NovelToon NovelToon
Bangkitnya Sang Putra Ketiga

Bangkitnya Sang Putra Ketiga

Status: sedang berlangsung
Genre:Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:13.1k
Nilai: 5
Nama Author: Irawan Hadi Mm

Waren Wiratama, 25 tahun adalah seorang pencuri profesional di kehidupan modern. Dia dikhianati sahabatnya Reza, ketika mencuri berlian di sebuah museum langka. Ketika dia di habisi, ledakan itu memicu reaksi sebuah batu permata langka. Yang melemparkannya ke 1000 tahun sebelumnya. Kerajaan Suranegara. Waren berpindah ke tubuh seorang pemuda bodoh berusia 18 tahun. Bernama Wiratama, yang seluruh keluarganya dihabisi oleh kerajaan karena dituduh berkhianat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB. 11

Saat semua orang tengah tertidur, dan dua penjaga sedang berjaga. Sistem tiba-tiba saja memberi peringatan pada Warren.

[Ting]

[Peringatan! tuan rumah dalam bahaya]

Mata Warren segera terbuka. Setelah mendengar peringatan dari sistem. Dia juga mendengar suara langkah kaki mengendap-endap di sekitar tempat yang beristirahat ini.

Dan suara langkah kaki itu berasal bukan hanya dari satu orang, akan tetapi dari beberapa orang. Warren masih terus berputar-pura tertidur.

'Sistem, apa kamu tahu siapa yang menjadi target para pembunuh itu?' tanya Warren berbicara kepada sistem melalui batinnya.

[Ting]

[Targetnya adalah tuan rumah. Niat mereka membunuhh tuan rumah sungguh besar]

Warren kembali berpikir setelah mendengarkan penjelasan dari sistem. Jika, yang menjadi target pada pembunuh itu memang bukan para prajurit dan hanya merupakan dirinya sendiri. Sepertinya, dia tidak perlu membiarkan para prajurit itu tahu kalau ada yang mengancam nyawa mereka saat ini.

"Whoammm"

Santo salah satu prajurit menoleh ke arah Warren.

"Heh, jangan berisik. Kepala prajurit Arga sedang tidur. Kembalilah tidur!" kata Santo si prajurit jangkung berkulit gelap.

Warren malah bangun dan menghampiri Santo.

"Paman, aku mau buang air!" kata Warren sambil menggocek matanya seperti seorang anak kecil yang baru bangun tidur dan ingin buang air.

"Hehh, malam-malam begini" kata Badrun, prajurit yang kepalanya hanya memiliki sedikit rambut saja, tidak botak tapi memang rambutnya sedikit.

"Paman, sudah tidak tahan!"

Melihat Warren yang terus memegang perutnya. Santo dan Badrun pun segera melambaikan tangannya menyuruh Warren pergi.

Mereka percaya, kalau Warren itu memang orang bodoh jadinya mereka tidak mengikutinya. Lagipula, kenapa mereka harus mengikuti orang dewasa yang ingin buang air. Itu akan sangat bau.

Setelah mendapatkan izin dari prajurit. Warren pun segera berlari ke arah hutan.

"Hei, jangan jauh-jauh!" teriak Santo.

"Iya" sahut Warren yang sudah menghilang ke semak-semak di dekat hutan.

Warren sengaja berlari menjauh dari rombongan karena dia memang tidak ingin para pembunuh itu menyakiti orang-orang yang ada di rombongan.

Para pembunuh yang di pimpin oleh Sariman. 10 orang jumlahnya bersama dengan pria yang sebenarnya jabatannya adalah petugas penyitaan harta benda kerajaan. Tapi, karena dia juga merupakan antek dari Raja Dharmawangsa maka dia ditugaskan untuk hal seperti ini, menghabisi Wiratama.

"Hem, sistem beri aku skill bela diri tak tertandingi!" kata Warren.

[Ting]

[Opsi penukaran di aktifkan. Skill bela diri tanpa tanding. Aktif selama satu jam ditukar dengan satu peti karang laut merah langka.]

Warren sedikit terdiam. Dia tidak ingat memiliki benda itu.

"Ada benda seperti itu di ruang?"

[Benda ini di pindahkan dari ruangan rahasia wakil perdana menteri Kertawijaya]

Warren pun mengangguk paham pada akhirnya.

"Tukar"

[Baik, proses penukaran selesai]

Dan saat proses penukaran oleh sistem itu selesai. Warren merasakan energi yang begitu besar masuk ke dalam tubuhnya melalui Kepala sampai ke ujung kaki ini merasa tubuhnya begitu ringan akan tetapi otot-ototnya begitu kuat.

Warren yang pria bersembunyi di semak-semak pun keluar menuju salah satu tanah kosong yang ada di dekat padang rumput, yang jaraknya sekitar 100 meter dari tempat rombongan beristirahat.

"Keluar kalian!" ujar Warren yang sudah siap untuk mengalahkan 10 orang yang ingin membunuhnya itu.

Dan melihat Warren, tentu saja orang-orang itu tidak menyia-nyiakan kesempatan dan langsung keluar dari persembunyian mereka untuk mengepung Warren.

Para prajurit yang menyamar sebagai penjahat dengan pakaian hitam-hitam ala pembunuh bayaran mengelilingi waran dengan pedang yang tajam di tangan mereka.

Sariman yang mengenakan topeng segera mengeluarkan pedangnya dan membuang sarung pedangnya di tanah.

"Matilahh kamu satu-satunya pewaris Kusumanegara!" ucapnya sebelum maju menyerang Warren.

Sariman mengangkat pedangnya tinggi, lalu menebas lurus ke arah kepala Warren.

Namun Warren menunduk cepat, lalu dengan telapak tangannya ia menghantam ulu hati Sariman.

"Hyaat!" Tubuh Sariman terpental mundur, pedangnya hampir terlepas. Pria itu terbatuk darah dan mundur sejenak, tidak menyangka lawan mereka memiliki gerakan secepat itu.

Melihat kesempatan, prajurit kedua langsung menerjang dari samping kiri dengan ayunan menyilang. Warren menepis pedang itu dengan Jurus Tangan Baja, membuat pedang lawan terpental ke atas. Tanpa menunggu, dia menendang lutut lawan hingga terdengar bunyi

Krekk

Prajurit itu menjerit kesakitan sebelum dipukul telak di pelipis hingga terkapar tak bergerak.

Prajurit ketiga berusaha menusuk perut Warren dari depan. Warren memutar tubuhnya, menggunakan Langkah Angin Bayangan untuk menghilang sekejap dari pandangan. Warren tiba-tiba muncul di belakang lawan, menjepit lehernya dengan siku, lalu menghantam tengkuknya. Tubuh prajurit itu langsung ambruk tak sadarkan diri.

Yang keempat maju dengan teriakan garang, menebas pedang bertubi-tubi. Warren kali ini tidak menghindar jauh, ia menangkis dengan Cakar Hitam, gerakan tangan melengkung seperti cakar yang menghantam urat nadi lawan. Seketika pedang terlepas dari genggaman prajurit itu, lalu Warren memutar tubuh dan memberi pukulan telak di dada. Lawan terhuyung lalu roboh ke tanah.

Prajurit kelima mencoba menusuk dengan teknik cepat, tetapi Warren membiarkan pedang itu mendekat. Tepat sebelum menyentuh kulitnya, dia menggerakkan Jurus Lengan Naga, menggenggam pedang dengan telapak tangan kosong, lalu menariknya ke samping. Dengan satu sapuan siku, wajah prajurit itu dihantam keras hingga darah muncrat.

Semua jurus itu muncul begitu saja di kepalanya. Bahkan tangan dan kakinya juga bergerak sendiri dengan begitu lincah.

Dari belakang, prajurit keenam melompat dengan tebasan vertikal. Warren melompat maju, berputar di udara, dan menendang wajah lawan dengan Tendangan Roda Langit. Suara tulang patah terdengar, prajurit itu terjatuh sambil memegangi wajahnya yang remuk.

Yang ketujuh berusaha menyerang dari bawah, mencoba menusuk kaki Warren. Namun Warren dengan sigap menggunakan Langkah Bayangan Kembar, membuat bayangan tubuhnya tertinggal. Lawan terkecoh, menusuk kosong. Saat pria menoleh, sudah terlambat, Warren menghantam rahangnya dengan lutut. Seketika prajurit itu tersungkur pingsan.

Prajurit kedelapan maju dengan penuh amarah, ayunan pedangnya begitu cepat. Warren merunduk, lalu memanfaatkan celah kecil dengan Jurus Pukulan Petir, sebuah pukulan telapak tangan lurus ke dada. Dentuman keras terdengar, prajurit itu terpental tiga meter ke belakang, mulutnya menyemburkan darah, mati seketika.

Yang kesembilan mencoba bermain cerdik, bergerak melingkar, lalu berusaha menyerang dari titik buta. Warren sudah menduga. Dengan Indra Sistem, dia mendengar desir langkah. Dia menoleh cepat, menangkap pergelangan tangan lawan, lalu mematahkan tulangnya dengan sekali hentakan. Pedang jatuh, dan Warren menyelesaikannya dengan sapuan tumit ke pelipis. Lawan pun tumbang.

Yang terakhir tersisa dari kesembilan, maju dengan putus asa. Pria yang sebenarnya sudah gemetaran itu mengangkat pedang dengan dua tangan, menebas dengan tenaga penuh. Warren melompat, lalu memutar tubuhnya di udara, menghantam tengkuk lawan dengan Tendangan Naga Hitam. Suara keras terdengar, dan prajurit itu langsung tak sadarkan diri.

Kini hanya Sariman yang tersisa. Pria yang masih kesakitan itu berdiri dengan wajah pucat, menyadari kesepuluh rekannya telah dihancurkan hanya dalam hitungan menit. Warren berjalan perlahan mendekat, matanya dingin, langkahnya mantap.

Sariman menggertakkan gigi, lalu merogoh saku kecil di pinggangnya. Tepat saat Warren hendak menebas jarak dengan jurus pamungkasnya, Sariman menaburkan serbuk asap hitam. Seketika kabut pekat menutupi area.

"Pengecut!" geram Warren, mengibaskan tangannya untuk membelah asap.

Namun saat kabut hilang, Sariman sudah lenyap tanpa jejak, menyisakan hanya bau belerang yang menusuk hidung.

***

Bersambung...

1
Nudu
semangat terus kak
hamba allah
di tunggu up nya thor
Leslie Cheung
maju terus thor
Leslie Cheung
up terus donk thor
Saputra
lanjutkan up nya thor
Uswatun Chasanah
semangat terus thor
Erlina Vikha
jangan lupa up nya thor
Gerry
lanjutkan thor up berikut nya
Uswatun Chasanah
buruan up donk thor
Erlina Vikha
di tunggu up thor
Uswatun Chasanah
sangat keren
Erlina Vikha
lanjutkan thor
Abdulah FC
sedikit ada adegan hottt nya donk thor
My love
up nya jangan lama" thor
My love
semangat thor
My love
pokok'e the best
astutiq
semangat thor
lanjutkan di tunggu up berikut nya
Arman Sadikin
Semangat
Henry
Bagus, Gak bertele-tele
Rizky Fathur
cepat Buat mcnya bikin kerajaan terkuat bikin mcnya kuat Dan bantai raja itu dengan kejam Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!