NovelToon NovelToon
Presiden Tidak Tahu Aku Melahirkan Anaknya

Presiden Tidak Tahu Aku Melahirkan Anaknya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Hamil di luar nikah / Pengganti / Beda Usia / Office Romance
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Melon Milk

Claire Jenkins, seorang mahasiswi cerdas dari keluarga yang terlilit masalah keuangan, terpaksa menjalani prosedur inseminasi buatan demi menyelamatkan keluarganya dari kehancuran.

Lima tahun kemudian, Claire kembali ke Italia sebagai penerjemah profesional di Istana Presiden. Tanpa disangka, ia bertemu kembali dengan anak yang pernah dilahirkannya Milo, putra dari Presiden Italia, Atlas Foster.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2

"Tidak, ini tidak benar." Claire merosot ke lantai, rasa putus asa sepenuhnya menenggelamkannya.

"Tidak, kalian tidak bisa melakukan ini padaku."

Ia tidak bisa membiarkan orang-orang menghancurkan hidupnya. Dengan keberanian yang entah dari mana datangnya, Claire bergegas turun ke ruang tamu, tempat ayahnya, Barrett Jenkins, dan Lydia sedang duduk.

"Ayah, aku tidak mau hamil lagi! Aku tidak mau!" Claire berteriak.

PLAK!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Claire, gaungnya menggema di seluruh rumah.

"Claire, aku sudah membesarkanmu sampai sebesar ini. Sekarang keluarga kita dalam masalah, dan aku hanya meminta sedikit bantuan darimu. Beginikah caramu membalas budi?" Barrett menatap Claire dengan mata memerah.

Lydia duduk di samping, menyaksikan Claire yang terhuyung dengan darah di sudut bibirnya. Ia tersenyum puas, lalu berkata dengan nada penuh kasih palsu,

"Claire sayang, kau sudah berhasil hamil. Jika kau tidak melahirkan anak ini, bukan hanya perusahaan ayahmu yang akan bangkrut, tapi seluruh keluarga kita akan binasa."

Claire menatap Barrett, lalu Lydia, mengingat kembali percakapan yang ia dengar di rumah sakit. Ketakutan mulai menggerogoti hatinya.

"Baiklah. Kalau begitu, berikan aku 100 ribu euro. Aku mau 100 ribu euro."

"Seratus ribu?" Lydia terkejut. "Untuk apa?"

"Tidak usah tanya untuk apa. Kalian sudah dapat dua juta, apa salahnya aku minta seratus ribu euro?"

Claire benar-benar putus asa. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia berteriak memberontak "Kalau kalian tidak memberikannya, aku tidak akan pernah melahirkan anak ini!"

Barrett hendak menampar Claire lagi, tapi Lydia segera menahannya.

"Baiklah, seratus ribu saja. Ibu akan berikan." Lydia tersenyum. Dibandingkan dua juta euro, seratus ribu tidak ada artinya. Lagipula, setelah anak itu lahir, ia bisa mencari cara untuk mengambil kembali uang tersebut.

***

Delapan bulan kemudian...

"Oaaa... Oaaaa..."

Tangisan bayi yang keras memecah keheningan ruang bersalin. Claire yang berbaring lemah di tempat tidur berusaha mengangkat kepalanya.

"Biarkan aku melihat anakku."

Meskipun anak ini bukan hasil dari cintanya, ia adalah anak yang telah ia kandung selama sembilan bulan. Bagaimana mungkin ia tidak memiliki perasaan?

Namun, Dr. Hansen tidak memberinya kesempatan. Begitu lahir, bayi itu langsung dibawa pergi oleh perawat.

"Biarkan aku melihatnya, sebentar saja."

"Jangan bergerak! Ini bukan anakmu. Untuk apa melihat?" Dr. Hansen mendorong Claire kembali ke tempat tidur dengan suara galak.

"Setidaknya, apakah laki-laki atau perempuan?"

"Bukan urusanmu! Berbaring saja!"

Claire ingin bangkit, tapi tubuhnya terlalu lemah. Pandangannya kabur, dan ia perlahan tertidur dengan air mata mengalir di pipi.

***

Lima tahun kemudian...

"Ting-ling-ling."

"Claire, cepat! Presiden sudah kembali."

"Ah? Apa?" Claire yang sedang merapikan dokumen terjemahan merasa pusing. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja di Istana Presiden Italia.

"Jangan berdiri di sana! Presiden sudah kembali. Semua orang harus berbaris di pintu utama untuk menyambutnya."

"Oh, baiklah!"

Tanpa berpikir panjang, Claire mengikuti Leah Harmon bergegas ke pintu utama.

Ruang penerjemahan Claire berada di lantai tiga. Ketika mereka tiba di pintu utama, hampir semua orang sudah berkumpul. Semua mengenakan pakaian formal, berbaris rapi, dan berdiri tegak menunggu kedatangan sang Presiden.

Atlas Foster, Presiden mereka, adalah presiden termuda dan paling menjanjikan dalam sejarah Italia. Ia menjadi CEO Foster Group di usia 27 tahun, terpilih menjadi Presiden saat berusia 32 tahun, dan kini berusia 33 tahun. Ia telah menjadi pemimpin paling populer dalam sejarah Italia, sekaligus salah satu tokoh politik paling berpengaruh di dunia.

"Di mana Presiden?" Claire berbisik.

"Ssst!" Leah memberi isyarat untuk diam, lalu menunjuk ke luar. "Lihat, mereka datang."

Mengikuti arah pandang Leah, Claire melihat barisan panjang mobil hitam mewah perlahan melaju dari ujung halaman istana. Dua regu pengawal berdiri tegak memberi hormat militer.

Presiden yang selama ini hanya ia lihat di TV, kini akan muncul langsung di hadapannya. Jantung Claire berdebar kencang. Atlas bukan hanya Presiden paling populer, tapi juga pria paling didambakan di Italia.

Semakin dekat iring-iringan mobil itu, jantung Claire berdetak makin cepat, seolah hendak meloncat keluar dari dadanya.

"Selamat pagi, Presiden!"

Melihat Atlas turun dari mobil, semua orang menyapanya serempak. Claire segera sadar dan menundukkan kepala.

Mata Atlas yang tajam seperti elang menyapu sekeliling dengan tenang, lalu mengangguk pelan.

"Aduh, hati-hati, sayang!"

Seorang anak laki-laki berusia sekitar lima tahun turun dari mobil mengikuti Atlas. Sekretaris pribadi Atlas, Daisy Craig, segera mendekat untuk membantu.

Namun anak itu menatapnya dengan jijik, menghindari tangannya, dan langsung berjalan ke arah Atlas.

"Aku bukan bayi. Aku tidak ada hubungannya denganmu. Jangan panggil aku seperti itu lagi."

Meskipun ditolak, Daisy tetap tersenyum.

"Baiklah, akan kupanggil Milo saja."

Milo melirik Daisy, mendengus pelan, lalu menyeret tas sekolahnya dan melompat-lompat ke arah gerbang.

"Milo Foster, jalan yang benar!" Suara Atlas yang berwibawa terdengar dari belakang.

Milo yang tadinya ceria langsung berhenti, mengenakan tasnya dengan benar, dan mulai berjalan seperti seorang tentara kecil.

Claire menatap Milo yang berjalan sangat formal, dan tak bisa menahan senyum.

Di tengah keheningan, senyum kecil ini justru menarik perhatian Milo. Melihat Claire berdiri di ujung barisan, ia berlari menghampiri.

"Hei, kau orang baru, ya? Kenapa pakaianmu sederhana sekali? Tidak cocok untuk tempat ini."

Claire menatap anak kecil yang tingginya hanya sebatas pinggangnya. Ia sedikit terkejut dan belum sempat bereaksi.

Tidak jauh dari sana, tatapan tajam Atlas mengikuti anaknya dan akhirnya tertuju pada Claire. Sesaat kemudian, alisnya terangkat sedikit. Cahaya gelap berkilat di mata cokelat pekatnya.

"Ya, aku baru di sini. Hari ini hari pertamaku bekerja," Claire mendorong kacamata berbingkai tebal yang menutupi wajahnya, lalu tersenyum.

"Namaku Claire. Senang bertemu denganmu."

Milo memiringkan kepala, mengedipkan mata cokelat besarnya, menatap Claire sejenak, lalu berkata, "Kacamatamu tidak cocok. Itu menyembunyikan kecantikanmu. Ganti besok, ya!"

Claire terdiam, tidak tahu harus menjawab apa.

"Hehe." Melihat ekspresi Claire, Milo tiba-tiba menyeringai bahagia, lalu berlari masuk ke dalam istana.

Di belakangnya, Atlas melangkah maju. Ketika melewati Claire, seluruh tubuhnya bergetar tanpa bisa ia kendalikan.

Tatapan tajam Atlas hanya sesaat, namun cukup membuat Claire merasa seolah seluruh dunia berhenti berputar.

1
4U2C
istana??? bukan dikantor ya???? kalau istana tuh tempat tinggal diraja,,,ini sekejap di istana sekejap dikantor,,jadi pusing ya bacanya,,dan panggilan yang mulia??? tuh kan panggilan untuk diraja,,,
Melon: sorry udah buat pusing, aku revisi yaa.
total 1 replies
Anjani
bgs
halizerena
seru
Ayu Lestari
lumayan bagus
azaliannya
good
DindaStory
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!