Mantan pembunuh bayaran jadi pengasuh 4 anak mafia?
Selena Dakota, mantan pembunuh bayaran, mencoba mengubur masa lalunya dengan bekerja sebagai babysitter. Tapi pekerjaan barunya justru membawanya ke mansion Charlie Bellucci — mafia bengis yang disegani, sekaligus ayah angkat dari empat anak dengan luka masa lalu yang kelam.
Di balik peran barunya sebagai pengasuh, Selena harus berjuang menyembunyikan identitasnya. Namun semakin lama ia tinggal, semakin kuat tarikan gelap yang menyeretnya: intrik mafia, rahasia berdarah, hingga hubungan berbahaya dengan Charlie sendiri. Selena terjebak dalam dunia di mana cinta bisa sama mematikannya dengan peluru.
Bisakah Selena melindungi anak-anak itu tanpa mengorbankan dirinya… atau ia justru akan tenggelam dalam romansa terlarang dan permainan maut yang bisa menghancurkan mereka semua?
“Lakukan apa saja di sini, tapi jangan libatkan polisi.” Tegas Charlie Bellucci.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MMF — BAB 01
MELAMAR PEKERJAAN BARU
Virginia, USA — Midnight
Langkah ringan dari sepasang kaki wanita yang berbalut sepatu pantofel hitam, mengeluarkan bunyi ketukan pelan dan menggema di seisi gudang kosong. Sambil berjalan, ia membawa sebuah kepala manusia dari pria tua konglomerat bernama Danzel Jaitly, lalu membuangnya santai di tong sampah dan membakarnya saat itu juga.
[“Jangan hubungi aku lagi. Ini sudah selesai seperti yang kau mau.”] Kata wanita cantik berambut pendek hitam yang nampak berlumuran darah bak monster dingin yang haus darah.
[“Itu sudah lebih dari cukup, Mrs Seda.”] Balas seseorang dari balik ponselnya.
Wanita itu segera mematikan panggilan tadi, menoleh dan menatap sekilas ke kobaran api yang membakar habis kepala targetnya. Senyuman terukir di bibir tipisnya saat dia melangkah menjauh dan pergi dari gudang tersebut, barulah sebuah ledakan terjadi di sana. Duarrrr!!!
Semuanya terbakar dan bukti hilang dalam sekejap. Siapa lagi pelakunya jika bukan Selena Dakota, si pembunuh bayaran berdarah dingin yang tak pernah gagal dalam misi menghabisi seseorang.
Selena memejamkan mata saat dia masuk ke mobil dan duduk diam seraya memegang kemudi. Hingga kelegaan terukir di wajah dan bibirnya yang tersenyum lebar. “Saatnya mengakhiri semuanya dan hidup normal, Dakota!” gumamnya dengan tak sabaran hingga ia tak segan menyalakan musik lewat radio. Melaju melewati keheningan di malam hari.
.
.
.
Washington DC, USA — 3 Tahun Kemudian
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan di pintu yang sangat besar dan elegan. Halaman yang luas serta gerbang hitam yang hampir menutupi keindahan ruang mewah itu. Jangan lupakan tulisan yang tertera di bata berlapis keramik hitam— Bellucci Mansion.
Cklek!
Saat pintu terbuka, seorang wanita tua dengan pakaian kepala pelayan serba hitam dan bandana, kini tengah menatap penuh tanya dan sedikit tegas. “Who are you? (Kamu siapa)?”
“Hai! My name is Selena Dakota! Aku baru di kota ini dan aku ingin melamar pekerjaan sesuai yang tertulis di web, Bellucci! Aku ingin bertemu dengan Mr. Charlie!” jelas wanita cantik berambut panjang yang tergelung rendah.
Senyuman Selena terukir manis dan ramah. Oh tentu, dia sudah berhenti menjadi seorang pembunuh bayaran 3 tahun lalu, dan kini dia ingin pekerjaan yang normal. Jadi jangan diungkit okay!
“Sayang sekali Nona. Mr. Charlie sedang tidak ada di rumah, kau bisa datang besok dan kirim pesan untuk janji temu.” Jelas pelayan tua itu dengan tatapan sinis dan kepala yang tak pernah menunduk selain ke tuannya, Charlie Bellucci.
“Aku akan menunggunya!” balas Selena yang masih tersenyum lebar.
“Perlu waktu berjam-jam untuk menunggunya pulang. Tuan Charlie akan kembali malam hari.”
“Aku akan menunggunya dengan sabar!”
Sungguh, Nora si kepala pelayan itu menatap penuh keheranan akan sosok wanita keras kepala yang baru dia temui. Ia menarik napas panjang dan menghela pasrah. “Masuklah dan duduk. Pelayan akan datang membawakan minum untukmu. Semoga kau tidak bosan di sini.” Kata Nora yang sedikit ketus.
“Thank you!”
“Dan berhentilah tersenyum.”
Senyuman Selena hilang seketika, saat wanita tua tadi menyindirnya untuk tidak terlalu tersenyum. Hingga Nora pergi meninggalkannya sendirian di ruang tamu yang cukup luas dan besar dengan dekorasi elegan serba hitam dan putih.
Tentu, Selena tak berhenti mengamati tempat tersebut secara menyeluruh, sampai pelayan muda datang mengantar minumannya. “Terima kasih!” ucapnya yang hanya dibalas senyum tipis.
Berjam-jam Selena menunggu dengan sabar, namun tetap saja tidak ada tanda-tanda seseorang datang melewati pintu masuk. Setelah minuman banyak, ia tertidur. Ya! Selena tertidur, bersandar dan mendongak dengan mulut terbuka dan dengkuran kecil.
“Dasar keras kepala.” Gumam Nora terheran-heran dan memilih pergi.
Sementara di sofa ruang tamu, Selena masih tidur nyenyak sampai perlahan dia membuka kelopak matanya saat samar-samar dia mendengar suara kecil dari seorang gadis rambut coklat yang dikepang ke bahu kanan.
“Wake up! (bangun)!” ucap gadis kecil berusia 5 tahun yang kini berdiri di belakang sofa, menatap wajah cantik Selena yang duduk dengan kepala mendongak hampir ke belakang.
Gadis itu mengetuk-ngetuk dahi Selena sampai wanita itu terbangun gelagapan dengan kepala sedikit pusing. “Sshhh oh, no... ”
“Seharusnya jangan tidur seperti itu, kepalamu akan sakit.” Kata gadis kecil yang mengenakan dress biru cantik.
Selena menatap penuh tanya ke anak itu. “Aku ketiduran. Who are you? (Kau siapa)?”
“Alma! Aku tinggal di sini.” Kata anak itu yang duduk di meja menghadap ke Selena. “Who are you?” tanya balik anak itu yang membuat Selena membenarkan pakaian serta rambutnya yang sedikit berantakan.
“Namaku Selena! Aku datang ingin bertemu dengan Mr. Charlie!”
“Sebaiknya jangan temui dia. Atau kau akan menyesal nanti.”
“Kenapa? Apa dia menakutkan seperti monster berwajah hijau??!” kata Selena dengan candaan kecil yang membuat Alma terkekeh kecil dan menggeleng.
“Dia lebih dari monster.”
Selena mengangguk-anggukkan kepalanya, memperhatikan gadis cantik di depannya itu yang masih duduk di atas meja. “Apa kau tahu, duduk di atas meja tidak baik untuk anak kecil.”
“Di sini tidak ada aturan seperti itu. Di sini semuanya bebas kecuali jangan melibatkan polisi.” Jelas Alma benar-benar berkata apa adanya.
Tentu, Selena berkernyit heran akan aturan seperti itu.
“Siapa yang mengatakan nya?”
“Mr. Charlie!” jawab anak itu yang seketika menoleh saat mendengar suara mesin mobil. Senyuman lebar saat ia menatap ke Selena seraya melambai. “Aku pergi dulu ya, dah!!”
Itu mengejutkan, namun membuat Selena tak habis pikir akan peraturan yang anak itu katakan.
Saat melihat ke arah pintu. Seorang pria dewasa berjalan santai dengan kaos putih, jaket hitam yang dilempar ke arah pelayan dan sebuah pisau lipat yang ia mainkan di tangan, sungguh membuat Selena tak berhenti memperhatikannya.
“Ambilkan aku minuman.” Pinta pria tadi yang hanya berjalan melengos melewati Selena.
Dan tak lama, seorang gadis cantik berambut panjang nan lurus warna pirang, baru saja masuk dengan pakaian yang jauh dari kata sopan.
“Mereka kakakku!” kata Alma yang sudah berdiri di atas sofa dan berbisik tepat di telinga kiri Selena yang pastinya mengejutkan si mantan pembunuh bayaran itu.
“Oh, okay... sangat mengejutkan!” kata Selena tersenyum kecil dan tak tahu harus berkata apa lagi setelah melihat orang-orang yang ada di dalam ruang besar itu seraya berkernyit kening.
Sudahlah banyak pelayan dan penjaga yang sangar, entah Selena tak tahu dia ada di mana dan masuk ke dunia apa. Yang pasti, dia tak mau masuk lagi ke dunia yang gelap dan penuh darah.
.
.
.
Menjelang malam, Selena masih menunggu di tempatnya, dari atas terlihat tiga orang tengah mengintai Selena.
“Apa dia kiriman Charlie?” tanya si wanita cantik bernama Clara Bellucci (18th) yang kini menoleh sekilas ke kakak laki-lakinya, pria bernama Damian Bellucci (22th) si pria yang membawa pisau tadi.
Dia hanya diam menatap tajam ke arah Selena seraya mengunyah permen karet.
“Dia datang untuk menjadi pengasuh kita. Charlie membuka lowongan pengasuh di web, dan dia datang untuk itu.” Jelas anak laki-laki bernama Miles Bellucci (11th) yang cukup mengejutkan.
“Apa? Pengasuh? Yang benar saja, apa Charlie pikir aku masih anak-anak. Okay, jika Alma, aku memakluminya, tapi aku??” gadis itu menatap malas dan kesal akan ayah angkatnya yang sialan itu.
“Kalau begitu, kita buat saja dia tersiksa di sini.” Kata Damian yang masih menatap ke Selena dan menyeringai kecil.
...^^^°°°^^^...
Hai Guyssss!!!! Aku kembali dengan cerita baru bertema Mafia. Tapi kali ini lebih Badas dan ada taburan manisnya 🤭 okay!!! Semoga kalian suka dengan cerita kali ini dan tidak bosan bertemu denganku hihihi 😁
Jangan lupa tinggalkan jejak semangatnya seperti biasa untuk menambah semangat para penulis, oke!!!!!
Thanks and See Ya ^^