NovelToon NovelToon
Menuju Tenggara

Menuju Tenggara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Karir / Persahabatan / Cinta Murni / Bad Boy
Popularitas:19.4k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Ganesha percaya Tenggara adalah takdir hidupnya. Meski teman-temannya kerap kali mengatakan kepada dirinya untuk sebaiknya menyerah saja, si gadis bersurai legam itu masih tetap teguh dengan pendiriannya untuk mempertahankan cintanya kepada Tenggara. Meski sebetulnya, sudah menjadi rahasia umum bahwa dia hanya jatuh cinta sendirian.

"Sembilan tahun mah belum apa-apa, gue bisa menunggu dia bahkan seribu tahun lagi." Sebuah statement yang pada akhirnya membuat Ganesha diberikan nama panjang 'Ganesha Tolol Mirella' oleh sang sahabat tercinta.

Kemudian di penghujung hari ketika lelah perlahan singgah di hati, Ganesha mulai ikut bertanya-tanya. Benarkah Tenggara adalah takdir hidupnya? Atau dia hanya sedang menyia-nyiakan masa muda untuk seseorang yang bahkan tidak akan pernah menjadi miliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 2

Arrived home safely?

Pesan template itu hanya Ganesha baca sekilas sebelum akhirnya ia melemparkan ponselnya ke atas kasur tanpa satu balasan pun diberikan untuk si pengirim pesan.

Tidak penting. Toh, yang ingin Tenggara pastikan bukan benar-benar apakah dirinya tiba di rumah tanpa sedikit pun lecet di tubuhnya karena lelaki itu benar-benar peduli. Yang Ganesha tahu, Tenggara hanya bersikap begitu karena tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya dan memengaruhi performa band mereka.

Ganesha baru menyadari soal itu akhir-akhir ini, berkat ocehan mulut pedas Kafka Soe Pratama—sahabat karib yang membantunya tetap waras di tengah kegilaannya mencintai Tenggara nyaris tanpa logika.

Awalnya, sih, dia kecewa. Tapi lama-kelamaan kebal juga. Biarkan saja. Pikirnya, selagi masih ada sedikit saja perhatian yang Tenggara berikan—meskipun hanya sebatas bentuk kepedulian terhadap partner kerja—Ganesha sudah cukup bersyukur. Akhir-akhir ini dia merasa, seharusnya tidak terlalu banyak menuntut.

Meskipun di luar hujan masih turun begitu deras, nyatanya suhu udara tidak serta-merta berubah menjadi dingin. Sebaliknya, Ganesha merasa gerah. Peluh menetes membasahi seluruh wajahnya. Beberapa membuat kaus yang ia kenakan basah. Sangat tidak nyaman.

Sekarang baru pukul delapan. Belum terlalu malam untuk mengguyur tubuhnya yang lengket dengan air dingin dari shower. Maka tanpa berpikir lebih banyak, ia berjalan menuju kamar mandi di dalam kamarnya.

Dinginnya ubin kamar mandi membuat Ganesha sedikit terjingkat. Kemudian, ketika ia mencoba menyalakan keran di wastafel, niatnya untuk mandi menggunakan air dingin seketika urung. Suhu airnya sangat tidak manusiawi—bahkan mungkin bisa membuatnya mati beku jika tetap nekat.

Memutar keran shower sambil menyesuaikan suhu, pikiran Ganesha kembali melanglang buana. Tak tentu arah. Kadang ia terlempar jauh ke masa lalu, terkadang pula sibuk menerka-nerka masa depan. Hingga tibalah ia pada satu momen yang terjadi jauh sekali di masa lalu.

Tepatnya, sembilan tahun lalu—ketika umurnya 13 tahun dan dia masih duduk di bangku kelas 1 SMP.

Kala itu, musim ujian kenaikan kelas telah tiba. Bukan hanya diimbau untuk lebih rajin belajar dan mengurangi intensitas bermain-main, anak-anak juga diingatkan untuk menjaga kesehatan. Dilarang main hujan-hujanan (karena saat itu musim penghujan), dilarang bergadang, dilarang bermain gadget terlalu lama, dan dilarang telat makan.

Pokoknya, ada banyak sekali larangan yang diberikan. Tujuannya jelas: agar mereka bisa menghadapi ujian dengan kondisi tubuh dan pikiran yang prima.

Termasuk ke dalam golongan anak-anak yang mendapatkan larangan ketat tersebut, Ganesha ternyata sedikit lebih bandel dibanding kawan-kawannya yang lain.

Alih-alih tidur tepat waktu setelah selesai belajar pukul sembilan malam, ia malah menyalakan komputer, menonton serial drama Korea yang kala itu sedang hits di kalangan remaja tanggung seperti dirinya. Ia melakukannya hingga pukul dua dini hari—selama enam hari berturut-turut.

Sudah kurang tidur, dia juga melakukan kebandelan lain yang membuat kondisi tubuhnya seketika drop. Hanya sehari sebelum ujian dimulai, dia sengaja bermain hujan-hujanan. Alhasil, malamnya dia demam dan keesokan harinya langsung terserang flu.

Demam, kepala pusing, hidung mampet. Rasa-rasanya Ganesha ingin bolos sekolah saja pagi itu. Tetapi jelas tidak bisa karena itu adalah hari pertama ujian. Tidak masuk sama artinya dengan membiarkan kesempatan untuk mendapatkan nilai tinggi menjadi berkurang, dan dia tidak ingin itu terjadi.

Akhirnya, pagi itu, dengan kondisi tubuh yang tidak keruan, Ganesha tetap berangkat sekolah untuk mengikuti ujian.

Sayangnya, dia melupakan satu hal. Sistem di sekolahnya menerapkan pembagian ruang ujian secara acak. Murid-murid dari kelas 1 akan dipasangkan dengan murid-murid dari kelas 2. Sementara murid kelas 3 tidak memiliki kewajiban untuk mengikuti ujian karena mereka sudah lebih dulu menuntaskan ujian nasional.

Pagi itu, sambil berusaha keras agar ingusnya tidak mengalir deras, Ganesha menarik kursi di samping seorang murid kelas 2 yang sudah lebih dulu duduk di sana. Murid laki-laki itu tampak biasa saja mendapati kehadirannya. Bahkan ketika dia bersin-bersin hanya sesaat setelah bokongnya mendarat di kursi kayu yang keras, Ganesha sama sekali tidak melihat murid laki-laki itu terlihat terusik.

Setengah jam berjalan, intensitas bersin yang terjadi semakin sering. Ganesha jadi harus berkali-kali menyeka hidungnya yang meler menggunakan tisu yang sudah basah. Agak menjijikkan, tapi dia tidak mungkin merogoh terlalu banyak tisu dan membuat kolong mejanya penuh dengan sampah.

“Nih.”

Lalu tiba-tiba saja, ketika Ganesha sedang serius mengerjakan soal, murid laki-laki yang notabene adalah kakak kelasnya itu menyodorkan beberapa tablet vitamin ke hadapannya.

Ganesha menoleh, menatap penuh heran pada sosok kakak kelasnya yang semula hanya diam seribu bahasa itu. Hendak bertanya, namun sudah keduluan ketika cowok itu kembali bersuara,

“Vitamin ini adalah andalan gue kalau lagi terserang flu. Nyokap gue selalu bilang kalau obatnya flu itu adalah istirahat yang cukup, minum air putih yang banyak, sama konsumsi vitamin. Buat lo aja, gue masih ada stok banyak di tas. Nyokap selalu pastiin gue bawa vitamin itu ke mana-mana.”

Kemudian, waktu serasa berhenti sejenak.

Ganesha menemukan segala hal di sekitarnya berhenti bergerak. Teman-temannya yang rusuh mencari contekan, guru pengawas yang menatap nyalang dari depan kelas, bahkan jam dinding yang semula berdetak sangat keras pun seketika membeku.

Satu-satunya yang masih terlihat sama di mata Ganesha hanya sosok kakak kelas baik hati yang sudah kembali sibuk mengerjakan soal itu.

Lalu, di titik itu, Ganesha—si remaja tanggung yang masih buta soal dunia—untuk pertama kalinya berani mengaku bahwa, sepertinya dia telah jatuh hati pada kakak kelasnya sendiri. Pada obrolan pertama, hanya karena beberapa tablet vitamin yang diberikan secara cuma-cuma.

Dan yah, itu adalah awal mula dari seorang Ganesha Mirella jatuh cinta kepada Tenggara Naratama. Interaksi mereka hari itu melahirkan interaksi-interaksi lain yang lambat laun terasa semakin intens.

Sesekali, mereka akan pergi nongkrong di kafe depan sekolah. Sesekali, mereka akan pergi nonton ke bioskop—meski tidak hanya berdua. Sesekali, mereka akan menghabiskan malam untuk saling bertukar suara melalui sambungan telepon, setelah mereka selesai belajar.

Bisa dibilang, hubungan mereka berjalan baik. Bahkan setelah Tenggara lulus dan bersekolah di SMA yang jauh, mereka tetap rutin berkabar. Sesekali juga masih sering hangout bersama teman-teman Tenggara yang lain.

Sampai sekarang pun, sebenarnya hubungan mereka juga masih baik-baik saja. Hanya perasaan Ganesha saja yang mulai tumbuh semakin gila sehingga ia sering kali secara tidak sadar menuntut Tenggara untuk memahami perasaannya.

“Ah, cinta pertama tai kucing, lah. Emang lo nggak pernah dengar orang bilang kalau cinta pertama itu kebanyakan nggak akan berhasil?”

Yang barusan adalah suara Kafka. Dikatakan enam bulan lalu ketika cowok itu menasihati Ganesha untuk menghentikan cinta bertepuk sebelah tangan miliknya dan mulai membuka hati untuk laki-laki lain di sekitarnya.

Tapi lihat saja sekarang. Jangankan membuka hati, satu-satunya yang bisa terlihat jelas di mata Ganesha ya tetap saja hanya Tenggara.

“Iya, iya. Gue emang tolol. Puas-puasin deh lo ngatain gue tolol, gue nggak akan protes.”

Ganesha bermonolog seraya menatap ke arah cermin di depan wastafel. Di sana, seolah-olah muncul wajah garang Kafka. Bibirnya yang tebal merah merona sedang berkomat-kamit, mengatainya tolol secara terus-menerus.

Tak ingin pikirannya semakin berlarian tidak keruan, Ganesha mengakhiri semuanya di sana.

Kaus dan celana ia tanggalkan setelah memastikan suhu air dari shower sudah pas dengan yang dia mau. Lalu, ia berjalan perlahan menuju kucuran air, memasrahkan tubuhnya yang polos pada titik-titik air yang jatuh.

Bersambung...

1
Dewi Payang
Para memang kesalnya si Kafka ke Tenggara😂
Dewi Payang
Ga senggol donk si Kafka, apa dia masih punya tenaga buat marahi lo😅
Dewi Payang
Biarin lecet, tar beli lagi ya Ga, yang pening bisa ikut nginap😂
Weh, Kafka jengkel setengah mampus inu😅
Dewi Payang
Ampun dijay😂
Dewi Payang
Ini maah Kafka cari ribut😅
Dewi Payang
Kafka dilawan😅
Zenun
mamam tuh Tengg. Puas banget dibalikin begitu
Zenun
ngapa emang? suka-suka dia atuh😁
Zenun
Nanti kalo lo balik lagi ke tengg, tu laki bakal ngulur lagi. Caya dah
nowitsrain: Yee khan
total 1 replies
Zenun
dengerin tuh baik-baik ya
nowitsrain: Au deh kupingnya kebuka apa enggak tu
total 1 replies
Zenun
kenapa kafka gak ditengah aja
nowitsrain: Mabok dia kalau di tengah
total 1 replies
Dewi Payang
Gwe suke gaya lo Kaf😅
Dewi Payang: Ya ampyun, tapi kali ini lo memang keren👍🏻👍🏻
nowitsrain: Kafka: Harus suka, lah, kan gue keren 😎
total 2 replies
Dewi Payang
Wih... kaya bapaknya Nesha aja🤭
Dewi Payang: Kaya begitu😅😅
nowitsrain: Iya ya, bapak kandungnya aja au deh tuh ke mana wkwk mungkin Tuhan kirim Kafka emang biar jadi sosok yang menggantikan peran bapaknya
total 2 replies
Dewi Payang
Lasaiiiinnnn......
Dewi Payang: 😂😂😂😂😂
nowitsrain: Kasian kasian kasiann
total 2 replies
Dewi Payang
Cakiiiiiit ya Ga.....
nowitsrain: Biar tau rasaaaaa. Itu mah belum seberapa
total 1 replies
Dewi Payang
Tak lama, fans gak lagi segalanya....
nowitsrain: Betulllll
total 1 replies
Dewi Payang
Wkwk😄
Dewi Payang
Bagus lo nyadar
Dewi Payang: Rasanya pengen hajar si Tenggara klo kumat² lagi🤭
nowitsrain: Kalau lagi sadar ya sadar, kalau kumat ya bikin orang lain naik darah
total 2 replies
Dewi Payang
Luar biasa carenya Kafka sama Selenna👍🏻
nowitsrain: Rill sahabat sejati
total 1 replies
Dewi Payang
Entah kenapa, aku berharap Ganesha jual mahal kali ini🙈
Dewi Payang: Harus ya Nes😔
nowitsrain: Ihhh harusnya yaaa.
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!