NovelToon NovelToon
Dosen LC Itu, Milikku

Dosen LC Itu, Milikku

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Dosen / Hamil di luar nikah / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Berondong
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Musoka

Niat hati ingin menghilangkan semua masalah dengan masuk ke gemerlap dunia malam, Azka Elza Argantara justru terjebak di dalam masalah yang semakin bertambah rumit dan membingungkan.

Kehilangan kesadaran membuat dirinya harus terbangun di atas ranjang yang sama dengan dosen favoritnya, Aira Velisha Mahadewi

Apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka berdua? Apakah hubungan mereka akan berubah akibat itu semua? Dan apakah mereka akan semakin bertambah dekat atau justru semakin jauh pada nantinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 1

Lampu-lampu neon berkelip liar dengan diiringi oleh dentuman bass yang begitu sangat keras, menggema ke seluruh bagian dalam sebuah ruangan tertutup yang dipenuhi oleh banyak sekali anak muda berpakaian kekinian—ada yang memakai dress bodycon, tanktop, atau sekadar kaus oversize berpadu dengan sneakers mahal.

Para pelayan mondar-mandir membawa nampan berisi gelas kaca berkilauan, sementara seorang DJ yang berada di atas panggung terus-menerus memutar musik EDM yang membuat lantai semakin bergetar.

Beberapa anak muda mengangkat botol minuman mereka ke udara, menyoraki beat yang semakin bertambah menggila sambil mulai berdansa ria.

Di dalam salah satu ruangan VVIP, terlihat sosok cowok tampan berambut Messy yang memiliki tinggi 178 cm sedang sibuk melihat isi di dalam layar handphone miliknya—mengabaikan para sahabatnya yang saat ini tengah asyik meneguk minuman beralkohol dengan ditemani oleh beberapa wanita bayaran.

Azka Elza Argantara—nama cowok itu—berdecak pelan saat membaca beberapa chat yang telah dikirimkan oleh sang mama serta sang papa di dalam group keluarga. Ia buru-buru menutup layar handphone tanpa menuliskan balasan sedikit pun, kemudian segera menarik salah satu wanita bayaran yang sedang tertawa guna melampiaskan kemarahannya.

Wanita itu refleks melebarkan mata, tetapi tidak berlangsung lama, karena dirinya sesegera mungkin naik ke atas pangkuan Azka sambil mengambil botol berisikan minuman beralkohol dari atas meja.

“Mau minum, Baby?” tanya Wanita itu dengan suara sangat lembut, menuangkan minuman beralkohol ke dalam gelas yang sedang dirinya genggam, lantas menyerahkannya kepada Azka, “Bekas aku … anggap aja ciuman secara tidak langsung.”

Azka tanpa berpikir panjang menerima gelas pemberian dari wanita itu, kemudian buru-buru meneguk isi di dalamnya hingga tidak tersisa sedikit pun. Ia mengukir senyuman samar penuh akan arti, menyerahkan kembali gelas yang telah kosong, sambil menggerakkan tangan untuk memberikan usapan lembut pada bibir wanita bayaran itu.

“Kurang enak … cepet minum pakai mulut lu ini,” perintah Azka, tangan kirinya bergerak memberikan remasan pada pantat wanita itu.

Wanita bayaran itu tersenyum tipis penuh akan godaan, menuangkan kembali minuman beralkohol ke dalam gelas bekas Azka, sebelum pada akhirnya meneguk isinya hingga tidak tersisa. Ia ingin menelan semuanya, tetapi sesegera mungkin mengurungkan niat saat tanpa aba-aba Azka menyatukan bibir mereka berdua dalam waktu sangat lama.

Azka menikmati minuman beralkohol yang berada di dalam bibir mungil milik wanita itu, sembari mengabsen setiap hal di dalam sana menggunakan lidahnya—tanpa melewatkan satu pun.

Wanita bayaran itu sempat sedikit melebarkan mata, sebelum secara perlahan-lahan mulai menikmati dan berusaha mengimbangi permainan yang telah Azka lakukan sekarang. Ia menaruh gelas dan botol alkohol di atas pangkuan, kemudian menggerakkan kedua tangan untuk memeluk leher Azka—memperdalam tautan bibir mereka berdua.

Dua jam berlalu, pintu salah satu ruangan VVIP terbuka, menampilkan sosok Azka keluar dari dalam sana dengan wajah tampannya sudah berubah menjadi sangat kusut serta mata indahnya sedikit memerah.

Azka melangkahkan kaki dengan sangat gontai menyusuri lorong menuju pintu keluar bangunan tempat dirinya berada saat ini. Ia sesekali menggerakkan kedua tangan untuk memegang dinding yang berada di sisi kanan dan kiri—berusaha menyeimbangkan tubuhnya agar tidak terjatuh di lantai bar.

Saat sedang sibuk berperang dengan kesadaran, Azka refleks menoleh ke arah kanan, ketika tiba-tiba saja mendengar suara rintihan seorang perempuan tengah meminta tolong dari arah tempat toilet berada.

Dari tempatnya berada sekarang, Azka dapat melihat sosok seorang perempuan berparas cantik sedang berusaha melepaskan diri dari genggaman pria paruh baya berbadan gemuk. Ia menyadarkan punggung ke dinding, berusaha mengumpulkan semua kesadarannya yang pelan-pelan mulai menghilang, sembari terus-menerus mendengar suara rintihan minta tolong dari perempuan itu.

Hembusan napas panjang keluar dari dalam mulut Azka, sebelum pada akhirnya dirinya mulai menegakkan badan dan pelan-pelan berjalan mendekati tempat perempuan berparas cantik itu berada sekarang.

Azka mengerutkan kening sambil mengepalkan tangan sempurna, saat melihat perempuan itu menutupi tubuh bagian atas serta bawahnya yang sudah sedikit terbuka menggunakan kedua tangan seraya terus-menerus berusaha kabur dari genggaman pria paruh baya yang ingin melecehkannya.

Begitu tiba di belakang pria paruh baya itu, Azka tanpa aba-aba dan mengatakan apa-apa segera melayangkan pukulan keras secara membabi-buta tepat di bagian kepala—membuat pria cabul itu seketika mengerang kesakitan dan refleks menjauh dari atas tubuh perempuan sasarannya.

Tanpa memberikan waktu untuk membalas, Azka menggerakkan kaki kanan guna menginjak kepala pria paruh baya itu yang saat ini sudah tergeletak di atas lantai bar, hingga mengakibatkan sosok cabul itu kehilangan kesadaran dengan darah segar mulai keluar dari dalam hidung serta kening bagian kanan.

“Stop cabul, Anjing,” ucap Azka dengan suara sangat serak, menatap sayu nan datar ke arah pria paruh baya itu, sebelum pada akhirnya berbalik badan, dan mulai melangkahkan kaki mendekati perempuan berparas cantik yang saat ini sudah merapikan kembali dress bodycon berwarna hitam miliknya dengan tubuh bergetar hebat. Ia menghentikan langkah kaki, kemudian segera berjongkok di hadapan perempuan itu untuk sekadar melihat keadaannya, “Lu nggak papa, kan?”

Perempuan berparas cantik itu hanya mampu mengangguk pelan sebagai jawaban, menatap wajah tampan Azka sambil menelan air liur dengan begitu sangat susah payah, lalu mulai menundukkan kepala—seolah dirinya sedang berusaha menyembunyikan rasa takut yang lebih besar di dalam tubuhnya.

Azka pelan-pelan mulai mengerutkan kening sempurna, kala sedikit merasa familiar dengan wajah cantik milik perempuan itu. “Ki-kita pernah ketemu sebelumnya, ya?”

Perempuan itu refleks melebarkan mata dengan tubuh semakin bergetar hebat saat tiba-tiba saja mendengar pertanyaan yang telah dilontarkan oleh Azka. Ia menggenggam erat kedua tangan di atas pangkuan, menggigit bibir bawahnya cukup kencang sembari mulai menggeleng-gelengkan kepala pelan sebagai jawaban.

Melihat anggukan kepala itu, Azka semakin mengerutkan keningnya—lantaran benar-benar merasa begitu sangat familiar dengan wajah perempuan yang barusan dirinya tolong ini. Ia ingin kembali melontarkan pertanyaan, tetapi sesegera mungkin mengurungkan niat saat tiba-tiba saja dirinya mulai kehilangan kesadaran.

Azka menjatuhkan tubuh ke arah depan, kepalanya jatuh tepat di atas pangkuan perempuan berparas cantik itu, membuat semua kesadarannya yang masih tersisa sekitar menghilang sepenuhnya.

Perempuan itu spontan melebarkan mata sempurna saat melihat Azka kehilangan kesadaran di atas pangkuannya. Ia secara perlahan-lahan mulai menggerakkan kedua tangan, memberikan tepukan pelan pada pipi bagian kanan serta lengan Azka—berusaha untuk membangunkannya.

“Az-Azka … bangun … kenapa malah pingsan di sini, sih,” gumam perempuan itu, terus-menerus berusaha membangunkan Azka sambil kembali menggigit bibir bawahnya.

Beberapa menit berlalu, Azka tidak kunjung juga bangun, membuat perempuan berparas cantik itu menghentikan aktivitasnya, lantas mengangkat kepala untuk melihat ke arah sekelilingnya—berusaha mencari seseorang yang dapat dimintai pertolongan.

“Kenapa area sini selalu sepi, sih? Padahal ini salah satu jalan buat keluar … tapi jarang banget orang yang lewat sini. Kalau kayak gini, aku harus apa? Nggak mungkin aku ninggalin dia sendirian … apalagi dia udah nolongin aku,” batin perempuan itu, mengalihkan pandangan ke arah pria paruh baya yang sudah tergeletak tak berdaya di depan sana, sebelum kembali menatap wajah tampan Azka di atas pangkuannya, “Mau nggak mau … aku harus nyoba sendiri … semoga aja kuat.”

Setelah berperang dengan pikirannya sendiri, perempuan berparas cantik itu pada akhirnya mulai bangun dari tempat duduknya, sembari berusaha memapah tubuh kekar milik Azka. Entah berapa lama dirinya berusaha, hingga pada akhirnya berhasil dan mulai melangkahkan kaki secara perlahan-lahan serta penuh kehati-hatian menuju pintu keluar bar.

To be continued :)

1
Aulia Shafa
alurnya terlalu lama kak , maaaaaafff🙏
Aulia Shafa
kenapa sosok azka ini terlalu friendly banget sih , apa gak ada rasa tanggung jawab sedikitpun atas semua perbuatanmu itu 🤬🤬🤬🤬🤬
Aulia Shafa
kapan azka sama aira satu cerita lagi👍👍👍👍
Musoka: Nanti, ya 🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!