NovelToon NovelToon
DEMI IBU KU SEWAKAN RAHIM INI

DEMI IBU KU SEWAKAN RAHIM INI

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Pelakor / Mengubah Takdir / Angst / Romansa / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:132.8k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

‘Dulu, ibuku pernah menjadi permaisuri satu-satunya, dan aku Putri mahkota dalam istana mahligai rumah tangga orang tuaku, tapi lihatlah kini! Kami tak ubahnya sampah yang dibuang pada sembarang tempat!’

Dahayu – wanita berpenampilan sedikit tomboy, harus menelan pil pahit kehidupan. Sang ayah menjual dirinya kepada sosok asing, yang mana ia akan dijadikan istri kedua.

Tanpa Dahayu ketahui, ternyata dirinya hendak dijerumuskan ke jurang penderitaan. Sampai dimana dirinya mengambil keputusan penting, demi sang ibu yang mengidap gangguan mental agar terlepas dari sosok suami sekaligus ayah tirani.

Siapakah sosok calon suaminya?

Mampukah Dahayu bertahan, atau malah dirinya kalah, berakhir kembali mengalah seperti yang sudah-sudah?

Pengorbanan seperti apa yang dilakukan oleh wanita berpendirian teguh, bersifat tegas itu …?

***
Instagram Author : Li_Cublik

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14 : Miskin belagu

Dahayu menatap ragu manik hitam pria yang menurutnya – baik, pernah menolongnya saat ia didera rasa takut luar biasa.

“Maaf, Mas. Sepertinya untuk sementara waktu ini, aku berhenti bekerja di perkebunan. Ingin fokus merawat Ibuk, agar cepat sembuh,” beritahunya lembut.

Wisnu shock, hingga terlontar kata-kata tak terjaga, keluar dari skenario dirinya yang seorang pria hangat, penuh perhatian. “Kalau kau tak kerja, mau makan apa kalian?”

Kening sang wanita mengernyit, baru kali ini dirinya mendapatkan kalimat bernada menyinggung dari seorang Wisnu Syahputra. “Perihal bisa makan ataupun tidak, biar itu menjadi urusanku, Mas. Permisi!”

Kunci motor diputar, engkol di pijak kuat, sebelum berlalu – Dahayu menyempatkan mengangguk singkat, lalu melaju tanpa melihat ke belakang.

“Melarat saja berlagak sok kaya! Mamak mu itu gila, mau kau obat kan hingga ke ujung dunia pun tetap takkan sembuh! Sungguh perbuatan sia-sia dan menghabiskan waktu dan uang. Cih!”

Pria yang masih dilanda emosi itu meludah, menatap kendaraan Dahayu yang sudah melaju jauh. Hatinya kesal bukan main – bisa dibilang ini penolakan pertama secara terang-terangan.

Wisnu melajukan motornya berlawanan arah dengan Dahayu. Rasa jengkel masih bercokol di hatinya.

.

.

Dahayu tiba di rumah perkebunan, bertepatan dengan adzan magrib berkumandang.

Sang ibu duduk di teras rumah Mak Rita, menikmati jagung rebus bersama Nelli.

“Udah mau malam, kenapa tak masuk rumah, Buk?” tanyanya, setelah memasukkan motor ke dalam dapur lewat pintu samping.

“Enak!” Jagung tinggal separuh itu diangkat tinggi-tinggi.

“Coba sedikit.” Tanpa menunggu persetujuan dari ibunya, Dayu menggigit jagung rebus, lalu menatap jenaka yang membuat bu War mencebik tidak suka.

“Betulan enak.” Ia mengunyah dengan mata berbinar.

Plak!

“Lihat kan! Ibuku matanya berkaca-kaca. Dasar anak tak baik budi!” Nelli memukul bercanda pundak Dahayu.

Betul saja, sedetik kemudian bibir bu War mencebik dan bergetar, buliran air mata jatuh layaknya hujan deras. “Nakal.”

Bahu ringkih tinggal tulang berbalut kulit itu dipeluk sayang, ia cium bertubi-tubi pipi sang ibu. ‘Sehatlah selalu, Buk. Agar Ayu pun kuat menjalani hari-hari berat yang sudah menunggu untuk dilalui.’

Tanpa bertanya, Nelli paham bila sudah terjadi sesuatu dengan sahabatnya. Ia mencoba menguatkan dengan memeluk punggung, berbisik lirih. “Kau hebat – dulu, kini, hingga masa depan, seorang Dahayu itu sosok yang tangguh, tak mudah roboh meskipun diterpa angin topan.”

Bukan dirinya tak penasaran perihal siapa suami Dahayu, tetapi rasa simpati dan empatinya mengalahkan keingintahuan Nelli. Tak etis bertanya pada sang sahabat, sebab pernikahan itu cuma alat tukar dan mungkin berumur pendek.

.

.

Malam hari tepat pukul sembilan.

“Adik, dingin.” Bu War menepuk punggung sang putri yang tertidur memunggungi nya.

Suara isak tangis yang tadi terdengar sangat lirih menjadi berhenti. Diam-diam ia seka buliran air matanya, lalu berbalik menghadap wanita yang rambutnya mengembang setelah seharian di kepang. “Sini, Adik peluk.”

'Nyaman sekali rasanya, Buk.' Ia kecup pucuk kepala ibunya yang wajahnya terbenam di lehernya.

Tangan berkulit mulai kendur itu melingkar erat, menepuk lembut punggung Dahayu. “Jangan nangis.”

Satu kalimat yang berhasil membuat tangis ditahan-tahan pada akhirnya pecah. Dahayu tergugu, memeluk lebih erat lagi. “Adik tidak menag_is, cuma air matanya keluar dengan sendirinya.”

“Nakal ya dia?”

“Iya,” ia tertawa disela-sela tangis dan sedu sedan.

Mungkin ini yang dinamakan ikatan batin antara ibu dan anak itu kuat. Kendatipun bu Warni kehilangan akal sehat, tak mengingat bila telah memiliki seorang putri, dan juga melupakan sosoknya.

Namun, hatinya tergerak untuk memberikan penghiburan kepada Dahayu yang jiwanya tengah terluka, perasaannya porak poranda.

Malam ini, seorang ibu menenangkan putrinya dengan caranya sendiri. Lain daripada para ibu sehat secara mental di luaran sana kala menghibur anak gadisnya yang bersedih.

Bu Warni duduk bersila, ia bernyanyi lagu Nina bobo. Tangannya mengelus lengan Dahayu yang tidur meringkuk memeluk lututnya.

Suara sedu sedan terdengar kasar, beriringan dengan tarikan napas dalam. Ya sedih, terharu, marah, ingin rasanya Dahayu berteriak meluapkan emosi terpendam sekian belasan tahun lamanya.

Lagi, dan lagi – Semesta tak berpihak kepadanya. Dia kehilangan kesempatan bersekolah dikarenakan harus mendahulukan perutnya dan sang ibu agar tidak kelaparan. Dia melewati masa remaja seperti berjalan diatas semak berduri.

Dia menjalani masa dewasa penuh caci maki, hanya bisa diam kala dikata-katai supaya Bandi, Ijem, Nafiya – tidak melampiaskan kekesalan mereka dengan tidak memberi kartu kesehatan ibunya.

Kini, harta satu-satunya yang ia punya pun terenggut tanpa bertanya terlebih dahulu, apa dia ikhlas? Bagaimana perasaannya, nyaman kah?

‘Lenyap sudah, hilang tak bersisa, dan hanya meninggalkan bekas menyakitkan. Apa lagi yang bisa dibanggakan dari ini? Selain seonggok daging dipaksa terus kuat. Jatuh bangun lagi, tersungkur bangkit sendiri. Maaf, bukan hamba ingin mengeluh ya Rabb – hanya sekedar meluapkan isi hati,’ Dahayu merasa rendah diri.

***

“Kau yakin mau berangkat bekerja dengan kelopak mata macam habis disengat Tawon, Yu?” Nelli menggoda sahabatnya. Mereka sedang menunggu kendaraan jemputan.

Dahayu menatap sengit pada wanita yang berpenampilan sama sepertinya – mengenakan pakaian serba panjang, tas pinggang, dan tangan memegang parang babat rumput.

Ya, ini hari terakhir seorang Dahayu bekerja kasar. Sebab, nanti sore dia akan menerima gaji, dan besok membawa sang ibu berobat di rumah sakit perkebunan milik PT Tabariq, yang dibuka juga untuk umum.

Setelahnya, Dahayu akan fokus pada perjanjian – mengandung, melahirkan, lalu melepaskan bayinya, kemudian menghilang dari pandangan pasangan suami istri yang menyewa rahimnya.

Mobil pickup pun datang, Dahayu dan Nelli melambaikan tangan kepada Ibu dan Mamak mereka. Sementara pak Jefri selepas subuh sudah pergi menderes getah di perkebunan karet.

.

.

“Dahayu!”

“Ya, Mas?” Dia baru saja turun dari bak pickup, dan langsung dihadang oleh pak mandor lapangan.

“Kau tak bawa sarapan buat, Mas?” Diamatinya tangan sang wanita yang cuma memegang alat pemotong rumput.

“Hari ini aku tak memasak, Mas. Mak Rita sudah memberikan bekal, aku sungkan kalau mau minta lebih,” katanya pelan, enggan menatap.

“Terus Mas … makan apa, Yu? Harusnya kau bilang kalau tak membawa bekal. Biar Mas tak kelaparan.” Dia mendengus lalu berbalik badan. Raut kesalnya tertangkap oleh dua wanita muda tukang gosip.

“Hih! Pasti dicampakkan itu si Dayu. Lagian cuma lulusan SMP, kok bernyali betul menyukai seorang mandor sarjana pertanian,” cibir Tatik.

“Mampus lah situ! Miskin sok berlagak orang berpunya, pilih-pilih yang berpangkat, enggan menerima pinangan pemuda pekerja kasar, ya gitu akhirnya. Kenak karma kan dia, mana umurnya sudah pantas punya anak, eh dia nya malah dibuang si mandor tampan. Kita lihat saja, setelah ini paling Dayu terpaksa menikah dengan pria kere, agar tak dicap perawan tua,” timpal Ratna.

“Iya kalau masih perawan, aku kok sangsi. Rasanya mustahil dia bisa menjaga diri, sementara kita sering melihatnya berusaha dekat dengan mandor Wisnu,” sela Tatik.

“Bisa jadi dia jual diri secara cuma-cuma agar bisa dekat dengan pria berpangkat itu. Ih menjijikan sekali!” Ratna bergidik, lalu mereka tertawa seraya memandang Dayu yang mulai berjalan ke arah ilalang tinggi.

"Apa kalian digaji untuk bergosip?"

.

.

Bersambung.

1
Hanipah Fitri
lanjut
Alfiah Putri Pangalila
sangat mengandung bawang, semangat thor
tiap karyamu selalu ku pantau ☺️😍
imau
emang Dayu punya salah apa sama kamu Fiya?
imau
wkwkwk😂 sdh kena suap Randu ya bu
imau
jangan lupa, belahan dagunya 😄
imau
gimana g bergetar rahimnya Nelli 🤣🤣🤣
imau
ini nih gurunya Bu Warni 😄
imau
pengertian sekali
siauwdidola
seru, menarik
Kaka Shanum
tertawalah sepuasnya kamu nafiya karena setelah itu jangankan bisa tertawa,bicara pun tak sanggup kalau kau tau siapa amran tabariq......
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
perkosaaaa aja itu si dayu itu mran.. tuman banget cangkemnya...🤣🤣🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
bukan akal akal an sih,,, tapi biang keladi nya...🤣🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
laaaaahhh sana minum obat dulu,,,, kayaknya dosismu perlu ditambah deh biar agaj warasan dikit...
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
sak karepmu jem jem..... eh... aku ngomong apa ya... jem jem kayaknya ada terusannya deh...🤣🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
abang amran.... kawinin aku bang...🤣🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
matamu pengen tak colok ya peyang... segala macam orang dibilang ganteng, mungkin kalo orang utan dikasih jas celana sama sepatu pantofel paling juga dibilang ganteng sama si peyang ini...
Nurul Boed
Karena Dayu masih beranggpan dia hanya istri sementara,, 🤔🤔🤔
Nurul Boed
Beee,, model an begini gpp dech jadi yang ke tiga 😆😆😆😆
hidagede1
wah... ganteng banget abang amran,,, ah.. ini mah c'nafi gak bakalan bisa tidur 7hari 7 malam, wkwkwk
Marlina Prasasty
untung Bondan gak satu mobil dgn sang tuan pasti dia akan kema sadaran dr perang dunia ke3 ini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!