NovelToon NovelToon
Jodoh Setelah Diselingkuhi

Jodoh Setelah Diselingkuhi

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Nikahmuda / Selingkuh
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: zennatyas21

"Aku mau kita putus!!"

Anggita Maharani, hidup menjadi anak kesayangan semata wayang sang ayah, tiba-tiba diberi sebuah misi gila. Ditemani oleh karyawan kantor yang seumuran, hidupnya jadi di pinggir jalan.

Dalam keadaan lubuk hati yang tengah patah, Anggita justru bertemu dua laki-laki asing setelah diputuskan pacarnya. Jika pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang, kalau ini malah tak kenal tapi berujung perjodohan.

Dari benci bisa jadi tetap benci. Tapi, kalau jadi kekasih bayaran ... Akan tetap pura-pura atau malah beneran jatuh cinta?

Jangan lupa follow kalau suka dengan cerita ini yaa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JSD BAB 11

Keributan itu mereda setelah Anggita memarahi Widi dan juga Ridho. Shinta pun kabur lebih dulu karena masih harus mengurus masalah keluarganya.

Ridho telah diusir oleh Anggita. Sementara kini warung dijaga oleh Widi.

"Lo gak seharusnya kerja kayak gini. Lo itu preman, tempatnya di pasar dan pasti jarang berbuat baik apalagi bantuin gue yang lagi diuji sama ayah," ucap Anggita pelan.

Sambil memasang banner, Widi menoleh ke arah Anggita yang tengah sibuk mengelap meja. "Kamu takut sama aku? Karena kamu tahu kalau aku ini preman?"

"Yaa ... umumnya preman gitu kan, sekalipun baik pasti ada maunya."

Setelah selesai, Widi turun dari kursi dan menghampiri perempuan yang telah menjadi istrinya.

"Eh, liatin aku. Aku emang preman, tapi sama sekali aku gak ada kelakuan yang sama kayak mereka. Apalagi Ridho, aku gak kayak dia."

Kedua mata mereka saling bertemu. "Terus ngapain lo terima kerjaan dari ayah gue? Porotin harta kan? Lo yang jadi umpan awal yang bisa jadi pintu masuk ke rum—"

"Aku gak sejahat itu. Kamu pikir aku kerja buat aku sama preman-preman lain itu? Enggak, Gita. Aku kerja buat ibu aku biar bisa bangun rumah terus sisa uangnya buat cari bapak aku."

"Oh, gitu? Apa yang menjamin lo itu orang baik meski aslinya preman?"

"Ya bakal aku buktikan lewat jualan ini. Bahwa gak selamanya preman itu serem atau suka nyolong barang dengan hipnotis."

"Hah, ya udah lah. Capek gue debat sama lo! Gak ada gunanya!"

Widi terkekeh saat Anggita menjauh darinya. "Lagian yang ngajak ribut kan kamu, aku cuma tanggapin aja."

•••••••

"Kamu ngapain malah ke rumah, Shinta? Ibu kan sudah bilang kamu fokus kerja aja jangan ikut bantu di rumah ini," ucap Bu Risma, ibundanya Shinta.

Sang anak kedua itu tersenyum. "Gak apa-apa, Bu. Daripada ibu sendirian di sini, Abang Januar juga gak jelas begitu."

Wanita tua yang bernama Risma itu menatap sedih pada putrinya. "Ya ampun, jadi Abang kamu itu belum berhenti dari pekerjaannya?"

Shinta menggeleng pelan. Rautnya tampak ada kegelisahan, sehingga membuat ibunya mengernyit bingung.

"Kamu kenapa lagi, Shinta?"

"En—nggak apa-apa kok, Bu. Aku cuma lagi kepikiran aja tentang Anggita. Kayaknya sebentar lagi dia bakal benci sama aku, Bu. Dan ada kemungkinan dia juga bisa pecat aku dari kantornya."

Bu Risma terkejut. "Loh, kenapa?"

"Karena Anggita mulai tahu dunia itu, Bu."

"Maksudnya bagaimana?"

"Salah satu temannya Bang Janu itu ketahuan sama Anggita. Jadi, baru kemarin Anggita nikah dijodohin sama Pak Anggara dan orangnya itu temannya Bang Janu. Bisa bahaya Bu kalau Gita tahu Bang Janu itu siapa."

"Ya ampun ... kamu yang sabar ya, Nak. Ibu yakin kalau itu masih rezeki kamu pasti semuanya akan baik-baik saja. Dan Anggita bisa menerima keluarga kita."

Di samping itu Ridho masih sibuk menyusun rencana dengan Januar. Sebuah markas yang jauh dari jangkauan orang, berbagai minuman beralkohol berdiri di atas meja. Ada yang tinggal setengah, ada juga yang sudah habis tak tersisa.

"Jadi, lo mau apain si Widi itu?"

Ridho tersenyum miring menatap seorang bos yang selalu ia turuti keinginannya. "Kalau kita mintain duit kayaknya gak bakal dikasih, karena tujuan dia kerja cuma buat ngurusin emaknya itu."

Januar terkekeh. "Dia itu selain cakep, bisa beladiri juga loh. Tapi, satu kelemahan dia yang lo pasti taulah itu."

"Nah, soal itu mah tinggal siapa yang turun tangan. Kalau gue? berarti harus sabar, karena gue harus main halus dulu nih ke Widi," ucap Ridho tersenyum licik.

Anak buah lainnya yang baru saja datang ikut duduk. Tanpa izin dulu mereka langsung menghisap sebatang rokok, lalu meneguk minuman alkohol sisa Ridho dan Januar.

"Weh, gimana kelanjutannya, Dho? Gila banget lo, temen deket ditikung dari belakang," ujar Bayu, anak buah Januar yang paling sadis ucapannya.

"Bukan ditikung lagi, Bay. Widi udah mau ditabrak terang-terangan sama Ridho! Hahaha," sahut Nino.

Terlalu lama berbicara tanpa ada isi kepentingannya, Januar pun beranjak dari duduknya.

"Sekarang terserah lo pada dah, gue tinggal terima hasil aja. Oh iya, cuma satu pesan gue yang lo semua harus janji dan jaga baik-baik," kata Januar serius.

Ridho memasang wajah dinginnya. Tatapan datar itu seketika beralih ke Januar. "Janji kalau ada Shinta jangan diapa-apain, dan jaga juga jangan sampai Shinta tahu kalau Bang Janu masih sama kita."

Seorang kakak yang masih menganggap keluarga tetap keluarga, Januar menepuk bahu Ridho. "Sekejam apa pun gue sebagai abangnya dia, dia tetap adik gue. Dan se-brengsek apa diri gue, gue masih inget ibu gue."

Ridho mendengarnya pun membalas tepukan ke bahu Januar.

"Yah, gue juga ngertiin lo, Bang. Meskipun gue sebenarnya kesel banget sama adek lo itu, rusuh banget. Baru juga ketemu udah minta dianterin."

"Tapi, jangan berani-beraninya lo kasarin adik gue!" sentak Januar penuh dengan penekanan.

Regar, Bayu dan Nino menggeleng remeh. "Aduhh ... cuma karena cewek kalian berdua mau sama kayak Widi, hatinya Hello Kitty sekalipun mukanya udah serem," ungkap Regar.

"Jangan asal ngebac*t lo, Gar!" timpal Januar.

"Loh, kenapa? Lo kan tau gue, orangnya selalu berbicara soal fakta. Kapan mulut gue basi berisi omong kosong tanpa bukti?" Nadanya pelan, namun Januar sudah menatap Regar bagai elang yang terpancing oleh mangsanya.

Dua orang paling kuat di kawasan sempit itu saling mendekat. Wajah mereka berdekatan bahkan hanya beberapa sentimeter jaraknya.

"Gue peringatkan sama lo, gue jahat sama orang lain yang bukan keluarga gue. Kalau sampai lo nekat celakain satu anggota keluarga gue, maka lo harus siap nanggung akibatnya."

"Akibatnya apa sih, Jan? Setelah apa yang udah lo rencanakan sebelum soal Widi? Otak lo dimuat ulang dong, inget sebulan lalu lo udah bikin salah satu keluarga gue mati."

Satu kata terakhir itu diucap penuh penekanan sekaligus bumbu kekecewaan yang amat sulit diterima dalam diri Regar sebagai wakil bos preman.

"Lo gak lupa ingatan lah, baru juga sebulan lalu. Mata lo yang selalu tajam kalau adik lo disentuh orang gak bener itu sebulan lalu natap gue dengan tatapan seolah kemenangan cuma buat lo. Lo udah bikin strategi yang bikin paman gue meninggal, Januar."

Sorot kebencian dari mata tajam Regar terpancar jelas pada Januar. Laki-laki yang dianggap ketua tersebut diam beberapa detik.

"Itu bukan dari bagian rencana gue. Gue cuma kasih pesan buat saling jaga, tapi ternyata paman lo itu ngajak berurusan sama gue," jawab Januar justru tenang.

"Tapi gak harus paman gue, Januarrr!!"

 Bugh!

 Bugh!

 Bugh!

Pertengkaran sengit antara pemimpin dan wakil pemimpin markas para preman itu terjadi ricuh. Suara berisik bukan dari keroyokan, melainkan barang-barang di sekitar yang Januar dan Regar obrak-abrik.

Ridho menyaksikan itu dengan biasa saja. Mereka sudah tiga kali bermasalah, tapi kali ini memang yang paling parah baginya. Karena ternyata orang yang pernah mereka habisi adalah pamannya Regar.

"Nino, Bayu, lo berdua ikut gue sekarang buat jalani apa yang udah gue atur!" perintah Regar lalu pergi begitu saja meninggalkan Ridho dan Januar.

Dengan wajah yang sedikit memar, napasnya memburu. "Gue emang preman, tapi juga tau batas. Preman yang gak berkhianat sama temannya sendiri," celetuk Januar.

Terduduk lemas sambil meraup wajah bingung. "Regar bukan lagi yang dulu. Dia seakan jadi pemimpin, padahal lo yang jadi bos, Bang Jan."

"Gue gak mau tahu, lo harus jagain Shinta, Dho."

Yang diperintah sontak mendongak. "Kenapa gue?"

"Karena gue yakin lo bisa jagain dia, sekalipun nanti gue udah gak ada."

1
Lonafx
kacau banget cwok kayak Arya, gak modal😅

hai kak, aku mampir, cerita kakak bagus💐
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!