Seorang gadis bernama Anantari yang bercita-cita dirinya menjadi seorang ratu istana kerajaan. Perjuangan menjadi ratu kerajaan tidaklah mudah. Ketika ia ingin mewujudkan mimpi sebagai seorang ratu—terlalu banyak sekali hal yang harus ia hadapi, halangan-demi halangan terus menghampiri.
Namun ia adalah seorang gadis yang hebat. Dan tidak pernah menyerah akan mimpinya. Itu semua ia jadikan petualangan, sebuah petulangan yang panjang yang penuh lika-liku, dan Anantari selalu menjalani petualangannya menjadi seorang ratu dengan sangat riang gembira. Walaupun tidak mudah Anantari mencoba tidak menyerah, sampai mimpi menjadi seorang ratu terwujud.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikhlas M, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Seorang gadis yang sedang berteduh di bawah pohon rindang. Ia telah menyelesaikan sebuah latihan bela diri.
Dia adalah Anantari, seorang gadis yang bercita-cita ingin menjadi seorang ratu. Dia meminum air dari kendi (Botol minuman pada zaman dahulu). Dia begitu kehausan pada hari itu. Ketika dia hendak selesai meminum air tersebut, seseorang menghampirinya.
"Hei Anantari, kamu sedang sibuk tidak? Itu ibu dan bibi sedang memasak di dapur. Mereka hendak akan membuat jamuan untuk para tamu di istana kerajaan. Aku dengar mereka akan kesini, mencari seseorang para calon prajurit untuk istana kerajaan." Gumamnya kepada Anantari.
Dia adalah kakak dari Anantari. Dia bernama Laksmi, dia berusia sekitar 22 tahun. Tidak jauh berbeda dengan Anantari yang berusianya sekitar 20 tahun.
"Menjadi prajurit di istana? Apa kamu benar-benar serius?" Tanya Anantari.
"Iya benar. Aku tidak sedang becanda. Sudah lah aku mau pergi ke hutan sekarang, aku ingin mencari kayu bakar. Kamu langsung saja ya kesana ke dapur, bantu ibumu dan bibimu. Jika nanti aku selesai mencari kayu bakar, aku akan membantu memasak."
"Baiklah aku akan pergi kesana untuk membantu." Sahut Anantari kepada Laksmi (kakaknya).
Lalu mereka berdua mulai meninggalkan tempat itu. Laksmi yang hendak mencari kayu bakar, dan adiknya Anantari bergegas untuk membantu ibunya memasak.
...----------------...
"Raja sekarang begitu muda ya, dia sangat berwibawa juga sangat gagah. Aku pikir jika aku menjadi istrinya aku bisa bersamanya di singgasana.
Tidak apa jadi istri kedua, atau ketiganya. Yang terpenting aku bisa hidup bersamanya." Itu adalah bibinya Anantari dia bernama Candramaya. Dia berusia sekitar 25 tahun. Dia terlalu sulit untuk mendapatkan seorang kekasih.
Karena ketika dia memilih seorang pasangan terlalu rumit dan berbelit. Harus pria yang benar-benar sempurna yang menurutnya layak menjadi pendampingnya.
"Halah kamu berkhayal terlalu tinggi, sudah kamu menjalin hubungan saja dengan Jajang tetangga sebelah, aku rasa dia cukup dekat. Kamu bisa bertemu setiap hari dengannya. Hahaha" Sahut teman bibinya yang sering becanda. Dia bernama Keiko, dia begitu riang gembira. Senang bercanda dan membuat suasana menjadi ramai.
"Jajang? Si berambut keriting itu? Ah tidak mau. Aku pikir dia kutuan." Sahut Candramaya sambil kesal kepada Keiko.
"Tidak apa. Kan kalian rumahnya berdekatan, bisa bertemu setiap hari, Haha." Jawab Keiko sambil tertawa.
"Tidak mau, nanti kutunya loncat lagi ke kepalaku." Sahut Candramaya dengan sedikit cemberut.
Lalu Ibunya Anantari, dan Anantari serta Keiko (temannya bibi Candramaya). Mereka bertiga riang gembira sambil memasak jamuan untuk raja.
Suasana menjadi hangat, riang juga gembira. Mereka tertawa bersama.
Keiko senang menghibur orang-orang. Membuat orang-orang tertawa adalah hobinya.
...----------------...
Hari itu adalah acara penyambutan raja dan ratu istana.
Orang-orang pedesaan antusias menyambutnya dengan sopan dan santun, para tamu istimewa dari istana tersebut. Orang-orang menundukkan kepala dan bagi pria membungkukkan badan dan kepala kepada sang raja dan ratu.
“Selamat datang para tamu kerajaan, yang mulia baginda raja dan ratu istana. Kami sangat senang ketika raja dan ratu datang ke desa kami.” Sambutan salah satu warga desa.
“Wah itu sang raja! Pangeran istana gagah sekali. Jantungku berdebar saat melihatnya!” Seru Candramaya.
Mereka sangat menyambut riang gembira para tamu undangan istana kerajaan. Pemimpin mereka selain gagah, berwibawa juga adalah seorang pemimpin yang baik dan bijaksana.
Dan negara mereka makmur di pimpin sang raja. Dan dia (Raja) sangat menindak keras, mengecam segala ketidakbenaran—terhadap rakyat, maupun para petinggi di istana.
Dengan gagah raja mereka lalu berpidato.
“Rakyat-rakyatku yang sangat sekali aku cintai. Kedatang kami ke sini hendak ingin memberi tahu kalian warga desa yang aku cintai.
Ada sebuah sayembara yang akan kami laksanakan di istana. Untuk pemilihan prajurit di istana. Namun sebelum itu kalian harus mengabdi pada tanah kerajaan. kalian harus cinta terhadap saudara-saudara kalian. Aku sangat membutuhkan orang-orang yang yang kuat, cerdas dan juga berani.
Aku harap kalian datang nanti. Aku sangat senang jika kalian ingin mengabdi.” Raja menutup pidato.
“Wah ada sayembara di istana kerajaan, sepertinya menarik nih! Aku hendak ajak temanku saja Esa (temannya Anantari).” Batin Anantari.
Selesai pidato sang raja, orang-orang di desa lalu hendak memberi jamuan kepada sang raja. Para tamu di istana sangat menyambut riang. Dan Anantari langsung bergegas menemui Esa sahabatnya. Dia mengajaknya berlatih bersama, Anantari ingin ikut serta ke dalam sayembara tersebut.
Jika dia mengikuti sayembara tersebut mimpinya menjadi seorang ratu akan segera terwujud. Dan inilah awal dari petualangan Anantari.
Lalu Esa dan Anantari bertemu di sebuah danau. Tempat mereka selalu berlatih hampir setiap sore. Dan danau itu menyimpan seribu kenangan untuk Esa dan Anantari.
“Esa kamu tahu gak? Ada sayembara menjadi seorang prajurit di istana. Apakah kamu tertarik mengikuti sayembara tersebut, aku harap kamu ikut dan aku pun juga akan ikut serta.” Harapnya kepada Esa.
Esa mengangguk. “Ya, aku tahu kabar itu dari kakaku Wibawa. Dia hendak menemui ku selepas dia menyambut tamu undangan di istana. Dan kakaku hendak menyuruhku untuk ikut dan menjadi prajurit istana.
Kakakku berharap, aku bisa menjadi prajurit hebat suatu saat nanti yang selalu menolong orang-orang. Dan saling membantu di medan pertempuran.” Gumamnya kepada Anantari.
Anantari mengangguk. Dia merasa Esa juga sama dengannya ingin menjadi orang yang berguna di masa depan nanti. Lalu mereka berdua sepakat akan mengikuti saimbara di istana kerajaan nanti.
Sore itu di pinggiran danau hijau seribu kenangan. Mereka berlatih bersama.
Anantari lari kepada Esa hendak akan memukulnya. Dia begitu serius latihan. Juga Esa mengelak, menghindari serangan Anantari. Dan Anantari menggunakan jurus kecepatan pamungkasnya. Dalam hitungan detik Anantari bisa berada di pinggir Esa. Juga Esa tidak kalah cepat dia terus menghindari serangan.
“Esa kenapa kamu hanya terus menghindari seranganku? Apa kamu tidak mencoba melawan aku?” Tanya Anantari.
Seketika Esa berada di pinggirnya.
Sangat cepat, sehingga ketika Anantari berkedip. Tangan Esa hendak berada di leher Anantari, dia mengunci Anantari dalam hitungan detik. “Pertandingan selesai, aku menang!” Seru Esa.
“Ya Esa, kamu sangat jahat. Mengapa kamu tak memberiku menang kali ini. Hanya lima kali pertandingan aku telah mengalahkanmu hanya dua kali. Dan kamu mengalahkanku tiga kali. Ini sangat tidak adil.” Gerutu Anantari kepada Esa. Esa tertawa mendengar keluhan Anantari.
“Kamu sangat lucu Anantari hingga burung-burung yang berlalu lalang menengok kemari ketika kamu mencemooh ku.” Lalu Anantari mengejar Esa. Dan mencubit telinganya.
“Kamu ya bisa saja Esa.” Dan hari sudah mulai petang. Senja mulai menguning lalu Anantari mengajak Esa pulang karena dia pikir waktunya berlatih telah usai. Mereka pulang bersama sore itu.