Menikah dengan pria usia matang, jauh di atas usianya bukanlah pilihan Fiona. Gadis 20 tahun tersebut mendadak harus menerima lamaran pria yang merupakan paman dari kekasihnya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketahuan
Momen yang paling Arga sukai adalah momen seperti ini, intens dengan Fiona. Meskipun tidak sampai HB, karena kondisi Fiona yang memang tidak bisa setelah habis keguguran.
Arga hanya bisa main-main saja, tapi baginya itu sudah cukup dan membuat paginya sumringah saat akan berangkat kerja.
...****************...
Sarapan sudah siap, meskipun cuma nasi goreng sederhana dan sebuah telor ceplok mata sapi. Namun, bagi Arga itu sudah nikmat sekali, apalagi makannya sambil bareng orang yang disukai.
"Aku rasa ini sedikit asin," gumam Fiona yang mencoba nasi goreng nya sendiri.
"Gak, enak kok."
Kening Fiona mengkerut, lalu mencecap lagi. Benar-benar agak asin.
"Beneran, ini asin. Udah, jangan dimakan kalau g enak." Fiona akan mengambil piring Arga. Namun langsung dicegah, Arga justru makan sampai habis.
"Ini enak. Kalau aku bilang enak, ya enak."
Fiona cuma senyum, jelas-jelas itu asin tapi katanya enak. Itu mungkin cara Arga menghargai usaha Fiona yang sudah mulai masak untuk keduanya.
...----------------...
Berangkat kerja, Arga dijemput oleh Tara. Karena pagi itu mereka akan ke kantor cabang dulu untuk audit dadakan. Biasanya wajah Arga tegas kalau mau mengaudit. Namun, sejak di dalam mobil, sampai depan kantor cabang, beberapa kali Tara melirik spion, dilihatnya sudut bibir Arga yang senyum-senyum sendiri.
(Konsultasi dengan Nona Clara apa gagal? kenapa Pak Arga yang kelihatan memiliki ganguan?)
Tara bingung melihat Arga yang full senyum pagi itu. Sampai curiga jangan-jangan mental sang bos terganggu.
Di lain sisi, Arga masih terbayang-bayang Fiona tadi malam. Malam penuh kehangatan yang tak bisa dilupakan.
...****************...
Flashback
Fiona duduk di pangkuan Arga, posisi sudah berubah, mereka sudah saling berhadapan di atas sofa. Bibir mereka saling mengunci, lalu mengikat satu sama lain.
Tidak banyak bicara, hanya aksi yang berbicara. Tangan dan bibir berkerja keras, malam itu keduanya sangat dekat, sampai tidak ada sekat dan jarak antara mereka berdua.
Tahu-tahu sudah pindah tempat, kali ini Fiona sudah dibopong ke tempat tidur Arga. Di atas hamparan kasur yang luas, Arga memanjakan wanita kecilnya itu.
Membelainya dari atas rambut sampai ujung kaki, kecuali tempat pribadi yang masih belum boleh terjamah hingga kini. Masih harus menunggu beberapa lama lagi, alhasil Arga mungkin cuma bisa main-main di luar tempat yang sangat pribadi tersebut.
Meskipun begitu, Arga sudah cukup puas. Dibantu Fiona dan kerjasama yang baik, Arga bisa mendapatkan kepuasan nya. Meninggalkanku bekas-bekas merah di leher dan bahu Fiona. Makanya tadi pagi Fiona pakai lengan panjang dan baju kera sampai leher, itu pasti untuk menutupi jejak-jejak perbuatan Arga semalam.
Kalau diingat-ingat, Arga senyum-senyum sendiri.
Flashback End
...****************...
"Pak ... Sudah sampai."
Tara menoleh begitu dia mau parkir mobil. Dilihatnya Arga memegangi bibir dan masih senyum tak jelas.
(Astaga .. Apa pak Arga mulai stress?)
"Pak!" panggil Tara.
"Hem, ya ... Saya dengar!" kata Arga lalu turun. Wajahnya yang semula full senyum, perlahan berubah tegas dan penuh wibawa. Apalagi saat bertemu dengan staf yang sudah siap sedia menyambutnya.
Dalam hal pekerjaan, dia akan bersikap profesional. Saat kinerja dibawahnya bagus, Arga tak segan memberikan apresiasi. Namun, kalau dirasa buruk, siap-siap saja akan digantikan posisinya dengan orang yang lebih kompeten.
...****************...
Saat meeting berlangsung, semuanya fokus. Namun, tiba-tiba ada suara dering ponsel. Membuat suasana ruang rapat langsung hening. Semua saling memandang, sampai akhirnya Arga berdehem dan menjawab panggilan suara tersebut. Tidak dia tolak, karena suatu kejadian langka, ketika di di luar, Fiona telpon.
"Hallo ... Om. Maaf menganggu waktunya sebentar. Barusan nenek telpon. Beliau mau berkunjung, aku juga baru tahu secara mendadak. Apa boleh aku bawa ke apartemen?"
"Boleh, bawa saja ke apartemen kita," ucap Arga.
Semua mata langsung tertuju pada Arga.
...
"Ya ... Baik. Tunggu aku pulang," ucap Arga kemudian menutup telponnya.
Para peserta rapat yang semula saling pandang-pandangan, seketika jadi berubah serius lagi.
Arga menyadari kalau semua orang tadi mendengar obrolannya, tidak ada gosip aneh-aneh, maka dia pun berdehem lalu mengundang anak buahnya untuk malam malam dan mengenalkan istri barunya yang lumayan lama disimpan beberapa bulan ini.
"Ehem ... Semuanya, akhir minggu ini, saya undang kalian untuk makan malam, sekaligus memperkenalkan istri saya."
Yang lain langsung kasak-kusuk, karena dikiranya selama ini Arga masih single. Tidak tahunya telah menikah, semua pun mengucapkan selamat dan senang bisa mendapat undangan secara khusus tersebut.
(Oh ... Sudah mau di publikasikan ... Apa hubungan keduanya semakin erat?) Tara melirik bosnya.
(Pantas ... Sejak pagi tadi auranya memancar ... Baik-baik Bos, jangan sampai kalian bersitegang lagi ... kami pasti yang akan repot)
Tara suka sekali membicarakan sang bos di belakang, walaupun membicarakan dengan dirinya sendiri.
...****************...
Apartemen
Fiona pulang lebih cepat sebelum neneknya datang, dia buru-buru memindahkan koper serta beberapa barang dari kamarnya menuju kamar Arga.
Arga juga pulang lebih awal, ia langsung membantu Fiona untuk memindahkan barang, untuk sementara ini, jangan sampai sang nenek curiga. Apalagi kesehatan sang nenek sedang bagus-bagusnya setelah terapi di dokter terbaik, berkat Arga juga, sang nenek mendapatkan pelayanan kesehatan paling bagus.
"Akhirnya selesai juga," Fiona duduk dan bersandar di sofa. Keningnya penuh keringat. Arga pun mengusapnya dengan tangannya.
"Harusnya kamu telpon mbak Art saja,' kata Arga.
"Tidak perlu, hanya sedikit barang kok."
"Rencana berapa hari beliau di sini?"
"Cuma dua atau tiga hari mungkin, tidak apa-apa kan? Kalau terganggu, aku bisa sewa tempat lain."
"Siapa bilang terganggu, nenek kamu ... Artinya nenek ku juga."
Fiona tersenyum tulus, dan Arga mengusap pipinya. Hubungan keduanya mulai membaik.
...----------------...
Fiona dan Arga sudah kembali ke apartemen lagi setelah keduanya menjemput nenek Fiona. Mereka membawa sang nenek ke apartemen milik Arga.
Nenek langsung diperlihatkan kamar untuk istirahat, mereka bertiga berbincang-bincang hangat kayaknya keluarga cemara. Sampai malam tiba, saat nenek mau istirahat dan melepaskan sendalnya, terlihat sebuah ujung kertas di bawah kaki tempat tidur. Penasaran apa itu, mungkin kertas penting, nenek pun mengambilnya.
Baru membaca beberapa detik, nenek langsung memegangi jantungnya.
BRUKK!
...----------------...
*note: 15×2😅
Ternyata tetap sajahhh sombong dan egoist 😠😠😠
anda salah Fiona akan tetap setia bagaimanapun keadaan Arga...wkwkwk