NovelToon NovelToon
LINTASAN KEDUA

LINTASAN KEDUA

Status: tamat
Genre:SPYxFAMILY / Identitas Tersembunyi / Action / Mafia / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia / Tamat
Popularitas:100.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Warning!
Bagi yang berjantung lemah, tidak disarankan membaca buku penuh aksi laga dan baku tembak ini.

Sejak balapan berdarah itu, dunia mulai mengenal Aylin. Bukan sekadar pembalap jalanan berbakat, tapi sebagai keturunan intel legendaris yg pernah ditakuti di dunia terang & gelap. Lelaki yg menghilang membawa rahasia besar—formula dan bukti kejahatan yg diinginkan dua dunia sekaligus. Dan kini, hanya Aylin yg bisa membuka aksesnya.

Saat identitas Aylin terkuak, hidupnya berubah. Ia jadi target. Diburu oleh mereka yg ingin menguasai atau melenyapkannya. Dan di tengah badai itu, ia hanya bisa bergantung pada satu orang—suaminya, Akay.

Namun, bagaimana jika masa lalu keluarga Akay ternyata berperan dalam hilangnya kakek Aylin? Mampukah cinta mereka bertahan saat masa lalu kelam mulai menyeret mereka ke dlm lintasan berbahaya yg sama?

Aksi penuh adrenalin, intrik dunia bawah, dan cinta yg diuji.

Bersiaplah menembus "LINTASAN KEDUA"—tempat di mana cinta & bahaya berjalan beriringan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2. Wajah Kedua

Aylin memeluk lututnya di atas ranjang, membiarkan keheningan malam menelan semua suara, kecuali detak jantungnya sendiri. Pikirannya melayang ke liontin yang ia temukan di brankas tersembunyi di kamar neneknya.

"Kenapa brankas itu bisa terbuka pakai sidik jariku?" pikir Aylin.

"Apa itu berarti kakek memang sudah merencanakan semuanya dari awal?"

Liontin itu berbentuk bintang. Di dalamnya, sebuah bola kaca kecil berkilau dengan efek glow in the dark—seperti galaksi mini yang perlahan berputar, menyimpan semesta dalam senyap.

Dengan hati-hati, Aylin membuka laci nakas yang terkunci. Ia menarik keluar sepotong kain bludru, dan membukanya perlahan. Liontin itu kini kembali berada dalam genggamannya—dingin, seolah menyerap semua kehangatan dari tangannya.

"Apa aku harus kasih tahu Akay?" bisiknya pelan.

Namun ingatannya datang seperti hantaman—Akay yang berdiri di antara bahaya dan dirinya, menahan luka demi membuatnya selamat. Luka itu memang tak merenggut nyawa Akay, tapi cukup untuk mengoyak tenangnya.

"Gimana bisa aku seret dia lagi ke dalam semua ini? Lelaki yang aku cintai, yang bahkan tanpa ragu berdiri di antara aku dan bahaya, meski dia nggak tahu apa-apa..."

Aylin menatap liontin itu lama. Jari-jarinya mengusap permukaannya yang halus, hampir ragu untuk melepaskannya.

"Aku tahu dia bisa bantu. Akay selalu tahu harus apa, selalu ada saat aku butuh, bahkan saat aku sendiri nggak yakin."

"Tapi justru itu yang bikin semuanya makin berat."

"Kalau semua ini beneran soal dunia terang dan gelap... aku nggak bisa egois. Nggak bisa narik dia ke dalam bahaya yang belum tentu bisa kami keluarin bareng," gumamnya, suaranya pelan, seperti tercekat oleh rasa bersalah yang tumbuh makin tajam.

Ia menutup liontin itu dalam kotak kecil, lalu menguncinya kembali di dalam laci. Tapi hatinya tetap tak tenang. Ada sesuatu yang terasa salah. Seperti bahaya sedang mendekat—dan waktu mereka nyaris habis.

Matanya kembali melirik ke arah laci. Tangannya menggenggam kunci kecil dengan erat, jemarinya gemetar.

"Aku nggak bisa terus kayak gini," desisnya pelan, tapi penuh tekad.

"Cepat atau lambat, liontin ini pasti akan menarik perhatian mereka… atau mungkin, mereka sudah mulai mencarinya sekarang. Kalau mereka datang ke sini…”

Ia bangkit berdiri. Napasnya mulai teratur, meski hatinya tetap waspada. Pandangannya menajam, tidak lagi sekadar cemas—tapi penuh perhitungan.

“Kalau aku bisa bikin duplikatnya... setidaknya bisa bikin mereka salah langkah. Itu bisa ngasih aku waktu—waktu buat bersiap, bukan cuma bersembunyi.”

Wajahnya menegang, tapi matanya menyala dengan tekad. Ia tahu persis tempat neneknya dulu memesan perhiasan. Bengkel kecil, terpencil, dan hanya dikenal oleh sedikit orang.

"Mungkin... dia masih ada di sana."

Dengan cepat, Aylin mengambil liontin itu dari dalam laci dan memasukkannya ke dalam saku jaket.

Namun langkahnya terhenti ketika sudah berada di depan pintu apartemen.

Tiba-tiba, firasatnya menegang. Ada yang mengganggu pikirannya—seperti helai benang yang tersangkut di sudut memori.

"Kalau liontin ini menyimpan rahasia besar… dan seseorang melihatnya…"

"Bukankah itu berarti jejakku bisa mulai ditelusuri dari sekarang?"

Ia menatap liontin kecil di telapak tangannya. Cahaya redup dari galaksi di dalamnya terasa begitu memikat—dan berbahaya.

"Barang sekecil ini… bisa saja mengundang bencana."

"Aku nggak bisa pergi dengan wajah asli," gumamnya.

Tanpa pikir panjang, Aylin membuka kembali pintu apartemennya dan melangkah cepat ke dalam. Langkahnya tergesa, nyaris terantuk kaki meja. Ia merunduk ke bawah tempat tidur dan menarik keluar koper besar yang sudah berdebu.

"Koper ini… terakhir kupakai waktu Halloween tahun lalu. Aku tak pernah menyangka akan menggunakannya untuk alasan seputus asa ini."

Ia mengangkat tutup koper dan menghela napas pendek.

"Bukan untuk pesta. Bukan untuk cosplay. Tapi untuk bertahan hidup."

Tangannya bergerak cepat. Foundation tebal ditepuk-tepuk ke wajah, menutupi kulit pucatnya. Kontur gelap ditarik tajam di sepanjang tulang pipi dan sisi hidung.

"Sedikit lebih mancung. Lebih tajam. Lebih asing."

Ia menempelkan tompel palsu di bawah mata kanan.

"Terlalu mencolok? Tidak. Justru itu yang kubutuhkan. Sesuatu yang orang ingat… tapi bukan wajahku yang sebenarnya."

Kacamata bundar menyusul, lensa anti-refleksi membuat matanya nyaris tak terlihat. Lalu silicon kecil ia selipkan di sisi pinggul dan dadanya.

"Hanya sedikit perubahan siluet, cukup untuk mengaburkan bayangan tubuhku yang dikenali."

Ia menatap cermin. Wajah asing menatap balik ke arahnya.

"Bukan Aylin. Dan itu bagus. Itu yang kuinginkan."

Dengan cepat, ia menyambar hoodie besar, menariknya menutupi tubuh. Rambut panjangnya ia kepang cepat, lalu disembunyikan di balik wig pendek berwarna cokelat kusam.

"Tak ada yang akan mencari gadis berambut pendek dan tompel besar, bukan?"

Sebelum melangkah keluar, Aylin membuka kantong dalam hoodie dan memasukkan liontin bintangnya ke dalam. Ia memeluknya sejenak, erat.

"Aku tak bisa kehilangan ini. Apa pun yang terjadi…"

Ia menarik napas panjang. Satu tarikan, dua tarikan. Baru ia melangkah keluar dari apartemen, menyatu dalam keramaian kota—bukan sebagai Aylin, tapi sebagai seseorang yang tak akan diingat siapa pun.

"Kalau benar liontin ini adalah kunci… maka hari ini, perburuan sudah dimulai."

***

Toko itu terlihat sepi dari luar—hampir seperti bangunan tua yang ditelan waktu.

“Masih buka nggak, sih tempat kayak gini?” Aylin membatin, matanya menatap plang kayu yang nyaris pudar di atas pintu. Tulisan "Kurosawa & Sons" masih terbaca samar, meski catnya mengelupas.

Ia menarik napas, lalu mendorong pintu kaca yang berderit pelan. Aroma logam, kayu tua, dan sesuatu yang tak bisa ia kenali langsung menyergap hidungnya.

“Kayak masuk ke bengkel waktu—semua di sini terasa berhenti.”

Di balik meja kerja yang penuh alat ukir dan kaca pembesar, seorang pria tua dengan rambut putih dan mata sipit jernih menoleh perlahan. Tangannya berhenti bergerak, dan tatapannya tertuju padanya… tidak asing, tapi bukan karena mereka pernah bertemu.

“Dia… menatapku seperti dia tahu sesuatu. Atau… seseorang?”

"Ada yang bisa aku bantu, Nona?"

Aylin mengeluarkan liontin bintang dari saku hoodienya dan membukanya pelan di atas kain bludru kecil. Galaksi kecil di dalamnya berpendar lembut, memantulkan cahaya redup lampu meja kerja.

Pria tua itu menajamkan pandangannya. Tangan yang tadinya stabil kini sedikit gemetar. Ia mendekat, menunduk, lalu menarik kacamatanya ke ujung hidung.

"Astaga..." gumamnya lirih. "Ini..."

Aylin memerhatikannya dengan penuh tanya. "Anda mengenal liontin ini?"

Pria itu mengangguk pelan. "Ini... buatan ayahku. Aku masih kecil waktu beliau menyelesaikan benda ini. Hanya ada satu... satu-satunya. Kami menyebutnya Stellarium. Dan aku tak pernah melihatnya lagi sejak—"

Ia menghentikan ucapannya, napasnya sedikit tercekat. Aylin tetap diam, membiarkan pria tua itu mencerna perasaannya sendiri.

"Saya ingin membuat duplikatnya," ujar Aylin akhirnya. "Bisa?"

Pria tua itu duduk perlahan, mengangguk pelan meski matanya masih terpaku pada liontin itu.

"Aku tidak bisa menjanjikan duplikat sempurna... tapi aku punya buku catatan ayahku. Semua pola ukiran, formula resin bercahaya... bahkan teknik pendinginan logam yang ia pakai untuk membuat efek seperti ini."

Aylin menarik napas lega, walau hatinya tetap gelisah. “Kalau begitu… bisakah Anda membuatnya sebanyak mungkin? Sebanyak yang Anda bisa.”

Pria tua itu menatap Aylin dalam-dalam, seolah ingin bertanya lebih dari sekadar alasan. Tapi ia tak berkata apa-apa. Ia hanya mengangguk lagi, kali ini dengan penuh tekad.

"Akan butuh waktu. Beberapa hari, mungkin lebih. Tapi aku akan coba... demi karya ayahku, dan demi sesuatu yang terasa jauh lebih besar dari sekadar perhiasan."

Aylin menatap liontin itu sekali lagi sebelum menyerahkannya sepenuhnya.

"Jaga baik-baik. Dan… jangan beri tahu siapa pun kalau Anda sedang membuat duplikatnya."

“Sudah tentu tidak,” jawab si pria dengan senyum tipis. “Beberapa rahasia memang lebih aman jika disimpan dalam logam dan cahaya.”

Aylin keluar dari toko dengan napas berat, namun langkahnya mantap. Di baliknya, kilau kecil di meja kerja mulai direkam kembali oleh masa lalu.

Dan di depan Aylin—masa depan yang belum tahu apakah ia sedang mengejar kebenaran... atau memancing bahaya yang jauh lebih besar.

***

Di sebuah ruangan temaram, layar laptop memantulkan cahaya pucat ke wajah seorang pria tua.

Ia menatap foto Aylin dalam diam. Jari-jarinya mengetuk pelan permukaan meja, seolah sedang menghitung waktu.

"Dia... benar-benar mirip," gumamnya.

Lalu suaranya merendah, penuh beban.

"Apa dia memiliki kunci itu?"

Seseorang di balik bayangan menjawab pelan, hampir tak terdengar.

"Hanya dia satu-satunya keturunan Wardhana."

...🔸🔸🔸...

...Kadang, menyembunyikan kebenaran… adalah satu-satunya cara melindungi orang yang paling kau cintai....

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Lusiana_Oct13
super super keren 👍👍👍😍😍😍
🌠Naπa Kiarra🍁: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
Lusiana_Oct13
ah kerennn lah makasih thor Nana 🙏🤩
🌠Naπa Kiarra🍁: Sama-sama Kak 🤗🙏🙏🙏
total 1 replies
Lusiana_Oct13
Terlalu byk bacot padahal bisa melumpuhkan musuh dr tadi 🤭
Lusiana_Oct13
Dicoba aja ay mana tau berhasil efek samping gk separah yg di prediksikan 😆
Lusiana_Oct13
Akhirnya terungkap juga siapa pria bertopeng 🤣dah ilang penasaran kk na wlpn tak kenal juga 🤣🤣🤣🤣
Lusiana_Oct13
Udah di bab 87 masih juga blm di bongkar siapa peria bertopeng 😆😆😆 kejam nana buat penasaran
Lusiana_Oct13
Ni mah gilaaaaaaa para ilmuan emg benar genius
Lusiana_Oct13
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 kyk mana masang ny
Lusiana_Oct13
huuuuuuuuuuuuuuu bc sambil nahan napa di jam 4 pagi 🤣🤣🤣🤣🤣
Lusiana_Oct13
Pasti ni org kenal aylin dan org terdekat sekitaran aylin cara dia menyebut nama aylin kyk bukan org jauh 🤭 sotoy shaya nya gara penasaran
Lusiana_Oct13
kata lg blackout kok dron bisa berterbangan ???
Lusiana_Oct13
siapa peria bertopeng itu??? kenapa gk ada pada mau nyerang ??? buat rmosi aja 🤣🤣🤣
Lusiana_Oct13
Ternyata 5 org ni masih rapat sampul makan gorengan 🤣🤣🤣🤣 kirsin udah terjun kelapangan ah kyk polisi India aja sllu datang keblekangan 🤭🤭🤭
Lusiana_Oct13
si buntala kemana ?? sniper yg bisa ngelidung alin juga pada kemana apa lg makan sambal terssi 🤣🤣🤣
Lusiana_Oct13
kalau di gabungkan jadinya DORTRQK DORTRAK ya na klo making banyak jadi kyk musik DORTRAK DORTAK DOR DOR TRAK TRAK TRAK DOR DORRRRRRR 💃💃💃💃
Lusiana_Oct13
Baca ini ngebayin drama korea K2 🤣🤣
Lusiana_Oct13
🤣🤣🤣😆🤣🤣🤣🤣😆
Lusiana_Oct13
ah disini ada buntala si daddy super protective
Lusiana_Oct13
Yang sudah baca jagan lupa tingalin JEJAK, LIKE, VOTE , HADIAH. KOMEN DAN TONTON VIDEO 🤣 tu kaka² para author setiap di bawah bab di novel2 lain saya baca 🙏 padahal cerita nya bagus kenapa like nya pada sedikit sedih dech 😢
Lusiana_Oct13
Ayoooo lah ay kesi tau akay jgn ada rahasia gimana pun akay bisa mejaga km
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!