Di atas kertas, mereka sekelas.
Di dunia nyata, mereka tak pernah benar-benar berada di tempat yang sama.
Di sekolah, nama Elvareon dikenal hampir semua orang. Ketua OSIS yang pintar, rapi, dan selalu terlihat tenang. Tak banyak yang tahu, hidupnya berjalan di antara angka-angka nilai dan tekanan realitas yang jarang ia tunjukkan.
Achazia, murid pindahan dengan reputasi tenang dan jarak yang otomatis tercipta di sekelilingnya. Semua serba cukup, semua terlihat rapi. Tetapi tidak semua hal bisa dibeli, termasuk perasaan bahwa ia benar-benar diterima.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reenie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Klinik Berbeda, Jalan yang Sama
Setelah wisuda, hari-hari Brianna dan Kaivan berubah drastis. Mereka resmi menjadi apoteker, namun kenyataan dunia kerja tak semudah bayangan. Keduanya memilih bekerja di klinik yang berbeda, dengan harapan bisa tumbuh secara mandiri.
“Aku diterima di Crystal Health Clinic,” ujar Kaivan saat mereka berjalan berdua di trotoar, mengantar Brianna menuju halte.
Brianna tersenyum, meski ada rasa kosong di dadanya. “Aku juga diterima. Di tempat yang berbeda. Namanya Serenity Care Clinic.”
Mereka tahu, ini akan menjadi awal dari perjalanan baru. Tidak lagi berjalan beriringan, namun masing-masing dengan tanggung jawab di tempat yang berbeda.
"Kok kamu bisa keterima di Crystal lagi, Van?" tanya Brianna
"Aku mendaftar di Crystal. Karena aku lulusan SMA dan Kuliah di Crystal, pihak klinik jadi menerima ku. Apalagi kata mereka aku masih fresh graduate jadi mereka mau memperkerjakanku kalau cocok aku lanjut"
"Ooh, enak juga ya"
"Gak apa-apa yang penting kita udah dapat perkejaan"
Setelah menunggu bus, Brianna lalu pulang. Jalan rumah mereka beda arah jadi Kaivan memutuskan untuk mengantar Brianna dulu menunggu bus lalu Ia berjalan ke halte berbeda menunggu bus yang menuju rumahnya.
Hari Pertama di Klinik
Brianna berdiri di depan Serenity Care Clinic, sebuah klinik kecil di pinggiran kota yang tampak sederhana namun bersih. Papan nama kayunya terukir manis, menyambut pasien dengan kehangatan.
“Selamat datang, Brianna,” sapa Bu Indra, kepala klinik yang berusia sekitar lima puluh tahun. “Di sini, kamu tak hanya meracik obat, tapi juga mendengarkan cerita pasien. Kita keluarga kecil, jadi semua saling bantu.”
Brianna mengangguk. Ada rasa hangat yang meresap dalam dirinya. Ia tahu, meski kecil, Serenity Care akan memberinya pengalaman yang besar.
Di sisi lain, Kaivan memulai harinya di Crystal Health Clinic, sebuah klinik modern di pusat kota. Lobi klinik luas dengan desain minimalis, layar digital menampilkan antrian pasien.
“Selamat datang, Kaivan. Ritme di sini cepat, tapi kami yakin kamu bisa beradaptasi,” ujar Pak Raymond, supervisor di sana.
Kaivan mengangguk dengan percaya diri. Ia tahu, tantangannya di sini bukan sekadar meracik obat, tapi juga menjaga akurasi dan kecepatan dalam suasana kerja yang sibuk.
Percakapan di Malam Hari
Malamnya, setelah hari pertama yang melelahkan, Brianna dan Kaivan saling berkabar melalui chat.
“Kaivan, aku merasa jadi apoteker sekaligus teman curhat pasien hari ini. Ada ibu-ibu yang cerita tentang anaknya yang susah minum obat sampai setengah jam,” tulis Brianna.
Kaivan membalas dengan foto dirinya di ruang stok obat. “Aku malah seharian bolak-balik input data. Ternyata ribet juga ngatur ribuan jenis obat. Tapi seru.”
Brianna tertawa kecil di balik layar. Meski tempat kerja mereka berbeda, mereka tetap merasakan hal yang sama: beradaptasi, belajar, dan tumbuh.
Belajar dari Tempat yang Berbeda
Hari-hari berjalan cepat. Brianna mulai akrab dengan pasien di Serenity Care. Ia sering diajak ngobrol oleh pasien lansia yang datang hanya untuk berkonsultasi ringan. Ia belajar bahwa menjadi apoteker bukan hanya soal resep, tapi juga soal empati.
Sementara itu, Kaivan mulai diberi tanggung jawab lebih di Crystal Health. Ia diminta membantu supervisor memantau data stok, memastikan tidak ada kekeliruan di sistem. Lingkungannya keras, namun ia menikmati tantangan itu.
Meski jalan mereka berbeda, keduanya merasa mereka berada di jalur yang benar.
Percakapan di Grup Chat
Di tengah kesibukan masing-masing, grup chat “Masa SMA Paling Chaos 🌀” tetap menjadi tempat pelarian.
Achazia mengirim pesan malam itu, “Bri, Kaivan, aku bangga sama kalian. Walaupun kita sibuk di dunia masing-masing, aku tahu kalian pasti hebat di sana."
Kaivan membalas dengan foto dirinya di depan rak obat yang penuh. Brianna membalas dengan foto ruang tunggunya yang sepi.
Mereka tertawa bersama meski lewat layar. Rasa rindu perlahan terobati. Meski tak lagi duduk berdampingan seperti dulu, mereka tahu, benang yang mengikat mereka tetap kuat.
Malam yang Hening, Mimpi yang Tetap Sama
Malam itu, Brianna memandangi langit dari jendela apotek Serenity Care. Kaivan, di ruangannya di Crystal Health, menatap layar komputer dengan laporan stok obat terbuka.
Meski berjarak, mereka tahu bahwa mereka tengah menapaki tangga yang sama. Tidak penting seberapa besar atau kecil klinik tempat mereka bekerja. Yang terpenting adalah mereka terus bergerak maju.
Di tempat lain, Achazia menatap meja riasnya yang penuh dengan alat make up. Ia tersenyum membaca percakapan dua sahabatnya itu.
Meski kini mereka berada di jalur masing-masing, mereka tetap memegang mimpi yang sama: suatu hari nanti, mereka akan bertemu lagi, membawa cerita perjuangan mereka masing-masing.
Serenity Care dan Crystal Health. Dua klinik yang berbeda. Dua dunia yang berbeda.
Namun, langkah-langkah kecil Brianna dan Kaivan di sana akan membawa mereka pada satu titik temu.
Mereka tahu, tak peduli seberapa jauh mereka berjalan, mereka tetap sahabat yang saling menguatkan.
