NovelToon NovelToon
ADOPSI YANG MENJADI OBSESI

ADOPSI YANG MENJADI OBSESI

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:456
Nilai: 5
Nama Author: frj_nyt

Ia ditemukan di tengah hujan, hampir mati, dan seharusnya hanya menjadi satu keputusan singkat dalam hidup seorang pria berkuasa.

Namun Wang Hao Yu tidak pernah benar-benar melepaskan Yun Qi.

Diadopsi secara diam-diam, dibesarkan dalam kemewahan yang dingin, Yun Qi tumbuh dengan satu keyakinan: pria itu hanyalah pelindungnya. Kakaknya. Penyelamatnya.
Sampai ia dewasa… dan tatapan itu berubah.

Kebebasan yang Yun Qi rasakan di dunia luar ternyata selalu berada dalam jangkauan pengawasan. Setiap langkahnya tercatat. Setiap pilihannya diamati. Dan ketika ia mulai jatuh cinta pada orang lain, sesuatu dalam diri Hao Yu perlahan retak.

Ini bukan kisah cinta yang bersih.
Ini tentang perlindungan yang terlalu dalam, perhatian yang berubah menjadi obsesi, dan perasaan terlarang yang tumbuh tanpa izin.

Karena bagi Hao Yu, Yun Qi bukan hanya masa lalu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon frj_nyt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2

Trotoar itu licin. Air hujan mengalir di sela-sela retakan aspal, membawa debu, puntung rokok, dan sisa-sisa hari yang tidak sempat dibersihkan. Lampu jalan memantulkan cahaya kekuningan, membuat genangan terlihat lebih dalam dari aslinya. Yun Qi berjalan terpincang.

Bukan karena kakinya terluka, tapi karena tubuhnya sudah terlalu lelah untuk menuruti perintah otaknya. Setiap langkah terasa seperti menyeret beban yang tidak kelihatan. Tas kecil di punggungnya semakin berat, padahal isinya hanya dua baju lusuh dan sebuah botol air kosong. Perutnya melilit.

Bukan rasa lapar yang tajam, tapi perih yang tumpul—jenis rasa sakit yang muncul setelah terlalu lama tidak dihiraukan. Yun Qi menekan perutnya dengan satu tangan, berharap rasa itu mereda. “Aku bisa,” gumamnya pelan.

Suaranya tenggelam oleh hujan. Ia tidak tahu harus ke mana. Ia hanya tahu satu hal ia tidak bisa kembali. Setiap kali matanya terpejam sejenak, wajah ibunya muncul. Tatapan kesal. Nada suara yang selalu meninggi saat menyebut namanya.

Kalau kamu nggak ada, hidup kita bakal lebih tenang. Kalimat itu seperti duri yang tertancap di dada. Langkah Yun Qi melambat. Pandangan matanya mulai kabur. Lampu-lampu di sekitarnya terlihat berbayang, seperti digandakan oleh air mata yang tidak sempat jatuh. Ia berhenti.

Menarik napas panjang, lalu satu lagi. Udara dingin masuk ke paru-parunya, membuat dadanya terasa sakit. Tangannya gemetar. “Kuat dikit,” bisiknya pada diri sendiri. “Dikit lagi.” Namun tubuhnya tidak mau diajak bekerja sama. Saat ia melangkah lagi, kakinya terpeleset.

Bukan jatuh langsung lebih seperti kehilangan keseimbangan secara perlahan. Tubuh kecilnya terhuyung ke depan, mencoba mencari pegangan, tapi yang ada hanya udara dan hujan. Yun Qi jatuh ke badan jalan. Tidak keras. Tidak dramatis. Hanya bunyi tubuh kecil yang menghantam aspal basah, diikuti oleh suara napas yang terlepas dari paru-parunya. Ia tidak langsung pingsan. Ia masih sadar. Terlalu sadar, malah.

Ia bisa merasakan dinginnya jalan menembus pakaian tipisnya. Bisa mendengar suara hujan yang menghantam aspal di dekat telinganya. Bisa melihat bayangan lampu mobil yang mendekat dari belakang. Lalu—

Suara klakson. Keras. Mendadak. Membelah udara malam. Yun Qi mencoba mengangkat kepala. Tidak bisa. Lampu depan mobil menyilaukan matanya. Dunia menjadi putih sesaat. Ada suara rem yang ditarik kuat.

CIIIT...

Mobil mewah berwarna hitam berhenti mendadak. Jaraknya hanya beberapa sentimeter dari tubuh Yun Qi. Jika sopir terlambat satu detik saja—

Pintu mobil terbuka. “Apa-apaan—!” Seorang pria turun dengan tergesa-gesa. Jas hitamnya langsung basah oleh hujan. Ia berlari ke depan mobil, lalu berhenti mendadak saat melihat tubuh kecil di jalan. “Ya Tuhan…” gumamnya.

Ia berjongkok cepat. “Hei, hei, kamu!” Yun Qi mendengar suaranya, tapi sulit memfokuskan mata. “Bisa dengar saya?” tanya pria itu, suaranya mulai panik.

Yun Qi ingin menjawab. Ia ingin bilang iya. Ia ingin bilang tolong jangan marah. Tapi tenggorokannya terasa terkunci. Ia hanya bisa mengedip pelan. “Masih sadar,” gumam pria itu, lega bercampur panik. “Tuan!”

Langkah kaki lain terdengar. Tidak tergesa. Tidak panik. Seseorang turun dari mobil dengan gerakan tenang, seolah hujan dan kekacauan ini bukan urusannya. Sepasang sepatu kulit hitam berhenti di dekat kepala Yun Qi.

Ia melihat ujung mantel panjang. Payung hitam terbuka di atasnya, menahan hujan agar tidak jatuh ke wajah orang itu. “Kenapa?” suara itu terdengar. Tenang. Rendah. Tidak bergetar. Sopir mendongak. “Ada anak kecil jatuh ke jalan, Tuan. Hampir tertabrak.” Orang itu tidak langsung menjawab.

Yun Qi mengumpulkan sisa tenaga untuk mengangkat pandangan. Wajah pria itu muncul di atasnya. Muda. Tampan. Tapi tidak hangat. Tatapannya tajam, dingin, seperti seseorang yang terbiasa melihat dunia dari atas tanpa perlu membungkuk terlalu lama. Mata mereka bertemu. Yun Qi membeku.

Ada banyak orang dewasa yang pernah menatapnya dengan marah, dengan jijik, dengan lelah. Tapi tatapan pria ini berbeda. Tidak ada emosi di sana. Dan justru karena itu… Yun Qi merasa takut.

“Nama,” kata pria itu. Suaranya datar. Bukan permintaan, lebih seperti perintah. Yun Qi membuka mulut. Tidak ada suara. Bibirnya bergetar. Hujan masuk ke sudut matanya. Pria itu mengamati lebih teliti. Rambut basah. Pakaian terlalu tipis. Tas lusuh. “Kau sendirian?” tanyanya. Yun Qi mengangguk pelan. “Orang tua?”

Ia ragu. Gambar rumah itu muncul lagi. Pintu tertutup. Suara ibunya. Ia menggeleng. Gerakan kecil. Tapi cukup. Pria itu terdiam beberapa detik. Hujan mengalir di mantel hitamnya, tapi ia tidak bergerak. “Bisa berdiri?” tanyanya lagi. Yun Qi mencoba.

Tubuhnya bergetar hebat. Begitu ia menggerakkan tangan, kepalanya langsung terasa ringan. Dunia berputar. Ia jatuh lagi, kali ini benar-benar kehilangan tenaga. Sopir refleks menahan. “Tuan, sepertinya anak ini kelaparan atau demam. Kita harus—”

“Kau tinggal di jalan?” potong pria itu. Yun Qi mengumpulkan sisa kesadarannya. “Tidak…” bisiknya. Lalu, setelah jeda yang panjang, ia berkata pelan, hampir tak terdengar, “Diusir.”

Kata itu keluar begitu saja. Seolah sudah lama menunggu untuk diucapkan. Sopir terdiam. Pria itu Wang Hao Yu menatap anak kecil di depannya lebih lama dari yang ia sadari. Ia seharusnya tidak peduli.

Dunia penuh dengan anak-anak seperti ini. Ia tahu itu. Ia sudah melihat terlalu banyak untuk terkejut. Tapi ada sesuatu yang mengganggunya. Bukan luka fisik. Bukan air mata. Melainkan cara anak ini tidak meminta.

Tidak menangis. Tidak memohon. Tidak berusaha menarik simpati. Seolah sudah menerima bahwa dunia memang seperti ini. “Bawa ke rumah sakit?” tanya sopir pelan, ragu. Hao Yu menatap Yun Qi sekali lagi.

Tubuh kecil itu gemetar di tangannya. Ringan. Terlalu ringan. “Tidak,” jawabnya. Sopir menoleh cepat. “Tuan?”

“Bawa dia masuk mobil,” kata Hao Yu. “Pelan.”

“Ke rumah sakit atau—”

“Ke rumah.” Keputusan itu keluar tanpa perhitungan panjang. Impulsif. Bodoh. Dan seharusnya tidak ia buat.

Namun saat sopir menggendong Yun Qi ke kursi belakang, saat tubuh kecil itu diletakkan dengan hati-hati di jok kulit mahal yang hangat, Yun Qi menghela napas kecil nyaris seperti orang yang akhirnya berhenti berlari.

Matanya terpejam. Tubuhnya menyerah sepenuhnya. Hao Yu duduk di kursi depan. Ia menoleh ke belakang sekali. Anak kecil itu tertidur dengan wajah pucat, napas tipis, tangan kecilnya masih menggenggam tali tas seolah takut direnggut.

Mobil mulai melaju, meninggalkan jalanan basah dan hujan. Hao Yu bersandar ke kursinya. Ia tidak tahu kenapa ia melakukannya. Ia hanya tahu satu hal malam ini, ia tidak bisa meninggalkan anak itu di jalan. Dan keputusan kecil itu… Akan mengubah hidup mereka berdua.

1
@fjr_nfs
tinggalkan like dan Komen kalian ☺❤️‍🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!