CEO dingin Ardan Hidayat harus bertunangan dalam tiga bulan demi warisan. Ia memilih Risa Dewi, gadis keras kepala yang baru saja menghancurkan kuenya, untuk kontrak pertunangan palsu tanpa cinta. Tapi saat mereka hidup bersama, rahasia keluarga Risa sebagai Pewaris Tersembunyi keluarga rival mulai terkuak. Bisakah kepura-puraan mereka menjadi kenyataan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ᴛʜᴇ ꜱᴀᴅɪᴇ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membangun Pondasi dan Mata-Mata Baru
Kehidupan Ardan dan Risa setelah Epilog memasuki fase baru yang harmonis, tetapi tidak pernah membosankan. Lima tahun setelah pernikahan, putra mereka, Ardan Junior (Ardi), kini berusia dua tahun, mengisi penthouse dengan tawa dan kekacauan yang disambut baik oleh kedua orang tuanya. Risa, sebagai Direktur Eksekutif CSR, telah menancapkan namanya dalam kancah bisnis, dihormati karena kecerdasan dan integritasnya.
Namun, di puncak kejayaan, ancaman baru selalu mengintai.
Bayangan dari Timur
Ekspansi Hidayat Group ke pasar energi bersih di Asia Tenggara menarik perhatian para raksasa. Salah satu yang paling agresif adalah Klan Jin, konglomerat rahasia dari Korea Selatan dan Tiongkok yang dikenal karena praktik bisnisnya yang kejam dan tak terduga.
Ardan tengah mempersiapkan penandatanganan kesepakatan bernilai miliaran untuk proyek tenaga surya terbesar di Indonesia. Kesepakatan ini akan menjadikan Hidayat Group pemimpin industri energi di Asia.
"Mereka mengawasi kita, Risa," kata Ardan suatu malam, saat mereka melihat peta strategis di ruang kerjanya. "Klan Jin telah mencoba menyabotase negosiasi kita di Vietnam, dan mereka pasti akan menyerang kesepakatan Indonesia."
"Serangan seperti apa? Perang harga?" tanya Risa.
"Lebih dari itu. Mereka akan mencari kelemahan. Kelemahan pribadi, atau celah keamanan dalam perusahaan," jawab Ardan, memeluk Risa dari belakang. "Aku bisa menghadapi musuh yang menyerang perusahaan, tapi aku tidak bisa membiarkan mereka menyentuhmu atau Ardi."
Risa merasa ketakutan familier itu muncul lagi, tetapi kini ia merasakannya sebagai mitra, bukan korban. "Kita harus memperkuat pertahanan. Terutama di Divisi CSR, Ardan. Itu adalah bagian yang paling rentan terhadap serangan citra."
Mata-Mata yang Tak Terduga
Beberapa minggu kemudian, Risa menyewa konsultan baru untuk membantu mengelola anggaran Divisi CSR yang semakin kompleks. Konsultan itu bernama Reza, seorang pria muda, tampan, dan brilian dengan gelar dari universitas bergengsi di AS. Reza segera mendapatkan kepercayaan Risa dengan ide-ide inovatifnya tentang pendanaan berkelanjutan.
Reza menunjukkan efisiensi yang luar biasa, seringkali bekerja lembur, dan membuat Risa merasa bahwa ia akhirnya menemukan orang yang benar-benar bisa ia andalkan.
Namun, Ardan tidak senang.
"Aku tidak suka pria itu," kata Ardan saat mereka berada di rumah. "Dia terlalu cepat. Terlalu sempurna."
"Anda hanya cemburu, Ardan," goda Risa, tersenyum. "Dia efisien dan dia bekerja untuk Proyek Panti Jompo. Dia membantu saya meringankan beban Anda."
"Ini bukan kecemburuan. Ini insting bisnis," Ardan bersikeras. "Aku akan memintanya diselidiki."
Risa menghela napas. "Ardan, Anda tidak bisa mencurigai setiap orang yang bekerja dengan saya hanya karena mereka cerdas. Dia adalah kunci untuk kesepakatan besar kita dengan LSM asing."
Meskipun Risa membela Reza, rasa penasaran Ardan mendorongnya untuk meminta tim keamanannya menyelidiki latar belakang Reza secara mendalam.
Laporan itu kembali beberapa hari kemudian. Ardan membawanya langsung ke penthouse. Wajahnya tegang.
"Kau benar, Risa. Aku salah. Dia memang brilian," kata Ardan, melemparkan dokumen itu ke meja. "Tapi kau juga benar. Dia adalah mata-mata."
Risa terkejut, mengambil dokumen itu dengan tangan gemetar. Di sana tertera foto Reza, diikuti oleh riwayat pribadinya.
"Reza K. Dinata. Lulusan MIT. Sejak tiga tahun lalu, secara rahasia menjadi petugas intelijen ekonomi yang disewa oleh Klan Jin."
Tujuan Reza: mendapatkan akses ke seluruh struktur keuangan Hidayat Group melalui Divisi CSR Risa, yang memiliki celah keamanan lebih besar daripada divisi inti bisnis. Risa merasa bodoh karena memercayainya. Ia telah membawa musuh langsung ke dalam jantung perusahaan dan, yang lebih buruk, ke dalam lingkaran kepercayaannya.
"Dia ada di sini untuk membocorkan strategi energi bersih kita ke Klan Jin sebelum kita menandatangani kesepakatan," Ardan menyimpulkan. "Kita harus menyingkirkannya. Tapi kita akan melakukannya dengan cara kita."
"Tidak," kata Risa, matanya menyala dengan tekad. "Kita tidak menyingkirkannya. Kita memberinya informasi yang salah. Kita memberinya perangkap. Aku yang membawanya masuk. Aku yang akan menjebaknya."
Risa, yang telah belajar seni manipulasi dari pengalaman pahitnya sendiri, kini siap menggunakan keahliannya untuk melindungi keluarganya. Ini adalah pertempuran pertama Ardan dan Risa melawan ancaman global, dan mereka harus bergerak cepat.