NovelToon NovelToon
Return

Return

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:903
Nilai: 5
Nama Author: AiMila

Radella Hafsah dan Delan Pratama memutuskan mengakhiri pernikahan mereka tepat pada satu tahun pernikahan mereka. Pernikahan dari perjodohan kedua orangtua mereka yang tidak bisa ditolak, tapi saat dijalani tidak ada kecocokan sama sekali pada mereka berdua. Alasan yang lain adalah, karena mereka juga memiliki kekasih hati masing-masing.
Namun, saat berpisah keduanya seakan saling mencari kembali seakan mulai terbiasa dengan kehadiran masing-masing. Lantas, bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah terus berjalan berbeda arah atau malah saling berjalan mendekat dan akhirnya kembali bersama lagi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AiMila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pulang

Dua pasangan suami istri yang sebentar lagi akan berpisah sesuai keinginan mereka, masih bergelung nyaman di atas kasur empuk mereka. Mereka memang dari awal tidur satu tempat, tapi mereka benar-benar belum pernah bersentuhan fisik secara sadar dan sengaja, baru semalam ciuman untuk pertama dan terakhir kalinya.

Radella sangat nyaman berada dalam pelukan Delan tanpa dia ketahui, guling yang biasanya berada di tengah sebagai pembatas sudut tergelatak di bawah dengan tidak berdaya. Untuk pertama kali, mereka tidur dengan begitu dekat selama satu tahun.

Biasanya mereka bangun, posisi tetap sama pun keberadaan guling yang tetap nyaman berada di tengah. Hingga hari ini, hari terakhir mereka tinggal bersama tidur dengan begitu dekat bahkan sangat dekat.

Sinar matahari yang menerobos melalui ventilasi jendela mengusik tidur Radella. Perempuan itu lebih dulu membuka mata dan langsung terkejut saat melihat Delan sedekat itu. Wajah tampan yang Radella akui sejak pertama mereka dikenalkan.

Radella juga merasakan keras pada kepala bagian belakangnya, saat sadar ternyata lengan kokoh Delan yang dia jadikan bantal. Belum lagi tangan sebelahnya Delan berada di atas tubuhnya, seolah memeluknya memberikan rasa hangat untuknya. Memang benar, Radella merasa hangat dan nyaman sampai sekarang dengan posisi itu.

Tidak ada niatan Radella untuk mengubah posisi atau menjauhkan tangan Delan yang berada di atas tubuhnya. Perempuan itu menikmati momen manis mereka di hari terakhir. Sebelum dirinya nanti kembali pulang dan pernikahan mereka akan berakhir setelah mereka memasukkan pendaftaran perceraian ke pengadilan agama.

Dahi Radella mengernyit memikirkan semua rencana mereka, kembali perasaannya dilanda tidak nyaman dan tidak rela. Apalagi saat menatap wajah damai Delan sedekat ini, membuat perasaannya tidak menentu. Membayangkan, akan ada perempuan lain yang menjadi kekasih Delan sekarang dan menggantikan posisinya sekarang. Mereka memang masih menjalin hubungan dengan kekasih masing-masing secara terbuka, dengan syarat jangan sampai kedua orangtua mereka mengetahui.

Tidak ingin terlalu bergelut dan semakin tidak nyaman dengan pikiran dan perasaannya, Radella mulai bergerak untuk memindahkan tangan kokoh yang tengah memeluknya. Dia tidak ingin terbuai oleh pikirannya sendiri, ditambah wajah tampan delan di depannya juga ciuman mereka di malam hari, takut membuat Radella kalut.

"Sebentar, lima menit lagi. Biarkan aku memelukmu seperti ini sampai lima menit lagi," ujar Delan dengan suara serak dengan matanya yang tetap terpejam.

Radella terkejut mendengar suara Delan, berarti pria di depannya sudah terbangun tapi tetap terdiam seolah masih terlelap. Radella kembali menuruti permintaan Delan, tetap diam membiarkan tangan kokoh memeluknya.

***

"Apa kamu akan membawa semua barang-barangmu? Kamu bisa mencicilnya, nanti ambil lagi sekalian kalau kamu merindukan tempat ini." Delan berujar saat melihat Radella tengah membereskan barang-barangnya. Waktu menunjukkan pukul sepuluh, saatnya dia kembali pulang sesuai perjanjiannya.

Radella menghentikan pergerakannya, menoleh kepada Delan yang duduk tenang di atas kasur. "Kamu akan mengizinkan aku datang ke sini?" tanyanya memastikan. Muncul secercah kebahagiaan tanpa Radella sadari saat Delan mengangguk sambil tersenyum. "Tentu saja, kapan pun kamu ingin datang, pintu akan selalu terbuka untukmu."

"Kalau seperti itu, aku akan membawa keperluan pribadiku terlebih dahulu!" putus Radella menutup koper yanh hanya berisikan beberapa baju juga pelengkapan pribadi Radella. Tidak ada separuh yang dia bawa setelah mendengar ucapan Delan, hanya sekian barang yang dirasa selalu dibutuhkan saja.

"Sudah? Apa kamu ingin segera pulang?" tanya Delan melihat Radella meletakkan koper di samping pintu. Perempuan itu ikut duduk di samping Delan di atas kasur yang setahun ini menjadi tempat

"Apa kamu ingin segera aku pulang?" Bukannya menjawab, Radella malah kembali melempar pertanyaan. Mendadak saja dia kesal mendengar pertanyaan Delan, dia menafsirkan kalau pria di sampingnya ingin segera dirinya keluar dari tempatnya.

"Kalau kamu masih ingin di sini, aku malah senang." Delan tersenyum tipis saat Radella menoleh terkejut mendengar jawabannya. Dia salah menafsirkan dan terlalu ketakutan tanpa sebab.

***

Akhirnya, Delan mengantarkan Radella sore hari hampir menjelang malam. Melanggar kesepakatan tanpa sadar, karena perjanjian Radella akan pulang pagi lalu mereka bisa menyiapkan berkas-berkas perceraian untuk mendaftar ke pengadilan agama.

Nyatanya, mereka terlalu asik menikmati hari terakhir yang mereka ciptakan sendiri. Bersenang-senang mengabaikan waktu berdua, seakan ingin melupakan kalau mereka sebentar lagi akan berpisah. Hingga telepon dari kekasih Radella menyadarkan keduanya, kalau waktu mereka sudah berada di ujung batas.

"Kalian beneran akan berpisah?" sambut Suci membukakan pintu anak dan menantunya atau calon mantan menantunya, terlalu rumit untuk dikatakan.

"Iya, Bun. Radella kembali pulang!" balas Radella ingin menampilkan senyuman bahagianya, tapi yang terlihat malah raut kesedihan.

"Bunda, Ayah. Delan mengembalikan...." Tidak ada kata lanjutan, Delan menghela napas karena bibirnya terasa kelu untuk berucap padahal dia sedari tadi sudah menyiapkan kalimat yang sopan dan diterima.

Ayahnya Radella, Fatoni, ikut menghela napas. Sesama pria, Fatoni paham bagaimana perasaan menantunya kepada sang anak. Namun, entah apa yang dipikirkan pasangan muda itu hingga memilih berpisah dan mengabaikan perasaannya masing-masing.

"Jangan katakan kalau kamu benar-benar tidak siap, Nak," sahut Fatoni melihat keheningan di wajah Delan.

Delan mendongak, matanya bertemu dengan Radella yang juga menatapnya sambil menggigit bibir ikut gelisah. Lalu menoleh ke arah ayah mertuanya untuk melanjutkan kalimatnya.

"Delan akan mengembalikan...." Sekali lagi, dia tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Dia merasa malu dan bodoh, harusnya bisa segera menuntaskan semuanya.

"Sudah Ayah bilang, katakan kalau kamu siap. Tapi, Ayah menebak kamu tidak akan siap," sahut Fatoni sambil terkekeh.

"Sementara, Radella akan di sini. Kamu tidak perlu mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak ingin kamu katakan. Pintu ini selalu terbuka kalau kamu ingin menemui Radella!"

Dengan berat hati, Delan berpamitan dan sampai akhir tidak mampu mengatakan apa yang seharusnya dikatakan saat akan berpisah. Delan dan Radella menginginkan perpisahan yang baik, perpisahan yang sebagaimana mestinya sesuai aturan.

Mereka mengantarkan kepergian Delan sampai teras rumah, lalu masuk saat mobil delan meninggalkan pekarangan rumah besar tersebut. Ada rasa tidak rela melihat Delan pulang tanpa dia di sampingnya, tapi sekali lagi, Radella menegaskan perasaannya kalau ini pilihan mereka berdua yang telah mereka inginkan sedari lama.

"Apa kamu lega bisa kembali pulang?" Belum sempat Radella mendudukkan dirinya, lemparan pertanyaan dari sang bunda membuatnya mendongak.

Wajah bundanya dan ayah tidak bisa menutupi raut kekecewaan. Setiap orangtua pasti menginginkan kebahagiaan anaknya, melihat anaknya menikah sekali seumur hidup. Bukan seperti sekarang, menikah baru setahun sudah berpisah.

"Maafkan Radella, Bun," cicit Radella segera duduk sambil menunduk.

"Loh, Kak?" Semuanya menoleh, si bungsu datang dengan wajah terkejut mendapati kakaknya berada di rumah dengan koper yanh tergelatak di dekatnya.

"Kenapa?" balas Radella menatap adiknya. Adiknya baru saja pulang entah dari mana, dan si bungsu itu juga belum tahu perihal kakaknya yang akan berpisah.

"Kakak di sini? Tadi aku lihat mobil bang Delan, aku kira Kakak juga ada mobil itu," ungkapnya.

"Iya, Kakak di sini. Kakak kembali pulang!" balas Radella terdengar sinis.

"Kenapa? Kakak bertengkar sama bang Delan?" Si bungsu ikut duduk mendekat, mencari tahu jawabannya karena penasaran apa lagi dengan keberadaan koper itu.

"Kakakmu sama suaminya ingin pisah," sahut bunda Suci membuat anak bungsunya melotot karena terkejut.

"Pisah? Kenapa? Perasaan aku lihat kalian bahagia saja." Matanya menatap penuh tanya ke arah Radella yang terlihat enggan untuk menjelaskan.

"Katanya mereka gak cocok. Biarkan saja Kakakmu, suka-suka mereka saja!"

1
Aini Nurcynkdzaclluew
Aduh, thor bikin jantungku berdetak kencang
AiMila: Tarik napas pelan-pelan, Kak🙏
total 1 replies
Graziela Lima
Aku bisa tunggu thor, tapi tolong update secepatnya.
AiMila: Diusahakan Kak, terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!