Kehidupan Fania yang awalnya penuh dengan warna. Dan kebahagian, tiba-tiba saja kebahagiaan itu pergi menghilang bersama orang yang ia sayangi.
FANIA: mengapa kamu akan meninggalkanku untuk selamanya, Basjara? katanya kamu mencintaiku dan berjanji tidak akan meninggalkanku, lalu dimana janjimu itu?
BASKARA: maafkan aku, Fania! ini sudah menjadi takdir kita. tolong berbahagia! kamu masih bisa mendapatkan laki-laki yang lebih baik dariku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon butterfly56, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Baskara masih mengemudikan mobilnya dengan cepat. Hingga akhirnya Baskara telah sampai disana. Baskara melihat disana ada Dion yang mencoba untuk menyentuh wanitanya. Baskara tak terima, dia langsung berlari dan menendang Dion dari belakang.
BRUK!!
Dion terpental hingga kejatuhan kardus kotak disana. Kini Dion belum bangun. Baskara segera melepaskan tali ikatan Fania dengan cepat. Setelah itu datanglah anak buah Baskara membantunya.
Baskara meninggalkan tempat itu bersama Fania. Disana Dion sudah diurus oleh anak buah Baskara. Kini Baskara dan Fania sudah masuk kedalam mobil. Dan itu membuat Fania tenang.
"Makasih ya! Kalo gak ada kamu mungkin tadi aku udah di-" ucap Fania terpotong.
"Iya sama-sama, Sayang. Aku akan menjagamu dan berjanji tidak akan meninggalkan mu" kata Baskara.
"Aku mencintaimu, Fania!"
Fania hanya terdiam. Fania berfikir jika Baskara kali ini benar-benar mencintainya dengan tulus. Mungkin Fania akan mencintai Baskara juga, karena dia juga tidak mungkin jika harus seperti ini terus.
Baskara mengemudikan mobilnya menuju kerumah Fania. Kini jam sudah menunjukkan pukul 18.00 WIB. Baskara akan mengantarkan Fania sampai kerumahnya dengan selamat.
Akhirnya Baskara sudah sampai dirumah Fania. Rumah itu sudah sepi, mungkin sudah pada tidur.
"Sayang! Turunlah, ini sudah sampai rumahmu. Setelah ini kamu bersihkan diri, makan, lalu tidur"
"Hehe iya, makasih udah nyelamatin aku tadi"
Baskara hanya mengangguk, kini Baskara kembali mengemudikan mobil yang ia bawa menuju ke rumahnya. Sesampainya Baskara di rumahnya. Tiba-tiba saja dia sangat kangen terhadap Fania. Padahal baru saja bersamanya.
Baskara terus memikirkan Fania. Baskara benar-benar ingin bertemu Fania kembali. Tapi kini hari sudah malam. Baskara mengambil handuknya dan membersihkan diri.
Disana Baskara terus melihat benda pusaka berharganya dan perut sixpack nya. Bagi Baskara perutnya itu akan menggoda jika dilihat oleh perempuan, apalagi Fania. Sebenarnya Baskara sudah ingin memiliki anak.
Tapi dia harus menunggunya menikah dengan Fania. Dia dan Fania akan menikah 3 minggu lagi. Dan itu sangat lah lama bagi Baskara.
Waktu 3 minggu itu tidak singkat. Pasti akan ada banyak hal-hal yang menghalangi mereka sampai ke pernikahan. Sudah pasti juga Dion akan mengincar Fania, apalagi seseorang yang waktu itu mengirimkan pesan kepada Baskara. Seseorang itu mengatakan bahwa dia akan melenyapkan Fania.
Baskara akan lebih menjaga Fania. Dia tidak mau kehilangan Fania. Dia akan berusaha sekuat tenaga untuk melindungi calon ibu dari anak-anaknya nanti.
"Aku sangat ingin melakukan hubungan intim bersamamu, Fania. Tapi pernikahan kita masih lama, apakah ini akan berjalan dengan lancar atau tidak? Aku sangat takut Fania. Aku harap kamu bisa mencintaiku dikemudian hari"
Kini Baskara mulai menyirami tubuhnya dengan air dan menggosokkan sabun pada badannya. Sesekali dia mengelus benda pusakanya itu. Dan itu membuatnya tegang dan keras.
Setelah itu Baskara menyirami tubuhnya kembali agar sabun itu hilang. Dan dia mencuci mukanya dengan bersih. Lalu, Baskara mengikuti giginya, dia mengambil sikat gigi dan odol dirak. Baskara menuang odol itu pada sikat giginya dan mulai mengikuti giginya itu.
Kini semua badan Baskara sudah bersih. Tadi ia tak lupa untuk memakai sampo. Baskara keluar dari kamar mandi dan mulai memakai bajunya. Baskara memakai baju tidur berwarna hijau dan celana panjang yang berwarna hijau juga.
Baskara menyisiri rambutnya sampai rapi. Kini Baskara duduk di kursi depan kaca, dia terus memandangi wajah tampannya itu.
"Wih! Ganteng juga gua ya. Keren nih, pantes aja banyak yang ngejar-ngejar. Pede dikit gak masalah ya kan. Namanya juga, Baskara!" ucap Baskara dengan rasa percaya diri.
Baskara kini sudah merebahkan dirinya diranjang. Baskara mengambil ponselnya yang berada diatas meja. Dia mulai memainkan ponselnya itu. Baskara langsung mengirimkan pesan kepada Fania. Karena dia sudah mulai merindukan calon istrinya itu.
Ponsel\>
Baskara: sayang! Apa kamu sudah mandi? Aku baru saja selesai
Fania: bentar lagi berak
Fania: jangan chat dulu, aku masih berak ini
Baskara: astaga, Sayang! Ngapain kamu berak sambil bawa hp, hmm? Baunya sampai sini
Fania: ah diamlah kamu, suka-suka aku mau bawa hp atau gak. Udah dulu ini udah mau selesai, nanti aku kabarin lagi kalau udah selesai
End...
Baskara sudah tak membalas pesan Fania kembali. Dia kini mulai mensecrool sosial medianya. Disana banyak sekali berita-berita yang sedang viral.
Baskara melihat salah satu berita yang ia tahu jawabannya. Tapi dia hanya diam, dan membaca berita itu. Karena dia tahu, siapa pelakunya.
"Haha gak tau aja mereka kalo pelakunya adalah gua. Lagian gua kalo udah membunuh seseorang pasti gak pernah ninggalin jejak" ucap Baskara.
Tiba-tiba saja, terdengar suara ponsel Baskara menandakan ada yang mengirimkan ia pesan.
TING!!
Ponsel\>
Fania: aku udah selesai, maaf kalo harus nunggu lama
Fania: tadi perutku sakit banget
Baskara: terus kamu ngapain berak bawa hp, tadi baunya sampai sini
Fania: dih apaan sih. Dah ah males, aku mau tidur aja udah malam
Baskara: sudah makan kamu?
Fania: belum, mau makan besok aja sekalian
Baskara: makan Fania. Nanti kamu sakit, aku juga yang repot nanti
Fania: dih emang situ beliin aku makanan? Enggak kan? Yaudahlah jangan nyuruh-nyuruh
Baskara: ya sudah kalau begitu, aku juga mau tidur
Fania: dih ga peka. Gini amat punya calon suami ga peka. Males ah
End..
Baskara mematikan ponselnya agar ia tak dimarahi oleh Fania. Kini Baskara membenarkan posisi tidurnya. Dan sekarang Baskara sudah tertidur.
˃͈◡˂͈
Pov Fania..
Fania masih merasa kesal terhadap Baskara. Fania tak habis pikir jika kali ini Baskara tak peka dengan apa yang Fania inginkan. Padahal tadinya Baskara sangatlah peka kepadanya.
Fania tak bisa tidur karena terus memikirkan Baskara. Dia sangat-sangat kesal terhadap Baskara. Fania tidak akan memaafkan Baskara.
"Liat aja besok. Aku gamau lagi ketemu sama dia" ketus Fania.
Fania terus memainkan ponselnya hingga larut malam. Kini jam sudah menunjukkan pukul 00:00 WIB. Fania kini merasa sangat mengantuk.
"Huaaa! Ngantuk banget. Tidur aja deh" Fania menguap sangat lebar.
Fania pun kini tertidur. Dia sangat tidur dengan pulas. Hingga pada akhirnya pagi pun tiba. Kini Fania terbangun dari tidurnya dengan air liur yang berada di sudut bibirnya itu.
Fania segera bangun dari tempat tidurnya dan merapikan nya. Kini Fania menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Kebetulan kamar mandi dirumah Fania melewati dapur terlebih dahulu. Disana Fania melihat mamanya yang sudah memasak makanan. Fania sekarang bangunnya sangatlah terlambat, seharusnya yang memasak sayuran itu adalah Fania.
"Mama! Mama kok gak bangunin Fania sih. Kan jadinya mama harus masak kan" ucap Fania.
"Ya gak apa-apa dong, Sayang. Mama juga pengen masak to, udah lama mama gak masak"
"Hehe yaudah, Ma. Fania pergi mandi dulu ya"
"Iya sana mandi, bersihin air liur mu yang ada disudut bibirmu itu" jelasnya.
"Emang kelihatan, Ma?" tanya Fania.
"Ya kelihatan lah, lawong itu banyak kok"
Fania langsung berlari menuju kamar mandi karena merasa malu. Dia kini membasuh muka nya dengan bersih. Fania mulai menyirami tubuhnya dengan air dingin. Dan menggosok kan sabun pada tubuhnya.
Tak lama kemudian, Fania sudah selesai mandi. Dia hanya menggunakan handuk berwarna biru yang membaluti tubuhnya itu.
Saat Fania keluar, ternyata di dapur kini sudah ada Baskara juga disana. Fania pun kembali malu lagi, dia pun berlari terbirit-birit menghindari Baskara.
Baskara menggelengkan kepalanya, "astaga tuh anak ya, kebiasaan" ketus Baskara.
Fania kini berada di kamarnya, dia cepat-cepat memakai pakaiannya dan akan ke dapur untuk makan. Karena dia sudah sangat lapar. Fania masih sangat malu dengan kejadian tadi.
"Baskara kenapa sih harus kesini. Kan aku malu banget jadinya aaaa. Aku bener-bener malu banget, ga berani keluar" ucap Fania.
Setelah Fania selesai memakai pakaiannya, dia memberanikan dirinya untuk keluar. Kini Fania sudah berada di dapur, disana dia mendudukkan dirinya dikursi meja makan. Disana sudah ada orangtuanya, adeknya, dan Baskara yang sudah menunggu nya.
Mama Fania mengambilkan makanan untuk Fania.
"Makanan ya, Sayang. Mama ambilkan" ucap mama Fania.
Kini Fania mulai memakan makanan itu dengan cepat. Setelah selesai Fania bergegas akan kembali pergi ke kamarnya. Dan adek Fania pun sudah berangkat ke sekolah.
Baskara dengan cepat menarik tangan Fania agar Fania tetap disitu. Baskara menatap mata Fania dengan tatapan mata yang tajam----- beda dari sebelumnya.
"Mau kemana kamu? Tetap disini tunggu aku menyelesaikan makananku. Dan kita akan pergi ke kantor untuk bekerja" ucap Baskara dengan suara beratnya.
Fania menatap mata Baskara, "aku tidak mau bekerja! Aku masih marah kepadamu, lepaskan tanganku. Aku tidak mau bertemu denganmu" Fania menghempaskan tangan Baskara dengan kasar.
Baskara menatap kepergian Fania. Ternyata Fania masih marah kepadanya. Fania belum bisa memaafkan dirinya. Baskara kini menuju kamar Fania.
Disana Baskara melihat Fania yang sedang menulis di bukunya. Kebetulan pintu kamar Fania tak dikunci, jadi Baskara bisa melihat Fania dari luar.
Baskara mendekat kearah Fania. Dia melihat Fania yang sedang menulis sebuah novel. Tulisan Fania sangatlah indah dan rapi.
"Ayo kita berangkat bekerja, nanti kita akan terlambat kalo tidak segera berangkat" ucap Baskara tiba-tiba membuat Fania terkejut.
"Bikin kaget aja kamu. Dibilang aku gak mau kerja ya gak mau lah. Ngeyel banget kamu"
"Lalu? Kamu akan membayar sekolah adekmu dengan uang apa? Dan kamu akan makan apa nantinya Fania? Ayo kita berangkat bekerja sekarang"
Fania seketika menghentikan menulisnya. Benar juga ucapan Baskara, jika dia tidak bekerja siapa yang akan membiayai kehidupannya itu.
Fania pun menutup bukunya. Dan dia akan mengganti pakaiannya dengan seragam kantor. Tak lupa Fania menyuruh Baskara untuk keluar.
"Kamu keluar dulu dari kamarku. Aku akan mengganti bajuku dulu" ucap Fania.
"Kenapa aku harus keluar? Kan bisa aku tetap disini dan kamu mengganti pakaianmu" jawab Baskara.
"Jangan gila kamu ya. Kita belum jadi pasangan suami istri. Lebih baik kamu keluar. Baru nanti setelah kita udah menikah kamu boleh didalam kamar pas aku ganti baju"
Baskara segera melangkahkan kaki untuk kerumah dari kamar Fania. Kamar itu sekarang sudah ditutup dan dikunci oleh Fania. Baskara kini menunggu Fania. Tak lama kemudian, Fania keluar dari kamarnya. Ya, dia sudah selesai mengganti pakaiannya.
"Kamu lebih cantik pakai seragam ini dari pada baju kampunganmu itu" kata Baskara.
"Apa? Baju kampungan katamu? Enak aja kamu, itu baju berharga banget buatku. Baju yang pertama kali aku bisa beli, harga baju itu 250 ribu tau gak kamu? Itu juga udah mahal banget buat aku" jelas Fania.
"Haha! Mahal katamu? Itu aja baju murah gitu dibilang mahal. Mana jelek lagi bajunya. Minimal kalo beli baju tuh harga 1 jutaan lebih lah. Kaya aku ini"
"Kamu mah enak, kamu kan orang kaya. Gak kaya aku, orang gak punya" ucap Fania.
"Kan kita 3 minggu lagi akan menikah. Kamu juga nantinya akan ikut kaya sepertiku. Kamu akan jadi Nyonya dirumahku"
"Udah lah katanya mau berangkat kerja, nanti malah telat" kata Fania.
Kini mereka berdua sudah berangkat kerja. Seperti biasa, Baskara membawa mobilnya. Ya walaupun Baskara punya beberapa motor, tapi ia tetap memilih membawa mobil agar tak terkena sinar matahari yang panas.
Sesampainya di kantor. Disana sudah banyak karyawan yang bekerja. Seketika pandangan karyawan itu tertuju pada Baskara dan Fania.
"Pagi, Pak!" sapa salah satu karyawan itu.
"Ya, pagi!" jawab Baskara.
Kini Baskara dan Fania menuju kedalam ruang kerja Baskara. Akhirnya mereka sampai, disana sudah banyak berkas-berkas yang menumpuk di meja kerjanya. Berkas-berkas itu harus segera ia tanda tangani.
Fania kini duduk disamping Baskara. Dia hanya melihat Baskara yang sedang menandatangani berkas itu. Sesekali Fania menguap, dia kini merasa ngantuk. Entah kenapa Fania masih pagi sangat merasa ngantuk. Mungkin karena semalam dia tidur terlalu larut malam.
Kini Fania tertidur, kepala dia ber sender dibahu Baskara dengan sendirinya.
"Bangun Fania! Kenapa kamu tidur dijam kerja?" tanya Baskara tak ada jawaban.
Fania benar-benar sudah tidur. Karena Baskara merasa terganggu karena Fania tidur di bahunya, dia menggendong Fania dan membawanya ke sofa.
Disana Baskara menaruh Fania. Agar Fania tidur lebih nyaman. Baskara melihat wajah Fania yang cukup imut sangat tidur. Akhirnya dia mencubit pipi Fania dengan hati-hati.
"Lucu kamu Fania"
Disana Baskara membiarkan Fania yang tidur. Baskara kini kembali menandatangani beberapa berkas lagi. Tak lama kemudian, Baskara sudah menyelesaikan semua berkas-berkas itu.
Tiba-tiba saja ada seseorang yang mengetok pintu dari luar.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk!" ucap Baskara.
"Maaf, Pak! Apa berkasnya sudah selesai ditandatangani? Klean kita sudah sangat menunggunya" jelas seseorang itu.
"Ya, sudah selesai saya tandatangani semuanya"
"Oke baik Pak! Saya ijin mengambilnya"
Seseorang itu mengambil semua berkas-berkas disana. Seseorang itu kini sudah meninggalkan ruang kerja Baskara. Hingga akhirnya tinggal Fania dan Baskara yang tersisa.
Baskara kini melihat Fania yang masih tertidur. Baskara hanya duduk merenung dan memandangi wajah Fania. Baskara pun mulai memainkan ponselnya. Disana ada seseorang yang mengirimkan pesan kepadanya.
Ting!
Ponsel>
Unknown: hai, Sayang! Bagaimana keadaanmu sekarang? Aku sangat ingin menemuimu
Unknown: tapi karena aku sangat sibuk jadi aku tidak bisa menemuimu
Baskara: siapa kamu sebenarnya? Katakan padaku, kenapa kamu selalu menghubungi saya?
Unknown: kamu tidak perlu tahu siapa aku, nanti setelah kita bertemu kamu juga akan tahu
Unknown: intinya aku seseorang yang sudah kamu kenal sejak lama
End...
Baskara mengembalikan ponselnya kedalam sakunya. Dia kini melihat Fania yang sudah terbangun.
"Sudah bangun kamu, Sayang?" tanya Baskara.
Fania hanya menganggukkan kepalanya. Fania merasa sedikit pusing karena dia langsung berdiri setelah bangun tidur. Fania saat ini kembali duduk disamping Baskara.
"Kamu udah selesai?" tanya Fania.
"Iya sudah. Kenapa? Apa kamu lapar? Mau makan? Atau mau jalan?"
Fania menggelengkan kepalanya. Dan kini mereka pun saling diam. Ruangan itu sangat hening. Tetapi setelah Baskara membuka bicara, ruangan itu kembali ramai lagi.
"Aku akan pergi sebentar! Kamu di sini saja, jangan kemana-mana okay?"
"Ya"