NovelToon NovelToon
Pesona Si Kembar (Ada Cerita Di Balik Gerbang Sekolah)

Pesona Si Kembar (Ada Cerita Di Balik Gerbang Sekolah)

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Anak Genius / Anak Kembar / Teen School/College / Identitas Tersembunyi / Konglomerat berpura-pura miskin
Popularitas:92.8k
Nilai: 5
Nama Author: eli_wi

Season 2 dari Novel "Anak Genius Milik Sang Milliarder"

Rachel dan Ronand telah beranjak remaja, kini usianya sudah menginjak 17 tahun. Rachel yang tak ingin selalu dibandingkan dengan kejeniusan Ronand, memilih untuk menyembunyikan identitasnya sebagai saudara dan orang kaya.

Semua siswa di sekolahnya, tidak ada yang mengetahui jika Rachel dan Ronand adalah saudara kembar. Justru mereka dirumorkan sebagai pasangan kekasih karena beberapa kali terlihat dekat.

Akankah keduanya berhasil menyembunyikan identitas mereka sampai lulus sekolah? Atau semua rencana itu gagal, seiring dengan kisah percintaan mereka yang terjadi di sekolah itu?

Temukan jawabannya hanya di NovelToon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eli_wi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siapa Yang Menyuruh?

Byurr...

Aaaaa...

Perih...

"Enak banget kalian tidur-tiduran di sini setelah menakuti keturunanku dengan mencoba menculiknya," seru pria paruh baya yang kini usianya sudah tak lagi muda.

Dia adalah Papa Fabio yang menyuruh salah satu pengawalnya menyiram air pada para penculik cucu dan cicitnya. Mendengar kabar cucu dan cicitnya hendak diculik, ia sangat marah.

Bahkan aura yang dulu sempat redup, kini muncul kembali. Padahal selama ini perusahaan juga bermain bersih, namun ada saja orang yang ingin mengganggu keluarganya.

"Mereka pingsan, Tuan. Bukan tidur," ucap Nando, sang pengawal yang mengikutinya sore ini.

"Sama saja. Sama-sama matanya merem itu," Papa Fabio hanya mengedikkan bahunya acuh, menganggap itu semua sama saja.

"Semenjak Nona Rachel dan si kecil Mika di rumah Tuan, sikap Tuan jadi mirip mereka. Keras kepala dan sering ngomong hal absurd juga nyeleneh," gumam Nando sambil menggelengkan kepalanya.

"Kami mohon ampun, Tuan. Kami mohon lepaskan kami," ucap salah satu penculik itu dengan tatapan permohonan.

"Ampun kau bilang? Kalau berhasil culik anggota keluargaku, mungkin kalian sudah berpesta hari ini. Untung saja cucu dan cicitku selamat," ucap Papa Fabio dengan sindirannya. Para penculik itu terdiam karena sindiran Papa Fabio memang benar adanya.

Papa Fabio yakin jika mereka bisa menculik anggota keluarganya, saat ini pasti sedang berpesta merayakan keberhasilan. Namun karena tak berhasil, membuat mereka minta maaf dan dilepaskan. Dasar orang-orang tak tahu diri memang, jika kepepet saja minta maaf.

"Siapa yang menyuruh kalian? Katakan," sentak Papa Fabio yang tak peduli dengan permintaan maaf mereka.

"Tidak ada, Tuan. Kami memang penculik anak dan remaja perempuan. Tidak ada yang menyuruh kami," ucap penculik itu memberikan alasan di balik penculikan ini.

"Kalian butuh uang?" tanya Papa Fabio dengan tatapan sinisnya.

"Ya, Tuan. Kami butuh uang makanya melakukan hal itu," Para penculik itu seakan mendapatkan angin segar. Ternyata orang di depannya percaya dengan alasan yang mereka buat.

"Nando, alat pendeteksi kebohongan." seru Papa Fabio tiba-tiba memberi perintah pada pengawalnya.

"Siap, Tuan."

Nando menyiapkan alat yang dibuat oleh Ronand sebagai pendeteksi kebohongan. Sebuah sensor kecil yang dipasang di belakang telinga. Sebenarnya Papa Fabio tak perlu susah-susah bertanya atau menemui penculik itu. Dia bisa menggunakan alat yang diciptakan oleh Ronand untuk mengetahui riwayat hidup dan kebiasaan para penculik itu.

"Apa ini, Tuan? Tolong jangan dipasang alat kejut seperti ini," seru penculik itu dengan nada khawatir dan takutnya.

"Makanya jadi orang yang jujur," ucap Papa Fabio meledeknya. Padahal biasanya Papa Fabio akan langsung mengeksekusi targetnya, namun ini malah main-main dulu.

Aaaaa...

Rasakan...

"Jujur atau mati perlahan?" tanya Papa Fabio dengan tawa yang mengerikan saat melihat para penculik itu mulai merasakan sengatan listrik pada tubuh mereka.

"Ampun, Tuan."

Dretttt...

Aaaa...

"Siapa yang menyuruh kalian?" sentak Nando yang kini mengambil alih. Pasalnya Papa Fabio merasa badannya sedikit lelah. Bahkan Nando segera membawa Papa Fabio duduk di kursi.

"Tidak ada, Tuan." jawab salah satu penculik.

"Ngaku aja daripada kita dibuat perlahan mati. Siksaannya menyakitkan," bisik salah satu temannya. Ini rasa sengatannya sangat menyiksa dan mengejutkan karena terkadang tegangan listriknya langsung besar.

"Tapi..."

"Dia juga nggak memikirkan kita. Toh percuma juga, kita nggak dapat itu duit." sela temannya dan disetujui yang lain.

Dreettttt...

Aaaaa...

"Baik, kami akan bicara. Tapi tolong jangan kasih lagi,"

Aaaaa...

Bukannya menuruti ucapan penculik itu, Papa Fabio malah sering memberikan tegangan listrik tinggi ketika mereka meminta sesuatu. Sudah berbuat jahat tapi masih minta diskon hukuman, pikirnya.

"Seorang perempuan tapi saya tidak tahu namanya. Perempuan seumuran dengan cewek yang akan kami culik," jawab penculik itu memang tidak tahu siapa yang menyuruh mereka.

"Ini, bukan?" tanya Nando sambil memperlihatkan layar ponselnya dan dijawab anggukan kepala oleh penculik itu.

"Nando, gerak cepat. Tangkap itu pelaku," seru Papa Fabio yang geregetan dengan pelaku yang ternyata masih seumuran cucunya.

"Kata Tuan Ronand, dia yang akan memberikan pelajaran langsung." ucap Nando menyampaikan pesan dari Ronand. Bahkan ia mendapatkan foto dalang penculikan ini baru saja dari Ronand.

"Jadi Ronand sudah tahu siapa pelakunya?" tanya Papa Fabio dan diangguki kepala oleh Nando sebagai jawaban.

"Terus ngapain kita di sini dan harus tanya lagi sama mereka kalau dalangnya sudah diketahui? Astaga... Buang-buang tenaga dan waktu," tanyanya dengan raut wajah geregetan.

"Kan Tuan yang minta ke sini. Padahal saya sudah melarang karena akan diselesaikan sama Tuan Julian," ucap Nando dengan polosnya.

Padahal Papa Fabio yang memaksa orang-orangnya untuk menemui para penculik. Mereka sudah mengingatkan bahwa semuanya akan diselesaikan oleh Julian. Namun Papa Fabio tetap ngotot ingin pergi menemui para penculik itu.

"Harusnya kamu bilang kalau dalangnya sudah diketahui. Nggak benar kamu ini," Papa Fabio menyalahkan Nando dan tak terima kalau waktunya terbuang sia-sia di sini. Papa Fabio beranjak berdiri kemudian berjalan sampai ke hadapan para penculik.

"Aku aja baru tahu kalau dalangnya sudah diketahui," gumam Nando sambil menghela nafasnya pasrah.

Bugh...

Arrrggh...

Balasan karena sudah ingin menculik cucu dan cicitku,

Habisi mereka dan buang ke jurang hutan sana,

Ampun...

Tolong...

Aarrghh...

Jiwanya yang dulu mencoba berhenti dari dunia kekerasan, bangkit lagi. Ia hanya ingin hidup sederhana dan bahagia bersama keluarganya. Namun mendengar cucu dan cicitnya diculik, ia tak bisa menahan gejolak ingin menghabisi semua orang. Padahal Papa Fabio tahu, para penculik itu bukan berasal dari dunia bawah.

***

"Uncle lagi ngapain?" tanya Mika yang tiba-tiba membuka pintu kamar Ronand.

Ronand yang sedang fokus dengan laptopnya langsung tersentak kaget. Pintu kamar terbuka dan menampilkan kepala bocah cilik yang sangat menggemaskan. Mika tersenyum lembut ke arah Ronand membuat pemuda itu segera merentangkan kedua tangannya.

Happp...

"Uncle lagi kerjakan tugas sekolah," ucap Ronand yang malam itu menginap di rumah Papa Fabio. Ronand membawa Mika duduk di pangkuannya.

"Kenapa tugas cekolah halus dikeljakan oleh ciswa? Memangna gulu ndak bica mengeljakanna cendili? Pakai culuh-culuh ciswana keljakan itu," tanya Mika dengan polosnya membuat Ronand terkekeh geli.

"Guru bisa mengerjakan, tapi ini untuk siswa belajar di rumah. Terkadang para siswa tuh nggak belajar kalau tidak ada tugas sekolah. Contohnya tuh Onty Achel," ucap Ronand memberikan contoh kembarannya yang jarang belajar.

"Mika ndak pelnah lihat Onty kelja tugas cekolah dan belajal. Mika lihatna Onty itu makan telus campai badanna bica bulat cekali," ucap Mika yang memang tak pernah melihat Rachel belajar ketika di rumah.

"Jangan ditiru kebiasaan Ontymu itu, Mika. Kamu harus rajin belajar," ucap Ronand memberikan pesan.

Bukannya menggubris pesan Ronand, Mika terlihat fokus pada laptop di depannya. Tulisan aneh yang menurut Mika bukan tentang pelajaran sekolah. Walaupun ia sendiri tak tahu pelajaran sekolah itu seperti apa karena dia belum bersekolah.

Klik...

Astaga...

Mika...

Perusahaanku,

Siapa yang melakukan ini?

1
Aniza
kok kebalik ucan yg malu,,bang onand sih ngomong bikin ucan salting
Aniza
ucaaaaan kah sama bu amin?
Nie
Bang Onand tuh udah ada rasa2 gimana gitu ma boneka Ucan 🤭
Ita Xiaomi
Itu murid program akselerasi Bu. Loncat kelas dr PAUD langsung SMA😁
Ita Xiaomi
Jaga kesehatan ya Bu Amin.
Ita Xiaomi
Kasihan gurunya.Ndak nyangka dpt murid sefrekuensi dgn Achel😁
Putri Laely
lanjut Thor
mom'snya devadhamian
uwaw anak sekecil mika bawa an nya kartu"hitam bener"sultan ini mah🤪
fatmawati
sakit perut aku ketawa gara" mika susan 🤣🤣🤣🤣
Novita Sari
tambah rame kelas mbok Rachel..
lanjut thor...
ririen handayani
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/ sabar bu
PengGeng EN SifHa
ulalalalalalalalalaala


SEKALIAN UNDANG SON HOREG PUNYA OM BREWOK MIKAAAA...

JANGAN LUPA NENEK GAYUNG DI AJAK HOBAAAAHHH💃💃💃💃💃💃
Siti Nurjanah
cucankah?
Suwastika
pst boneka susan 😍😍😍
Sani Srimulyani
seru banget sih ini ceritanya, pokonya ga nyesel deh bacanya.
Sani Srimulyani
nah siapa lagi ini...... jangan2 Susan lagi
Atik Kiswati
seru kocak,nyebelin,bikin gemes + ngakak sendiri kyk orgil yg bc nya.....
Atik Kiswati
pasti di susan tuh....jadi + seru tu pasti....
Ita Xiaomi
Dikira Centaur apa😁
Ita Xiaomi
Ndak kebayang di ruang kelas ada bayi lg minum susu pakai dot. Malah santuy pula😁.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!