NovelToon NovelToon
Katakan, Aku Villain!

Katakan, Aku Villain!

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Keluarga / Antagonis / Romantis / Romansa / Balas Dendam
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Amha Amalia

*
"Tidak ada asap jika tidak ada api."

Elena Putri Angelica, gadis biasa yang ingin sekali memberi keadilan bagi Bundanya. Cacian, hinaan, makian dari semua orang terhadap Sang Bunda akan ia lemparkan pada orang yang pantas mendapatkannya.

"Aku tidak seperti Bunda yang bermurah hati memaafkan dia. Aku bukan orang baik." Tegas Elena.

"Katakan, aku Villain!"

=-=-=-=-=

Jangan lupa LIKE, COMMENT, dan VOTE yaaa Gengss...
Love You~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amha Amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Villain Chapter 19

*

"Aku tidak akan menjauhi El." Tegas Keyra. Baginya Elena bukan lagi teman melainkan sahabatnya sendiri, jadi akan sangat keberatan jika harus menjauhinya.

"Kenapa kau sangat ingin di dekat Elena? Kalian belum lama kenal." Satya menatap Keyra tak mengerti "Lagipula Elena tidak akan mau berteman denganmu jika dia tau yang sebenarnya."

Kening Keyra mengernyit "Apa maksudmu?"

"Insiden kecelakaan di ulang tahunmu, bukan kecelakaan biasa." Satya terus memberikan tatapan tajamnya "Dan kau yang sabotase acaramu sendiri."

Mata Keyra terbelalak, ia tak percaya jika Satya mengetahui hal itu, padahal rencana sabotasenya sendiri tidak dia ketahui orangtuanya. Bagaimana Satya bisa tahu? Keyra hanya terdiam menatap Satya penuh keterkejutan.

Satya yang tengah menatap Keyra sontak terkekeh, Keyra makin tak mengerti "Melihat reaksimu ini membuktikan tebakanku benar."

"Kau--..." Keyra tertipu, ia pikir Satya mengetahuinya tapi ternyata hanya menebak saja.

"Aku hanya curiga saja, tapi siapa sangka itu kebenarannya." Satya menampilkan senyuman devilnya "Aku akan memberitahu Elena."

"Tidak." Seru Keyra, tak bisa ia bayangkan jika Elena tahu semuanya. Elena bisa marah. "Ku mohon jangan beritahu El, dia bisa marah padaku."

"Apa peduliku?" Sinisnya. Ia paling tidak suka saat gadis yang di cintainya di bohongi orang lain, padahal gadisnya itu sudah sangat baik tapi malah di bohongi. Ia sangat tidak terima.

"Aku terpaksa melakukannya." Ujar Keyra yang ingin mengatakan sejujurnya.

Namun Satya tidak peduli "Sudah ku katakan, apa peduliku? Apapun alasanmu tidak akan mengurungkan niatku untuk memberitahu El." Kekeh Satya seakan tak terbantahkan "Jika kau memang berniat bunuh diri, lakukan di tempat sepi. Bukan di keramaian yang membuat orang baik seperti El harus tertipu aktingmu. El tidak bisa melihat orang lain terluka di depannya. Tapi bukan berarti kau bisa memanfaatkannya."

Keyra merenung sejenak, ia memang salah disini dan yang Satya katakan itu benar "Ijinkan aku yang memberitahu El kebenarannya."

Satya hendak menolak, namun di saat dia ingin bicara langsung Keyra potong dengan cepat "Aku akan jujur sama El tentang sabotase itu, aku akan minta maaf sama dia. Jadi ku mohon beri aku waktu untuk mengatakannya. Jika El tahu dari orang lain, dia bisa membenciku. Aku tidak ingin di benci El. Tolong mengertilah." Ujarnya penuh permohonan.

Di tatapnya mata Keyra intens, ia ingin menimbang keputusan apakah ia yang akan membongkarnya atau membiarkan Keyra jujur sendiri.

"Aku tunggu kejujuranmu sampai besok. Jika tidak maka aku sendiri yang akan mengatakannya." Ucap Satya akhirnya memberi kesempatan pada Keyra.

Keyra merasa sedikit lega, setidaknya dia bisa meminta maaf langsung pada Elena. Satya yang tidak ingin lebih lama disana, memilih untuk pergi.

"Satya, tunggu!" Seru Keyra seketika Satya berhenti membelakanginya.

"Apa lagi?" Tanya Satya tanpa berbalik menatapnya.

Keyra melangkah mendekatinya, berdiri di samping Satya "Ini tongkat El." Ucapnya memberikan tongkat milik Elena kepada Satya.

Di liriknya tongkat yang berada di tangan Keyra, sekilas juga ia melirik Keyra. Tanpa menunggu lama, dia mengambil tongkat itu lalu kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Keyra sendirian disana.

*

Di dalam ruang kesehatan, Elena masih bersama Leo. Mereka hanya diam, jika ada obrolan pun hanya singkat saja.

Elena melirik tangan kiri Leo yang masih terlilit sapu tangan miliknya "Tanganmu belum di obati?" Tanyanya, padahal waktu itu Elena mengatakan sapu tangan itu untuk menutup luka agar tidak makin parah, tapi setelah di obati ya harusnya sudah di lepas.

Leo melirik tangan kirinya "Oh ini... Nanti juga sembuh sendiri." Balasnya singkat.

"Bagaimana bisa sembuh kalau tidak di obati." Elena tak mengerti jalan pikirannya.

"Tenang saja, ini luka biasa bagi cowok." Leo bersikap sok gentle, Elena pun memutar bola matanya malas "Sapu tanganmu ini juga sudah seperti obat, pasti cepat sembuh."

Elena hanya diam saja, ia enggan menanggapinya. Di balik diamnya Elena, Leo justru tersenyum tipis.

Setelah terdiam cukup lama, Elena menyadari ada sesuatu yang hilang. Ia menajamkan penglihatan, melirik sekitarnya untuk mencari. Hal itu mengundang perhatian Leo "Kamu cari apa?"

"Tongkatku." Jawabnya singkat, ia memutar kembali memorinya mencoba ingat dimana tongkat miliknya "Astaga... Aku meninggalkannya di kantin." Ucapnya seraya menepuk jidat.

"Aku lupa membawanya tadi." Ujar Leo, ia juga merasa bersalah tidak ikut membawakan tongkat Elena "Biar ku ambilkan."

Saat Leo hendak pergi, Satya tiba tiba masuk membuat Elena serta Leo menatapnya. Pandangan Elena terfokus pada benda yang Satya bawa.

"Tongkatmu." Satya memberikan tongkatnya pada Elena, namun tatapannya melirik cowok yang bersama Elena sejak tadi.

"Terimakasih." Elena menerima dengan senang "Aku pikir hilang, ternyata sudah di bawa kamu."

"Key yang membawanya, dia memintaku memberikannya padamu." Ujar Satya. Walaupun ia tidak suka Keyra, tapi dia tidak mungkin berbohong karena kenyataannya Keyra yang membawa tongkat Elena, bukan dirinya.

Elena hanya ber-oh ria saja, moodnya mendadak hilang mendengar nama Keyra di sebut.

Satya menatap Leo yang diam sejak kedatangannya "Terimakasih sudah menolong El."

"No problem." Balas Leo singkat.

"Satya." Ujar Satya seraya mengulurkan tangannya pada Leo.

Leo menerima uluran tangannya "Leo." Jawabnya singkat, padat dan jelas.

"Aku baru melihatmu, dari fakultas apa?" Tanya Satya sekedar basa basi, tidak mungkin ia mengusir Leo begitu saja.

"Bisnis Manajemen."

"Bisnis Manajemen?" Tanya Elena memastikannya dan mendapat anggukan dari Leo. Elena kini mengerti kenapa Keyra mengenalnya, karena mereka satu fakultas yang pastinya bertemu hampir tiap hari atau mungkin mereka satu kelas.

"Ada apa? Kenapa kamu terkejut?" Tanya Satya merasa heran.

"Aku tidak terkejut, hanya memastikan." Elak Elena.

"Kamu sendiri dari fakultas apa?" Tanya Leo menatap Elena.

"Seni Budaya dan Desain." Bukan Elena yang menjawab melainkan Satya "Kita berdua satu fakultas." Tambahnya melirik Elena.

Sedangkan yang di lirik hanya memutar bola matanya malas, Satya justru malah tersenyum. Sedangkan Leo sendiri di buat heran dengan tingkah mereka, ia tak bisa mencernanya.

"Satya, bisa antar aku pulang?" Pinta Elena.

"Tentu saja bisa." Balas Satya membantu Elena turun dari brankar dan Elena pun memakai tongkatnya.

"Sekali lagi terimakasih." Ujar Elena menatap Leo

"Aku juga terimakasih untuk ini." Balasnya mengangkat tangan kiri berniat menunjukkan sapu tangan Elena yang masih melilit tangannya "Ku kembalikan nanti."

"Tidak perlu. Aku masih ada." Tolak Elena membuat Leo tersenyum tipis. Kini giliran Satya yang tak mengerti maksud obrolan mereka, ingin bertanya namun memilih diam saja.

Elena dan Satya keluar dari ruang kesehatan lebih dulu. Satya ingin menuntun Elena, namun di tolak karena Elena masih bisa berjalan menggunakan tongkatnya. Alhasil, Satya hanya memelankan langkah menyejajari langkah Elena.

"Keras kepala." Tukas Satya ketika kembali menawarkan untuk menggendongnya agar cepat sampai parkiran, tapi Elena masih kekeh tidak mau.

Langkah Elena terhenti, kala melihat seseorang berdiri di depannya. Di tatapnya Keyra, teringat bagaimana gadis itu mendorongnya untuk membela teman yang sudah jelas menghina dirinya.

"El--..."

Elena tak menanggapi, ia justru melanjutkan langkah melewati Keyra begitu saja. "Elena, maafkan aku." Keyra yang ingin mencekal tangan Elena, namun Elena dengan cepat menarik tangannya menghindar sebelum di sentuh Keyra.

"Satya, kamu bilang ingin menggendongku kan? Ayo sekarang." Elena sengaja meminta di gendong Satya, agar ia cepat pergi dari hadapan Keyra "Ayo Satya, aku lelah." Serunya karena sejak tadi Satya hanya diam saja.

"Iya." Satya sebenarnya tak tega pada Keyra yang acuhkan Elena, tapi dia lebih tidak tega lagi melihat Elena terluka. Ia segera jongkok untuk menggendong Elena lalu pergi meninggalkan Keyra disana.

Mata Keyra terasa panas, genangan air disana seolah bersiap kapan saja untuk turun. Kenapa begitu menyakitkan di acuhkan Elena yang padahal hanya orang asing?

Tanpa disadari, Elena pun merasakan matanya mulai basah. Tidak mungkin ia bersedih karena sikap Keyra. Banyak Mahasiswa lain yang mengejeknya, tapi dia hanya marah, tak merasa sedih. Lalu kenapa sekarang berbeda? Dia marah pada Keyra, tapi seolah hatinya menolak itu.

Keyra yang masih diam disana, tak sengaja melihat seseorang yang kini menatapnya dari jauh. Dengan segera, ia melangkah mendekatinya.

"Leo." Sapanya setelah berhenti di depannya.

Leo menatap Keyra intens "Kenapa tidak kamu kejar?" Tanyanya.

Keyra menggeleng "Bukan aku tidak ingin mengejar, tapi aku ingin memberinya waktu sejenak. Aku tidak ingin dia makin marah padaku."

Ucapan Keyra bisa di mengerti Leo "Kamu berteman sama dia karena dia menolongmu? Balas budi?"

Mendengar pertanyaan itu, Keyra terdiam sejenak lalu menjawabnya "Awalnya iya. Tapi sekarang aku benar-benar ingin berteman dengannya."

Leo mengangguk. Pandangan Keyra beralih pada tangan kiri Leo yang berbalut sapu tangan. "Tanganmu kenapa?"

"Jatuh dari motor." Jawabnya singkat namun mampu membuat Keyra sangat terkejut.

"Bagaimana bisa jatuh? Ku lihat lukanya, biar ku obati." Ia meraih tangan kiri Leo berniat melepas ikatan sapu tangan untuk melihat lukanya.

"Jangan." Leo menarik tangannya, Keyra mengernyit bingung "Ini tidak parah dan sudah ku obati."

Keyra hendak membuka suara lagi, namun Leo lebih dulu berucap "Aku ada urusan, aku harus pergi." Setelah mengatakan itu, Leo pun pergi.

Keyra hanya bisa menatap kepergian Leo, sangat sulit untuk mendekatinya. Sudah tiga tahun lebih rasa itu belum hilang, masih tetap sama saat pertama kali bertemu. Namun sama pula rasa Leo untuknya, tidak berubah. Tidak sedikitpun membuka hati untuk melihat betapa tulus dirinya.

.

~Bersambung~

*-*-*-*-*-*-*-*-*

Jangan lupa LIKE, COMMENT, dan VOTE Yaaa Gengss....

Love You~

1
Nur Haswina
apa mungkin dia saudara kembar terpisah satu ikut mamanya satu lagi ikut papahnya
•🌻 𝓼𝓾𝓷𝓯𝓵𝓸𝔀𝓮𝓻𝓼 🌻•
yaa kukiri chatstory🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!