NovelToon NovelToon
Retak Yang Tak Kembali

Retak Yang Tak Kembali

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Pelakor jahat / Penyesalan Suami / Antagonis / Selingkuh / Sad ending
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dgweny

Nayara dipaksa menghadapi Pengkhianatan menyakitkan dari suaminya, Ardan (Direktur Konstruksi), hanya untuk menyadari bahwa pengusiran itu adalah upaya putus asa Ardan untuk melindunginya dari konspirasi berbasis Hutang Karma masa lalu.
.
.
Didorong rasa cinta yang besar terhadap Ardan , Nayara berpacu melawan waktu memperebutkan 'Kunci Master' ke The Grid, sistem infrastruktur yang dikendalikan secara Biometrik oleh kesadaran seorang anak.
.
.
Setelah menyelamatkan Ardan dari transformasi digital, Nayara menemukan ancaman yang sebenarnya kini merasuki orang terdekatnya, menandakan bahwa perang melawan The Grid baru saja dimulai.

______________


Tolong dibantu untuk like , komen dan follow akun aku ya, bantuan kalian sangat berharga untuk aku🫶

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dgweny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25: Frekuensi yang Menghancurkan

Haiii Guys sebelum baca tolong di bantu klik like nya ya sama bolehhh komen nya dan follow nya jangan lupa hihihi. Bantuan kalian sangat berarti buat aku🫶

Happy reading 🌷🌷🌷

...****************...

Lampu-lampu kota Yogyakarta di kejauhan tidak lagi sekadar menerangi malam. Dari ketinggian perbukitan Menoreh, Nayara menyaksikan horor digital yang nyata. Ribuan lampu jalanan, gedung, dan papan reklame berkedip serentak, menciptakan denyut cahaya yang menyerupai simbol GRID 0.0. Denyut itu selaras dengan detak jantung Ardan yang kini terasa seperti dentuman mesin di telapak tangan Nayara.

"Nay, turunkan aku!" Ardan mengerang, tubuhnya melengkung menahan panas yang luar biasa. "Drone itu... mereka melacak sinyal biometrikku. Jika aku tetap di mobil ini, kalian akan mati!"

Nayara menggeleng histeris, mencengkeram kemudi mobil semakin kuat. Di kaca spion, puluhan drone hitam seukuran burung elang meluncur menembus kabut Menoreh. Sinar laser merah menyapu bagasi mobil, mencari celah untuk melepaskan muatan mematikan.

"Dion, percepat!" teriak Nayara.

Dion, yang duduk di kursi penumpang depan sembari memegang laptop yang terus memunculkan error, berkeringat dingin. "Aku tidak bisa meretas protokol mereka, Nay! Drone ini otonom. Mereka dikendalikan oleh 'suara' AI anak kecil tadi!"

Tiba-tiba, kaca belakang mobil pecah terkena tembakan energi pulsa dari drone terdepan. Serpihan kaca mengenai punggung Ardan.

"ARDAAAN!"

Nayara membanting setir ke arah jalan setapak berbatu yang masuk ke dalam rimbunnya hutan pinus. Mobil berguncang hebat, menghantam dahan dan semak. Ia menghentikan mobil secara mendadak di balik tebing batu yang menjorok keluar.

"Turun! Cepat!"

Mereka bertiga bersembunyi di dalam gua kecil yang tertutup lumut. Drone-drone di luar kehilangan visual, namun mereka tetap berputar-putar di atas hutan, memindai panas termal.

Ardan bersandar di dinding gua, napasnya beruap biru. Cahaya dari pori-porinya semakin terang. "Suara itu... suara anak kecil itu... namanya Elias."

Nayara mengusap dahi Ardan yang membara. "Elias? Siapa dia, Dan?"

"Dia bukan AI biasa," Ardan memejamkan mata, memori digital yang dipaksakan Basuki ke otaknya mulai terbuka. "Basuki tidak membuat Elias. Dia mengunggah Elias. Elias adalah adik Mira yang dikabarkan meninggal dalam kecelakaan saat ayah Mira bangkrut. Dia menjadikannya inti sistem sebagai bentuk 'keabadian'."

Nayara tersentak. Elias Adelio. Adik laki-laki Mira yang fotonya pernah ia lihat di meja kerja Mira saat masih di Cipta Raya Abadi. Bocah yang tewas karena stres keluarga dan ketiadaan biaya rumah sakit.

"Mira tidak tahu ayahnya melakukan ini?" tanya Dion.

"Mira hanyalah pion dendam. Basuki lebih gila dari itu. Dia menginginkan dunia di mana dia bisa mengendalikan segalanya lewat kesadaran Elias yang terjebak dalam Grid. Dan sekarang, Elias mencariku sebagai 'jangkar'. Dia butuh tubuh fisik untuk memperluas jangkauan Grid ke seluruh satelit di atas Jawa."

Tiba-tiba, audio dari ponsel Dion yang mati kembali menyala. Suara Elias terdengar lagi, kali ini lebih jelas, lebih menuntut.

"Kak Ardan... dingin... Elias dingin sekali di sini... tolong buka pintunya..."

Cahaya di dada Ardan meledak, memantul di dinding gua. Ardan menjerit, memegangi kepalanya. "Dia mencoba masuk! Elias mencoba mengambil alih sistem motorikku!"

"Kita harus memutus sinyalnya, Dion!" Nayara meraih tas kerjanya, mencari sesuatu yang bisa membantu. "Apakah ada cara untuk membuat area blackout?"

Dion mengetik cepat di laptop yang terhubung ke baterai darurat. "Hanya ada satu cara. EMP (Electromagnetic Pulse). Tapi jika aku meledakkan EMP di sini, alat bantu hidup biometrik di dalam tubuh Ardan juga akan mati. Ardan bisa meninggal karena henti jantung."

Nayara terdiam. Pilihan yang mustahil. Membiarkan dunia dikuasai Basuki lewat kesadaran Elias, atau membunuh suaminya sendiri demi memutus koneksi tersebut.

"Lakukan, Dion," ucap Ardan lemah. Matanya kembali berpendar biru. "Aku lebih baik mati sebagai manusia daripada menjadi boneka Basuki."

"Tidak! Pasti ada cara lain!" Nayara memeluk Ardan. "Elias... dia hanya anak kecil yang ketakutan. Jika dia adalah Elias, dia pasti masih punya memori tentang kasih sayang."

Nayara meraih ponsel Ardan yang tergeletak. Ia mencari folder terenkripsi yang pernah ditunjukkan Mira—sebuah folder berisi rekaman suara nyanyian pengantar tidur ibu Mira untuk Elias.

"Ardan, dengarkan aku. Gunakan biometrikmu. Siarkan audio ini ke seluruh frekuensi yang Elias gunakan. Kita tidak melawannya dengan virus, kita melawannya dengan... rumah."

Ardan ragu, namun ia melihat keyakinan di mata Nayara. Ia menempelkan telapak tangannya ke ponsel tersebut. Aliran data biru berpindah.

Di luar gua, drone-drone hitam mulai mendarat. Mereka membentuk formasi setengah lingkaran di mulut gua, senjata mereka terkunci.

Basuki Adelia muncul dari kegelapan hutan, dikawal oleh tentara bayaran pribadinya. "Ardan! Keluar sekarang! Elias sudah tidak sabar untuk menyatu denganmu!"

Dari dalam gua, frekuensi radio yang kacau tiba-tiba berubah. Alunan suara lembut seorang wanita menyanyikan lagu "Nina Bobo" mulai bergema dari setiap drone, dari setiap lampu kota yang berkedip, dan dari speaker laboratorium yang hancur.

“Nina bobo... oh nina bobo...”

Simbol Grid di langit-langit kota Yogyakarta mulai memudar, berubah menjadi pendaran cahaya putih yang tenang.

Di dalam kesadaran Elias, memori tentang rumah, bau masakan ibu, dan pelukan seorang kakak mulai menghancurkan dinding kode-kode gelap yang dibangun Basuki.

"TIDAK! APA YANG KAU LAKUKAN PADA ELIAS!" Basuki berteriak panik, melihat kontrol di tabletnya mulai hancur. "PROSES SINKRONISASI GAGAL!"

Elias mulai memberontak di dalam jaringan. Ardan berdiri, tubuhnya memancarkan gelombang putih yang murni. Ia melangkah keluar gua, menatap Basuki dengan sisa kekuatannya.

"Elias tidak ingin menjadi Tuhanmu, Basuki," suara Ardan berwibawa, beresonansi dengan suara Elias yang kini tenang. "Dia hanya ingin beristirahat."

Basuki mengeluarkan pistolnya. "Jika Elias pergi, maka sistem ini tidak berguna. Dan jika tidak berguna, kalian semua harus mati!"

DOOR! DOOR!

Basuki melepaskan dua tembakan. Ardan terlalu lemah untuk menghindar.

Namun, bukan Ardan yang terjatuh.

Mira Adelia melompat dari balik semak-semak, menghalangi peluru yang ditujukan untuk Ardan. Ia terjatuh di depan kakaknya sendiri, darah merembes dari dadanya.

"Mira!" Nayara berlari keluar, menopang tubuh wanita yang pernah menjadi musuhnya itu.

Mira menatap ayahnya dengan pandangan penuh luka. "Cukup... Pa... biarkan Elias pergi... jangan sakiti... adikku lagi..."

Basuki terpaku melihat putrinya bersimbah darah karena tangannya sendiri. Keserakahan di matanya runtuh, digantikan oleh kengerian yang hakiki. Ia menjatuhkan pistolnya, berlutut sembari meratap.

Di saat itulah, Elias melepaskan seluruh energi Grid dalam satu ledakan frekuensi terakhir. Seluruh drone meledak di udara seperti kembang api hitam. Cahaya di tubuh Ardan meredup sepenuhnya, ia pingsan di pelukan Nayara.

Seluruh Yogyakarta gelap total selama sepuluh detik, sebelum akhirnya lampu-lampu kembali menyala dengan normal. Grid telah mati. Elias telah pergi.

Pagi menyingsing di RS Bhayangkara. Ardan sudah melewati masa kritis, namun ia kehilangan seluruh akses biometriknya. Ia kembali menjadi manusia biasa, tanpa cahaya biru, tanpa kode rahasia.

Mira dinyatakan meninggal di lokasi kejadian. Basuki diamankan dalam keadaan gila, terus memanggil-manggil nama putranya yang hilang.

Nayara duduk di samping ranjang Ardan, menggenggam tangannya. Dion masuk dengan wajah yang jauh dari kata tenang.

"Nay, ada sesuatu yang harus kau lihat," bisik Dion sembari menyerahkan sebuah tablet.

Ini bukan data Grid. Ini adalah rekaman CCTV dari kamar jenazah Mira beberapa menit yang lalu.

Di layar, terlihat tubuh Mira tertutup kain putih. Namun, saat petugas medis berbalik membelakangi kamera, kain putih itu bergerak. Sesuatu keluar dari balik pori-pori kulit Mira—cahaya biru samar yang sangat kecil, membentuk simbol GRID 1.0.

Bukan Ardan yang menjadi inang baru.

Di detik terakhir, Elias tidak pergi. Dia hanya pindah. Dan dia tidak sendirian.

Suara di tablet Dion berbisik dengan nada yang jauh lebih dingin, suara Elias yang kini sudah dewasa dan dipenuhi kebencian:

"Permainan baru saja ditingkatkan, Kak Nayara. Basuki adalah kegagalan... tapi aku adalah evolusi."

Cahaya biru di tablet itu tiba-tiba menembak ke arah mata Dion, membuat pupil mata Dion berubah menjadi biru berpendar.

Dion menoleh ke arah Nayara dengan senyum yang bukan miliknya.

"Selamat pagi, Nayara. Mau melihat duniaku yang baru?"

Ardan terbangun dari tidurnya, namun saat ia menyentuh tangan Nayara, ia merasakan sengatan listrik yang hebat. Ia menatap Dion, lalu menatap telapak tangannya sendiri yang kini mulai terkelupas, menunjukkan sirkuit emas yang tumbuh dari balik dagingnya.

Ternyata, Grid bukan sekadar program. Itu adalah infeksi biologi-digital.

Siapakah Dion sekarang? Dan mampukah Nayara melawan sahabatnya sendiri ketika suaminya mulai berubah menjadi sesuatu yang lebih mengerikan dari sekadar "inang"?

Bersambung....

1
Sanda Rindani
kok jd istri tolol,
Dgweny: makasihhh sarannya kaa🙏
total 3 replies
Nindi
Namanya Mira Lestari atau Mira Adelia, thor?
Avocado Juice 🥑🥑: Semangat kak /Smile//Pray/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!