Arsenio Elvarendra, mafia kejam yang dihianati orang kepercayaannya, terlahir kembali di sebuah singgasana yang sangat megah sebagai Kaisar Iblis. Di dunia barunya, ia bertemu seorang wanita cantik—Dia seorang dewi yang menyembunyikan identitasnya.
Bisakah Arsenio mengungkap jati diri sang Dewi? Akankah cinta mereka mengubah jalan takdir di antara kegelapan dan cahaya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BUBBLEBUNY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Krisis Identitas dan Bayangan Masa Lalu
Lilith, dengan kecerdasannya yang cepat, segera mengambil alih situasi. "Tenang semuanya! Jangan panik! Kita harus mencari tahu apa yang terjadi pada Yang Mulia."
Lilith mendekati Lucifer dan memeriksa denyut nadinya. "Dia masih hidup, tapi kondisinya sangat lemah. Kita harus membawanya ke kamarnya dan memanggil tabib terbaik di kerajaan."
Zarthus mengangguk setuju. "Kau benar, Lilith. Cepat lakukan!"
Para iblis mengangkat Lucifer dengan hati-hati dan membawanya ke kamarnya. Lilith segera memanggil tabib terbaik di kerajaan, seorang iblis tua bernama Morbius yang memiliki pengetahuan mendalam tentang sihir dan penyembuhan.
Morbius tiba di kamar Lucifer dan segera memeriksa kondisinya. Ia menggunakan sihirnya untuk mendiagnosis penyakit Lucifer, tetapi ia tidak menemukan apa pun.
"Aku tidak mengerti," kata Morbius dengan bingung. "Yang Mulia tidak sakit secara fisik. Tapi ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Aku merasakan energi yang sangat kuat dan kacau di dalam otaknya."
Lilith mengerutkan kening. "Apa maksudmu, Morbius? Apa yang bisa menyebabkan energi kacau seperti itu?"
Morbius menghela napas. "Aku tidak tahu pasti, Lilith. Tapi aku menduga ini ada hubungannya dengan ingatan tentang kehidupan lampaunya sebagai manusia. Ingatan itu terlalu kuat, dan itu mengganggu keseimbangan jiwanya."
Zarthus terkejut mendengar penjelasan Morbius. "Jadi, ingatan tentang kehidupan lampaunya yang menyebabkan Yang Mulia jatuh pingsan seperti ini?"
Morbius mengangguk. "Ya. Ingatan itu seperti racun yang merusak jiwanya. Jika kita tidak melakukan sesuatu untuk menghentikannya, Yang Mulia bisa kehilangan akal sehatnya."
Lilith berpikir keras. Ia tahu, mereka harus melakukan sesuatu untuk membantu Lucifer. Tetapi apa yang bisa mereka lakukan?
"Morbius," kata Lilith, "apakah ada cara untuk menghilangkan ingatan tentang kehidupan lampaunya?"
Morbius menggelengkan kepalanya. "Tidak ada cara yang aman untuk melakukan itu, Lilith. Menghilangkan ingatan adalah sihir yang sangat berbahaya, dan itu bisa merusak otak Yang Mulia secara permanen."
Lilith merasa putus asa. Mereka tidak bisa menghilangkan ingatan Lucifer, dan mereka tidak bisa membiarkannya terus menderita. Apa yang harus mereka lakukan?
Tiba-tiba, sebuah ide muncul di benak Lilith. "Morbius," kata Lilith, "apakah ada cara untuk mengendalikan ingatan tentang kehidupan lampaunya? Apakah ada cara untuk mencegah ingatan itu menguasai pikirannya?"
Morbius berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Mungkin ada, Lilith. Ada sihir yang disebut 'Pengendalian Pikiran'. Sihir ini memungkinkan kita untuk mengendalikan pikiran dan emosi seseorang. Jika kita bisa mengendalikan ingatan tentang kehidupan lampaunya, kita bisa mencegah ingatan itu menguasai pikirannya."
Lilith tersenyum. "Itu dia! Morbius, aku ingin kau menggunakan sihir Pengendalian Pikiran untuk mengendalikan ingatan tentang kehidupan lampau Yang Mulia."
Morbius ragu-ragu. "Aku tidak yakin, Lilith. Sihir Pengendalian Pikiran sangat berbahaya, dan itu bisa merusak pikiran Yang Mulia secara permanen. Apakah kau yakin kita harus mengambil risiko ini?"
Lilith mengangguk dengan tegas. "Kita tidak punya pilihan lain, Morbius. Jika kita tidak melakukan sesuatu, Yang Mulia akan kehilangan akal sehatnya. Aku bersedia mengambil risiko ini untuk menyelamatkannya."
Morbius menghela napas dan mengangguk setuju. "Baiklah, Lilith. Aku akan melakukan apa yang kau perintahkan. Tapi aku tidak bisa menjanjikan apa pun. Sihir Pengendalian Pikiran sangat rumit, dan aku tidak tahu apakah aku bisa berhasil."
Lilith tersenyum. "Aku percaya padamu, Morbius. Aku tahu kau bisa melakukannya."
Morbius mulai melantunkan mantra. Ia memanggil kekuatan sihir yang luar biasa, menciptakan aura energi yang berkilauan di sekitar Lucifer.
Aura energi itu perlahan-lahan memasuki otak Lucifer, mencoba mengendalikan ingatan tentang kehidupan lampaunya.
Proses itu sangat sulit dan berbahaya. Morbius harus berhati-hati agar tidak merusak otak Lucifer.
Setelah berjam-jam bekerja keras, Morbius akhirnya berhasil mengendalikan ingatan tentang kehidupan lampau Lucifer.
Lucifer perlahan-lahan membuka matanya. Ia tampak bingung dan linglung.
"Yang Mulia," kata Lilith dengan lembut, "apakah Anda baik-baik saja?"
Lucifer menatap Lilith dengan tatapan kosong. Ia tidak mengenalinya.
"Siapa kau?" tanya Lucifer dengan suara serak. "Dan di mana aku?"
Lilith terkejut mendengar pertanyaan Lucifer. Apakah sihir Pengendalian Pikiran Morbius telah merusak otaknya? Apakah Lucifer telah kehilangan ingatannya?
Lilith terkejut mendengar pertanyaan Lucifer. Apakah sihir Pengendalian Pikiran Morbius telah merusak otaknya? Apakah Lucifer telah kehilangan ingatannya?
"Yang Mulia, ini aku, Lilith," kata Lilith dengan cemas. "Apakah Anda tidak mengenali saya?"
Lucifer mengerutkan kening, mencoba mengingat. "Lilith... nama itu terdengar familiar, tapi aku tidak bisa mengingat di mana aku pernah mendengarnya."
Zarthus mendekat dengan khawatir. "Yang Mulia, apakah Anda mengenali saya? Saya Zarthus, jenderal setia Anda."
Lucifer menatap Zarthus dengan tatapan kosong yang sama. "Zarthus... maaf, aku tidak mengenalmu. Aku tidak ingat apa pun."
Morbius mendekat dengan wajah pucat. "Aku... aku gagal," kata Morbius dengan suara bergetar. "Sihir Pengendalian Pikiran terlalu kuat. Aku telah menghapus ingatan Yang Mulia."
Lilith merasa putus asa. Usaha mereka untuk menyelamatkan Lucifer justru membuatnya kehilangan ingatannya. Mereka telah membuat kesalahan yang mengerikan.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Zarthus dengan panik. "Yang Mulia tidak mengingat siapa pun. Dia tidak bisa memimpin kerajaan kita."
Lilith berpikir keras. Mereka harus menemukan cara untuk memulihkan ingatan Lucifer. Tetapi bagaimana caranya?
Tiba-tiba, sebuah ide muncul di benak Lilith. "Morbius," kata Lilith, "apakah ada cara untuk memulihkan ingatan Yang Mulia? Apakah ada sihir yang bisa mengembalikan ingatannya?"
Morbius berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Mungkin ada, Lilith. Ada sihir yang disebut 'Pemulihan Ingatan'. Sihir ini memungkinkan kita untuk memulihkan ingatan yang hilang. Tapi sihir ini sangat sulit dan berbahaya, dan aku tidak tahu apakah aku bisa berhasil."
Lilith mengangguk dengan tegas. "Kita harus mencobanya, Morbius. Kita tidak punya pilihan lain. Kita harus memulihkan ingatan Yang Mulia, apa pun risikonya."
Morbius menghela napas dan mengangguk setuju. "Baiklah, Lilith. Aku akan melakukan apa yang kau perintahkan. Tapi aku tidak bisa menjanjikan apa pun. Sihir Pemulihan Ingatan sangat rumit, dan aku tidak tahu apakah aku bisa berhasil."
Morbius mulai melantunkan mantra. Ia memanggil kekuatan sihir yang luar biasa, menciptakan aura energi yang berwarna-warni di sekitar Lucifer.
Aura energi itu perlahan-lahan memasuki otak Lucifer, mencoba memulihkan ingatannya.
Proses itu sangat sulit dan menyakitkan. Lucifer mengerang kesakitan, memegangi kepalanya dengan erat.
Lilith dan Zarthus menyaksikan dengan cemas, berharap Morbius berhasil.
Setelah berjam-jam bekerja keras, Morbius akhirnya berhasil memulihkan sebagian ingatan Lucifer.
Lucifer perlahan-lahan membuka matanya. Ia tampak sedikit lebih sadar.
"Lilith... Zarthus..." kata Lucifer dengan suara lemah. "Aku... aku ingat kalian."
Lilith dan Zarthus tersenyum lega. "Yang Mulia, Anda mengingat kami!" kata Lilith dengan gembira.
Lucifer mengangguk. "Ya, aku mengingat kalian. Tapi... ada sesuatu yang hilang. Aku tidak bisa mengingat semuanya."
Morbius menghela napas. "Aku sudah melakukan yang terbaik, Yang Mulia. Aku hanya bisa memulihkan sebagian ingatan Anda. Aku tidak bisa memulihkan semuanya."
Lucifer mengangguk mengerti. "Tidak apa-apa, Morbius. Aku berterima kasih atas apa yang telah kau lakukan."
Lucifer mencoba mengingat apa yang telah terjadi sebelumnya. Ia mengingat manusia dari Bumi, Arsenio Elvarendra, dan pengkhianatan Raka.
"Raka..." desis Lucifer, amarah kembali membara dalam dirinya. "Aku belum melupakanmu. Aku akan membalas dendam padamu, bahkan jika itu berarti aku harus menghancurkan seluruh dunia."
Lilith dan Zarthus saling berpandangan dengan khawatir. Mereka tahu, ingatan tentang Raka adalah ancaman bagi Lucifer. Mereka harus melakukan sesuatu untuk mencegah Lucifer membalas dendam.
"Yang Mulia," kata Lilith dengan hati-hati, "jangan biarkan masa lalu menguasai Anda. Anda sekarang adalah Lucifer Morning star, Kaisar Iblis. Anda memiliki tanggung jawab yang lebih besar daripada membalas dendam."
Lucifer menatap Lilith dengan tatapan kosong. Ia tampak berpikir keras.
"Kau benar, Lilith," kata Lucifer. "Aku tidak boleh membiarkan masa lalu mengendalikanku. Aku harus fokus pada membangun kerajaanku dan menjadi Kaisar Iblis yang pantas."
Lucifer menghela napas dan mencoba menenangkan diri. Ia tahu, ia harus mengendalikan amarahnya. Ia tidak bisa membiarkan dendam menghancurkannya.
"Aku akan melupakan Raka," kata Lucifer dengan tegas. "Aku akan fokus pada masa depanku."
Lilith dan Zarthus tersenyum lega. Mereka tahu, Lucifer telah membuat keputusan yang tepat.
"Bagus, Yang Mulia," kata Lilith. "Kami akan selalu mendukung Anda."
Lucifer tersenyum tipis. "Terima kasih, Lilith. Aku menghargai kesetiaanmu."
Lucifer berdiri dari tempat tidurnya dan berjalan menuju jendela. Ia menatap kerajaannya yang luas dan megah.
"Aku akan menjadi Kaisar Iblis yang paling kuat yang pernah ada," gumam Lucifer. "Aku akan membuat neraka bertekuk lutut di hadapanku."