NovelToon NovelToon
Office Girl Cantik Kesayangan CEO Tampan

Office Girl Cantik Kesayangan CEO Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:26.4k
Nilai: 5
Nama Author: ijah hodijah

Fatharani Hasya Athalia, atau biasa disapa Hasya oleh teman-temannya itu harus terjebak dengan seorang pria di sebuah lift Mall yang tiba-tiba mati.
Hasya yang terlalu panik, mencari perlindungan dan dengan beraninya dia memeluk pria tersebut.

Namun, tanpa diketahuinya, ternyata pria tersebut adalah seorang CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Hasya sendiri bekerja subagai Office Girl di perusahaan tersebut.

Pada suatu hari, Hasya tidak sengaja melihat nenek tua yang dijambret oleh pemotor saat dirinya akan pergi bekerja. Karena dari perangai dan sifatnya itu, nenek tua tersebut menyukai Hasya sampai meminta Hasya untuk selalu datang ke rumahnya saat weekend tiba.

Dari sanalah, nenek tua tersebut ingin menjodohkan cucu laki-lakinya dengan Hasya.

Akankah Hasya menerima pinangan itu? Sedangkan, cucu dari nenek tua tersebut sedang menjalin kasih bahkan sebentar lagi mereka akan bertunangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ijah hodijah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

"Sorry, Rel. Gue udah berangkat." Hasya mengangkat teleponnya saat sudah berada di dalam mobil.

"Yang benar aja, lo? Biasanya lo masih m0lor jam segini!" Aurel merasa kaget mendengar Hasya sudah berangkat kerja.

"Hah?" Hasya melihat jam di pergelangan tangannya. "Yang benar saja?" Hasya terbelalak saat melihatnya. Kemudian ia menatap Bara yang sedang fokus menyetir sekilas.

"Kenapa?" tanya Bara tanpa mengalihkan pandangannya.

"Yang benar saja, ini Tuan?" tanya Hasya.

"Benar kenapa?"

"Ini baru jam enam pagi."

"Lalu?"

"Biasanya saya masih tidur."

"Terus, mau kamu ulangi lagi tidurnya?" tanya Bara.

"Eh, e-enggak."

"Biar kamu tahu, kalu kamu tidak bisa mengabaikan waktu." jawab Bara.

"Hahaha!" suara ledakan tawa dari balik telepon Hasya membuatnya terkejut. Hampir saja Hasya melemparkan hpnya. "Lo lagi sama siapa?" tanya Aurel setelah menghentikan tawanya.

"Eh, em, itu."

"Lo, ngomong apa,sih, Sya?"

"Gue-gue lagi belibet. Udah, ya."

"Jujur banget, lo. Cieee... lagi sama Tuan CEO, ya?"

"Gak usah menghayal!" Hasya mengerucutkan bibirnya.

"Kenapa dia menggemaskan banget? Dan gue juga kayak gak bisa jauh-jauh sama dia." ucap Bara di dalam hatinya.

"Bukannya itu sudah kenyataan, ya, Sya?" Aurel masih tetap terkekeh. "lo semalam gak pulang?"

"Pulang dong, masa enggak. Kalau gak pulang, gue tidur di kantor, dong?"

"Tapi bukan ke kos-an lo."

Deg

Hasya diam mematung. Kemudian ia menatap Bara kembali.

"Lo tidur di mana?"

"Gue..."

"Sya, lo tetap harus bisa menjaga diri."

"Terimakasih, gue pastikan bisa." jawab Hasya. Dia mengerti maksud Aurel.

"Gue berharap begitu."

"Lo, curiga sama gue?"

"Gak curiga, cuma gue gak mau terjadi sesuatu sama lo. Lo, sudah gue dan bunda anggap lo sebagai keluarga kami."

"Iya, gue paham, Rel. Udah dulu ya, gue udah mau nyampe." bukan menghindar. Tapi perusahaan yang menjulang tinggi itu sudah terlihat dan jaraknya sekitar seratus meter lagi.

"Oke! Pemecah rekor!"

"Hehe..." Hasya mengakhiri panggilannya. Lalu dia menaruh kembali ponsel jadulnya. Lebih tepatnya ponsel keluaran lama dan itu juga sudah retak layarnya.

"Saya turun di sini saja, Pak." ucap Hasya.

"Ikuti saya!"

"Bapak!"

"Kamu sedang bekerja sama saya, bukan?" Hasya mengangguk. "Berarti kamu harus mengikuti keinginan saya."

Glek!

"Ta-tapi..."

Bara tidak menanggapinya, dia langsung masuk ke perusahaannya yang masih lengang.

"Tuan, nanti ada karyawan yang lihat." Hasya terlihat cemas. Dia tidak ingin ada karyawan yang melihatnya karena takut menjadi bahan gosip.

"Gak akan, ini masih pagi. Nanti, kamu langsung keruangan saya."

"Tapi..."

"Jangan membantah! Bukannya pekerjaan kamu belum selesai?"

"Oh, iya. Saya lupa." jawab Hasya.

Sesampainya di ruangan Bara, Hasya langsung melanjutkan pekerjaannya yang kemarin tertunda. Sedangkan Bara sedang menerima panggilan di ponselnya.

"Ya." jawab Bara sangat singkat.

"Saya tidak nyangka, ya. Seorang CEO membawa karyawannya untuk tidur ke apartemennya." suara itu terdengar sinis di telinga Bara.

"Suka-suka saya. Apartemen saya sendiri."

"Berarti, sudah siap untuk menikahinya, Tuan Bara!" suara itu penuh penekanan. "Saya tidak ingin sesuatu hal terjadi dengan karyawan anda atas ulah anda."

"Nenek, apa-apaan, sih?" Bara seperti tidak suka dengan drama yang Belinda buat.

"Loh, bukannya anda menyukainya, Tuan? Bahkan sangat terlihat kalau anda sangat menyukainya. Tapi sayangnya, anda gengsi menyatakannya. Eh, atau karena ada si rubah yang harus dilindunginya? Hahaha... Ini perjalanan yang seru, bukan?" Belinda terbahak melihat kekonyolan cucunya. Belinda sangat senang mengerjai cucunya itu.

"Sudah siap untuk besok menikah?" tanyanya lagi.

"Jangan macam-macam, Nek."

"Nenek akan mengajak dia main setelah pulang kerja." ucap Belinda.

"Dia juga harus kerja lagi, Nek."

"Calon suami, jangan biarkan dia bekerja terlalu lelah. Sudah cukup atas penderitaannya selama ini." Belinda berkata serius.

"Maksud nenek apa? Apa dia..."

"Kepo, kan? Hahaha!" Belinda sangat senang mendengar Bara penasaran. Dia hanya berharap kalau Bara membuka matanya yang sudah tertutup oleh rubah yang selama ini mengelabuinya.

"Nanti malam, tolong jemput nenek di Blue Hotel lantai lima kamar dua ratus sembilan puluh enam. Ingat! Jangan lupa, ya!" tiba-tiba Belinda berbicara begitu.

Bara terperanjat. "Nenek lagi ngapain di sana?" menurut Bara, hotel itu tidaklah mungkin disinggahi oleh Belinda. Mengingat kalau hotel itu sedikit bermasalah.

"Lagi menginap di sini lah, lagi bosen di rumah." jawab Belinda dengan entengnya.

"Oke! Aku sudahi dulu, ya. Jam kerja sudah mau mulai."

"Mau mulai kerja, atau mau berduaan di dalam ruangan?" Bara menyugar rambutnya. Dia selalu kalah kalau berdebat dengan neneknya.

"Terserah nenek!" Bara kesal sendiri.

"Oke! Tapi tetap ingat, kalau di ruangan kamu itu ada CCTV yang nempel di dinding." ucap Belinda.

"Siap, Nek." Bara langsung mengakhiri panggilannya. Sedangkan Hasya fokus dengan pekerjaannya yang kemrin belum selesai. Selebihnya, dia melakukan apa yang Bara suruh.

***

"Apa yang sedang kamu lakukan di ruangan ini? Kamu berniat macam-macam kepada calon suami saya, ya?"

"Maaf, saya di sini sedang mengerjakan apa yang sudah tuan Bara perintahkan, Nona." jawab Hasya jujur.

Sore ini, Hasya sedang membersihkan ruangan pribadi Bara yang ada di ruang kerjanya. Sedangkan Bara sedang ada pertemuan dengan teman bisnisnya di luar kantor.

"Gak usah ngeles, gara-gara kamu, hubungan saya sama dia berantakan." ucap Laura lagi.

"Maaf, Nona. Di sini saya untuk bekerja bukan untuk mengganggu hubungan kalian."

"Bekerja gangguin calon suami gue!"

"Apa nona tidak melihat, kalau pekerjaan saya apa?" tuduhan itu membuat Hasya merasa risih.

"Buktinya..."

"Tanyakan langsung aja sama calon suami anda, Nona. Permisi, saya akan segera menyelesaikan pekerjaan saya." Hasya berjalan melewati Laura yang sedang bertolak pinggang di depan pintu.

Byur!

Dengan sengaja Laura menyiramkan air yang berada di alat pel yang sedang Hasya pakai.

"Ada apa ini?" suara bariton itu menggelegar di ruangan itu.

Deg!

Laura menoleh ke belakang dan ia terkejut saat melihat Bara sudah berada di belakangnya.

"Baby... Ini tidak seperti yang kamu lihat." dia mencari cara supaya Bara mempercayainya. Sedangkan Hasya yang sudah basah kuyup itu hanya menatap sinis kearah Laura.

"Apa kamu gak papa?" Bara justru menghampiri Hasya dan tidak peduli dengan Laura.

"Beby! Kenapa sekarang kamu selalu membela dia? Apa itu selingkuhan kamu?" Laura merasa tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Bara.

"Dia karyawan saya." jawab Bara. Dia kembali menatap Hasya. Tapi belum juga dia berbicara, Laura sudah menyela.

"Oh, begitu? Kamu lebih peduli sama dia dari pada aku yang sudah dia fitnah sebagai kupu-kupu malam." Laura terlihat sedih. Dia berusaha mengeluarkan air matanya. Sedangkan Hasya terjengkit kaget mendengar penuturan yang diucapkan oleh Laura.

"Apa benar itu, Hasya?" tanya Bara. Dia menatap penuh selidik kepada Hasya.

"Maaf, itu tidak benar, Tuan." jawab Hasya.

"Halah...di depan kamu dia diam dan lembut. Tapi, saat kamu gak ada tadi, dia mengatai aku bahkan dia sampai menjambak aku."

Hasya geleng-geleng kepala, ia benar-benar tidak habis pikir dengan Laura yang begitu membencinya.

"Baik..." tanpa banyak kata lagi, Bara langsung pergi meninggalkan mereka berdua. Setelah menyadari kemana perginya Bara, Laura langsung panik dan meninggalkan Hasya. Lebih tepatnya dia akan menyusul Bara.

Hasya sendiri tidak peduli lagi, dia akan segera menyelesaikan pekerjaannya karena sore ini dia harus pulang ke rumahnya.

"Selesai juga, kenapa hidupku kembali gak tenang." ucap Hasya, dia menaruh alat kebersihannya di tempat semula. Kemudian ia berdiri ke arah tempat penyimpanan tasnya yang berada di ruangan Bara. Bara benar-benar tidak mengizinkannya untuk menaruh tasnya di loker. Bahkan makan saja, Hasya mendapat makanan dari Bara. Bara seperti sudah mengurvngnya.

Di tempat lain, di mana Bara dan Laura berada. Keduanya sedang bertengkar gara-gara Laura yang ketahuan berbohong setelah Bara melihat rekanan CCTV yang ada di ruangan itu. Di sana Bara meliht jelas kalau kekacauan yang terjadi atas ulah Laura sendiri.

"Ini semua aku lakukan karena kamu selalau membela dia, Bar." ujar Laura.

"Saya akan membela siapa pun yang benar."

"Termasuk dia...?"

"Ya..."

"Bara... Jangan-jangan kamu kena pelet sama dia? Baru juga..."

"Persetan pakai pelet! Sudah jelas di sini kamu yang salah, kenapa kamu terus mencari kesalahan dia?" Bara terlihat tidak suka dengan cara Laura memfitnah Hasya.

"Kita putus aja..." Bara langsung menatap tajam Laura...

"Permisi, Tuan. Saya pulang duluan." Hasya sedikit membungkukan badannya untuk lewat di samping mereka.

"Tunggu..."

"Bara!"

"Maaf, Tuan. Saya harus pulang ke rumah orang tua saya. Permisi." Hasya tudak ingin berlama-lama lagi di sana. Dia langsung menunggalkan Bara yang diam mematung menatap dieinya pergi.

***

"Kamu papa jodohkan dengan teman papa."

Bersambung

1
𝐈𝐬𝐭𝐲
maksudnya ini gmn Thor, mau mau sama kamu🤔
Ijah Khadijah: Astagfirullah, typo, kak🙏
total 1 replies
Jar Waty
lanjut thor
Yurniati
tetap semangat terus
Yurniati
terus lanjut update nya thorr
partini
jadi macan tutul
🎧✏📖: Mampir yuk ke judul Perempuan Wasiat Bunda! mksh✌🙏
total 1 replies
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
jadi macan.😁🤣🤣
Yurniati
tetap semangat terus
Ijah Khadijah: Terimakasih suportnya, Kakak
total 1 replies
Yurniati
semangat terus update nya thorr
Yurniati
tetap semangat terus thorr
Yurniati
terus lanjut update nya thorr
Jar Waty
lanjut thor
Yurniati
terus lanjut update nya thorr
Yurniati
tetap semangat terus update nya thorr
🍁𝗨𝗺𝗺𝗮❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻
Kamu yg menghindari Hasya, Rel jangan salah kan dia, Hasya pun bingung dengan mu
Pijaran Hati 89
dih aurel si playingfictim,giliran di deketin sok menghindar sekarang berkata begitu jdi tau watak dan sifatmu rel
Pijaran Hati 89
aurel jga salah ngapain ngasih tau bnr kta bara iri dan sok baik,jlas2 udah nikah ya jgn ember mulutnya
Pijaran Hati 89
klu buat bayi bukan apron thor sleber atau apa itu,msa bayi di pakein apron hihi
Ijah Khadijah: Betul, Kak. lawaknya garing ya🤭🤭🙏
total 1 replies
Jar Waty
lanjut thor
Yurniati
tetap semangat terus
Yurniati
terus lanjut update nya thorr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!