatau kalo Kak Mahesa bakal nembak aku minggu lalu. Aku juga suka sama Kak Mahesa jadi aku terima, maaf ya kak bukannya mau nyakitin perasaan kamu. Aku cuma pengen bahagia sama cowo yang aku suka." Ucap Senja, suaranya keras dan mendayu-dayu.

"Iya itu kan keputusan lo berdua, hubungannya sama gue apa?." Yola heran.

"Kan selama ini Kakak ngejar Kak Mahesa, aku cuma takut Kakak marah dan kunciin aku lagi digudang kaya waktu itu." Senja memprovokasi.

"Kan, gue bilang juga apa ini karakter tuh najisin banget." Batin Yola.

"Gue nggatau lo punya masalah apa sama gue, tapi kalo lo ngomong gini biar semua orang benci sama gue lo jahat sih. Gue diem aja, gue ngga pernah ganggu lo lagi tapi sekarang lo ngajakin gue ribut lagi." Yola merasa sangat ilfeel.

"A-aku ngga ada maksud apa-apa, aku cuma mau temenan sama Kakak." Ucap Senja sedih.

"Astaga, yang waras-waras aja deh Senja. Stop ya, gue udah ngga peduli sama hubungan lo dan pacar lo itu. Tolong nikmati hidup kalian tanpa menyeret nama gue, karena gue sendiri juga udah punya kesibukan lain." Yola merasa lelah, belum juga masuk kelas sudah harus presentasi.