Yan Ruyin, nama yang membuat semua orang di Kediaman Shen jijik. Wanita genit, pengkhianat, peracun… bahkan tidur dengan kakak ipar suaminya sendiri.
Sekarang, tubuh itu ditempati Yue Lan, analis data abad 21 yang tiba-tiba terbangun di dunia kuno ini, dan langsung dituduh melakukan kejahatan yang tak ia lakukan. Tidak ada yang percaya, bahkan suaminya sendiri, Shen Liang, lebih memilih menatap tembok daripada menatap wajahnya.
Tapi Yue Lan bukanlah Yan Ruyin, dan dia tidak akan diam.
Dengan akal modern dan keberanian yang dimilikinya, Yue Lan bertekad membersihkan nama Yan Ruyin, memperbaiki reputasinya, dan mengungkap siapa pelaku peracun sebenarnya.
Di tengah intrik keluarga, pengkhianatan, dan dendam yang membara.
Bisakah Yue Lan membalikkan nasibnya sebelum Kediaman Shen menghancurkannya selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arjunasatria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Paviliun itu tidak terlalu luas, namun setidaknya masih lebih besar daripada rumah kecil yang ia tempati di abad ke-21. Sayangnya, ruang itu terasa sunyi, hening yang tidak menenangkan, melainkan menekan, seolah paviliun ini telah lama kehilangan kehangatan penghuninya.
Xiaohe membantu Yue Lan duduk di tepi ranjang. Tubuhnya masih lemah. Badannya terasa dingin.
“Nyonya harus berbaring,” bisik Xiaohe cemas.
“Sebentar,” jawab Yue Lan. “Xiaohe… aku perlu bicara.”
Nada suaranya membuat Xiaohe menegakkan tubuh.
“Apa yang ingin nyonya katakan?”
Yue Lan menatap pintu, memastikan tidak ada siapa pun di luar. Lalu ia menurunkan suaranya.
“Aku tidak ingat apa pun.”
Xiaohe membeku.
“Maksud nyonya…?”
“Aku tidak ingat apa yang pernah kulakukan. Tidak ingat pertengkaran. Tidak ingat siapa yang kubenci atau yang kucintai.” Yue Lan menarik napas pendek. “Yang kuingat hanya dua hari di sel itu.”
Wajah Xiaohe memucat.
“Nyonya jangan bercanda…”
“Aku tidak bercanda,” potong Yue Lan pelan. “Aku pikir… karena tidak makan dan minum berhari-hari. Tubuh ini hampir mati. Mungkin saraf otakku terganggu hingga aku mengalami kehilangan ingatanku.”
Alasan itu terdengar masuk akal. Karena hanya itu alasan yang tepat. Ia harus mengantisipasi karena ia tak tahu sampai kapan ia akan berada dalam tubuh Yan Ruyin.
Xiaohe menatap wajah nyonyanya lama. Mencoba menerima penjelasan dari Nyonya nya saat itu. Lalu wajah panik dan air mata yang tak terbendung muncul.
“Nyonya…” suaranya bergetar, “Malang nya nasib Nyonya, lalu Hamba harus bagaimana?” Xiaohe menangis sesegukan.
"Kamu hanya perlu merahasiakannya," kata Yue Lan, ia terlihat serius meskipun nafas nya masih tersengal-sengal. “Jika mereka tahu keadaanku yang sekarang. Mereka akan menganggapku berpura-pura,” sambung Yue Lan. “Atau lebih buruk, menganggapku gila.”
Ia menggenggam tangan Xiaohe. Pegangannya lemah, tapi tegas. “Karena itu aku butuh bantuanmu.”
Xiaohe menelan ludah.
“Kau harus memberitahuku segalanya,” lanjut Yue Lan. “Sedikit demi sedikit. Silsilah keluarga, siapa saja yang dekat denganku, siapa saja musuhku. Tapi satu ingat satu hal...” Ia menatap mata Xiaohe lurus. “Rahasiakan ini. Dari siapa pun. Termasuk suamiku.”
Xiaohe ragu. Lalu berlutut.
“Hamba bersumpah tidak akan mengatakan apapun tentang keadaan Nyonya sekarang pada siapapun,” katanya lirih. “Nyawa hamba milik nyonya.”
"Bangunlah, kau tidak perlu berlutut," kata Yue Lan.
Xiaohe bangkit lalu menuju meja dan menuangkan air hangat ke dalam cangkir kecil, lalu menyerahkannya dengan hati-hati pada Yue Lan.
“Nyonya minum sedikit,” katanya pelan. “Jangan sekaligus.”
Yue Lan mengangguk. Ia menyesap perlahan, membiarkan cairan hangat itu turun ke tenggorokan yang masih perih.
Setelah itu, Xiaohe duduk di bangku kecil di samping ranjang.
“Nyonya tadi meminta hamba menceritakan segalanya,” katanya ragu. “Tentang keluarga Shen.”
“Iya,” jawab Yue Lan singkat. “Mulai dari yang paling dasar.”
Xiaohe menarik napas dalam.
“Keluarga Shen adalah keluarga bangsawan lama. Tuan Shen adalah kepala keluarga. Ia memiliki istri sah dan beberapa selir. Putra tertuanya, Shen Wei, adalah anak dari istri sah dan calon pewaris.”
Yue Lan mendengarkan tanpa menyela.
“Tuan Shen Liang adalah anak dari selir tingkat rendah,” lanjut Xiaohe. “Ibunya telah lama meninggal. Sejak kecil, Tuan Liang tinggal terpisah dan jarang mendapat perhatian.”
“Lalu aku?” tanya Yue Lan.
Xiaohe menunduk. “Nyonya berasal dari keluarga kecil. Tidak punya kekuatan. Pernikahan nyonya dengan Tuan Liang terjadi karena keputusan Nenek Shen.”
“Nenek?” Yue Lan mengulang.
“Iya. Beliau satu-satunya yang bersimpati pada Tuan Liang. Pernikahan itu dimaksudkan agar Tuan Liang punya istri dan kedudukan.”
Yue Lan mengangguk pelan.
“Namun…” Xiaohe menggigit bibirnya, “setelah menikah, sikap nyonya berubah.”
“Berubah bagaimana?”
“Nyonya sering keluar tanpa izin. Menertawakan Tuan Liang. Menganggapnya lemah dan tidak berguna.” Suara Xiaohe makin pelan. “Tuan Liang jarang berkata apa-apa, tapi sejak itu beliau tidak pernah mau berbicara lama dengan nyonya.”
“Temanku siapa saja?” tanya Yue Lan.
Xiaohe menggeleng. “Tidak ada.”
“Musuh?”
Xiaohe tersenyum pahit. “Hampir semua orang.”
Yue Lan tidak terkejut mendengarnya. Karena dari kilasan ingatan milik Yan Ruyin. Ia sudah bisa memahami situasunya walau sedikit.
“Di mata para pelayan, nyonya kasar dan suka mempermalukan orang. Di mata Nyonya Shen, nyonya adalah aib. Di mata Nona Meirong…” Xiaohe ragu sejenak, “…nyonya adalah penghalang dan saingan cintanya.”
Yue Lan mengangguk pelan, menerima semuanya tanpa reaksi berlebihan. Ia tidak membela diri. Tidak juga menyalahkan.
“Jadi,” katanya akhirnya, “tubuh ini tidak punya siapa pun selain kamu.”
Xiaohe menunduk. “Hamba minta ampun, Nyonya.”
Yue Lan menutup mata sesaat, lalu membukanya kembali. “Tidak apa-apa,” katanya pelan. “Terima kasih sudah jujur.”
Xiaohe hendak mengatakan sesuatu lagi, ketika langkah kaki terdengar di luar paviliun. Langkah itu berhenti tepat di depan pintu.
semangat thor jangan lupa ngopi☕️