NovelToon NovelToon
Sampai Cinta Menjawab

Sampai Cinta Menjawab

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Penyesalan Suami / Percintaan Konglomerat / Nikah Kontrak
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: BYNK

Demi kabur dari perjodohan absurd yang dipaksakan oleh ayahnya, Azelia Nayara Putri Harrison nekat meminta bantuan dari seorang pria asing yang ditemuinya secara tidak sengaja di jalan.

Namun pria itu bukanlah orang biasa—Zevian Aldric Rayford Steel, pewaris utama keluarga Steel; sosok yang dingin, ambisius, arogan, dan… anehnya, terlalu cepat jatuh hati pada wanita asing yang baru ditemuinya.

Saat Zevian menawarkan pernikahan sebagai jalan keluar dari imbalan yang dia minta, Nayara menyetujuinya, dengan satu syarat: pernikahan kontrak selama 2400 jam.
Jika dalam waktu itu Zevian gagal membuat Nayara percaya pada cinta, maka semuanya harus berakhir.

Namun bagaimana jika justru cinta perlahan menjawab di tengah permainan waktu yang mereka ciptakan sendiri? Apakah Zevian akan berhasil sebelum kontrak pernikahan ini berakhir?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BYNK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22: Fitting gaun pengantin

Mobil hitam mewah itu meluncur tenang meninggalkan gerbang utama, membawa tiga orang penumpang di dalamnya. Sopir pribadi keluarga Steel duduk fokus di depan, sementara di kursi belakang, Dira duduk di tengah, diapit oleh Nayara dan Zevian di sisi masing-masing.

Tidak banyak suara terdengar sepanjang perjalanan awal. Hanya denting halus dari lonceng kecil yang tergantung di kaca spion depan serta dengung lembut AC mobil. Nayara menatap ke luar jendela, memperhatikan pohon-pohon dan gedung tinggi yang mereka lewati satu per satu. Ekspresinya tenang, tapi pikirannya masih terjebak pada insiden pagi tadi.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Dira pelan, menyentuh punggung tangan calon menantunya itu. Nayara menoleh singkat dan mengangguk.

"Aku baik-baik saja, Mom. Terima kasih." Ujar Nayara.

Zevian hanya melirik dari sisi kanannya. Ia tidak mengatakan apapun, tapi sorot matanya yang terus mengawasi Nayara dari ujung mata jelas menunjukkan perhatiannya. Tangannya sempat ingin bergerak untuk menyentuh tangan Nayara, namun ia urungkan.

Mobil mulai memasuki kawasan elite kota. Jalanan lebar dan rapi mengantarkan mereka menuju sebuah butik mewah yang berdiri megah di sudut area perbelanjaan privat. Bangunannya menjulang dengan arsitektur klasik Eropa, pilar tinggi dan pintu kayu besar dengan ukiran indah menyambut siapa saja yang datang. Di depan butik, karpet merah telah digelar, seperti menyambut tamu kehormatan.

Sopir membuka pintu mobil dengan sopan. Dira turun lebih dulu, disusul oleh Nayara dan Zevian. Mata para staf butik langsung tertuju pada mereka, sebagian sudah bersiap di pintu masuk dengan senyum ramah.

"Selamat datang, Nyonya Steel. Kami sudah menunggu," sapa salah satu manajer butik dengan nada sopan.

"Terima kasih. Kami akan melihat beberapa koleksi hari ini." Balas Dira mengangguk anggun.

Nayara melangkah pelan di sisi Dira, sedangkan Zevian dengan langkah tenang menyejajarkan diri. Meski diam, kehadirannya seolah menjadi penjaga sekaligus pendukung bagi Nayara yang hari itu tampak lebih pendiam dari biasanya.

Butik megah itu menanti untuk dijelajahi—dan hari itu, adalah awal dari persiapan yang akan menjadi saksi ikatan dua nama besar: Steel dan Harrison.

Begitu mereka masuk ke dalam butik, udara dingin dengan aroma lembut white tea menyambut mereka. Langit-langit tinggi dengan chandelier kristal menggantung megah di tengah ruangan, sementara rak-rak khusus berisi gaun-gaun eksklusif tertata rapi di sepanjang dinding. Suasana ruangan itu tenang tapi berkelas, dengan pelayanan bak istana.

“Selamat datang kembali, Nyonya Steel,” ucap seorang wanita elegan dengan drees merah bata, berjalan mendekat sambil tersenyum anggun. “Tuan muda Steel, dan tentu saja, calon pengantin kita—selamat datang, Nona Nayara.” lanjut nya dengan senyum tenang sedikit menunduk sopan.

“Terima kasih, Clara, hari ini kami ingin melihat koleksi terbaru untuk pernikahan Nayara dan Zevian. Apakah semuanya sudah siap?” jawab Dira ramah.

“Tentu saja. Kami sudah menyiapkan lima rancangan khusus sesuai permintaan Nyonya—semuanya potongan eksklusif dari koleksi The Royal Dream. Saya pribadi yang akan mendampingi sesi fitting hari ini,” ujar Clara, sang desainer utama butik, yang dikenal sebagai salah satu perancang gaun pengantin paling dicari di Indonesia.

“Silakan masuk ke ruang fitting utama. Kami telah menyiapkan teh bunga markisa dan beberapa pastry ringan,” lanjut Clara.

Mereka berjalan mengikuti Clara ke ruangan eksklusif di bagian belakang butik, di mana tirai putih besar dan cermin setinggi dinding memenuhi sisi ruangan. Beberapa pegawai sudah menunggu, masing-masing membawa gaun dalam kantong pelindung satin.

“Baik, Nona Nayara, ini adalah gaun Ravena, terinspirasi dari sentuhan kerajaan Italia abad ke-18. Material utamanya adalah tulle Perancis dengan lapisan dalam dari sutra murni. Bagian bustier kami bordir tangan dengan benang emas 24 karat—detail ini memerlukan waktu hampir dua bulan untuk diselesaikan.” kata Clara sambil membuka satu kantong pertama. Dira mengangguk dengan senyum puas.

“Indah sekali, Clara. Tapi apakah potongannya tidak terlalu ketat di bagian dada? Saya tidak ingin terlihat terlalu vulgar. Nayara juga bukan tipe yang suka menunjukkan lekuk tubuh.” ujar Dira yang membuat Zevian tiba-tiba menimpali dengan nada pelan, tapi cukup jelas.

“Lebih baik cari yang elegan dan sederhana, tapi tetap menonjolkan karakter Nayara. Saya ingin gaun itu menunjukkan siapa dia, bukan hanya kelihatan mahal.” ujar Zevian yang membuat Clara tersenyum mengerti.

“Tentu, Tuan Zevian. Saya juga menyiapkan satu desain yang lebih konservatif namun tetap memukau. Mungkin Nona Nayara bisa mencoba dua gaun terlebih dahulu, lalu kita diskusikan bersama mana yang lebih sesuai.” ujar nya yang membuat Nayara hanya mengangguk kecil. Seorang asisten butik segera membawanya ke bilik ganti. Sementara itu, Dira memanfaatkan waktu untuk mendekati Clara dan menanyakan detail lainnya.

“Bagaimana dengan veil dan aksesori kepala? Saya tidak ingin yang terlalu ramai. Jangan ada batuan besar atau warna mencolok.” ujar Dira lagi.

“Kami menyiapkan dua opsi veil panjang, satu dengan bordir renda tipis dari Belgia, satu lagi dengan motif bunga halus dari tangan desainer Jepang. Semuanya dibuat khusus untuk Nona Nayara. Tidak ada ornamen mencolok—hanya keanggunan murni.” jelas nya yang langsung membuat Zevian menyisipkan komentar sambil menyilangkan tangan.

“Pastikan juga Nayara nyaman. Dia tidak akan tahan jika harus berdiri terlalu lama hanya karena berat gaun.”pinta nya yang membuat Clara mengangguk.

“Sudah kami pertimbangkan, gaun ini dirancang dengan teknologi ringan yang membuatnya jatuh sempurna tanpa membuat pengantin merasa sesak.” jelas Clara tenang.

Sembari menunggu Nayara berganti pakaian yang mana memakan waktu cukup lama, Clara sibuk menjelaskan siluet dan karakter tiap gaun kepada Dira, yang menyimak dengan penuh perhatian. Zevian hanya duduk diam memainkan ponselnya , sementara salah satu asisten menghampirinya untuk menawarkan pilihan setelan jas formal yang mungkin bisa dipadukan nanti.

Tak lama kemudian, Nayara keluar dari ruang ganti dengan mengenakan gaun pertama. Semua mata tertuju padanya. Dira berdiri spontan.

“Ya Tuhan... kamu cantik sekali, Sayang,” ucapnya penuh kagum.

Zevian menatap tanpa berkedip. Bahkan diamnya adalah pujian yang tersirat. Clara menghampiri dan memperbaiki sedikit lipatan bagian belakang.

“Coba kamu berjalan sedikit ke depan, lalu putar perlahan. Kami ingin lihat jatuhnya kain di setiap gerakan.” pinta Dira yang membuat Nayara langsung menuruti, meski wajahnya hanya datar seolah tidak terlalu tertarik dengan semua ini. Jelas karena bagaimanapun pernikahan ini bukan karena keinginan nya sendiri. Tapi dia tetap memberikan senyum tipis agar Dira tidak sadar jika semua ini hanya balas budi nya pada Zevian.

“Bagaimana menurutmu, Zevian?” tanya Dira tanpa menoleh, masih fokus pada siluet gaun yang mengembang sempurna. Zevian menatap Nayara dalam-dalam sebelum akhirnya menjawab.

“Kurasa... aku akan kesulitan mengalihkan pandangan darinya di altar nanti.” jawab nya tanpa sadar yang membuat Dira langsung tersenyum puas.

“Itu tandanya gaun ini pantas masuk kandidat.”balas dira yang membuat Clara lantas menimpali.

“Tapi kita masih punya empat lagi. Dan percaya saya, yang terakhir mungkin akan mencuri perhatian semuanya.” ujar nya yang membuat Nayara mulai mencoba gaun lain. Sementara Nayara disibukkan dengan gaun-nya, seorang asisten desainer membantu Zevian untuk menyesuaikan pilihannya.

Zevian berdiri di depan cermin besar di sisi ruangan yang dipisahkan khusus untuk fitting pria. Clara menunjuk ke beberapa koleksi jas formal yang tergantung rapi—semuanya hasil rancangan dari lini eksklusif desainer kenamaan Italia.

“Ini beberapa opsi yang kami siapkan khusus untuk Anda, Tuan Zevian. Dari warna, potongan, hingga bahan—semua sudah kami sesuaikan dengan konsep pernikahan serta postur tubuh Anda,” jelas Clara sambil memberikan isyarat pada asistennya. Zevian hanya mengangguk singkat.

“Terserah Mommy saja. Saya tidak terlalu peduli pada detail kecil seperti ini.” ujar nya yang Dira—yang baru selesai melihat gaun kedua Nayara—mendekat dan ikut menilai.

“Zevian, Mommy ingin kamu tampil sempurna juga. Kamu calon pengantin pria, bukan tamu undangan.” ujar nya yang membuat Zevian akhirnya melepaskan jasnya dan mulai mencoba satu per satu. Clara memilihkan setelan berwarna ivory gelap dengan potongan slim-fit. Salah satu asisten dengan sigap merapikan kerah jas, memegang bahu Zevian agar terlihat tegak, lalu menyematkan bros kecil di dada kiri.

“Silakan lihat ke cermin, Tuan,” ujar asisten itu sopan. Zevian menatap dirinya sekilas, lalu menoleh ke arah Dira.

“Yang ini cukup.”

“Coba yang lain dulu, Sayang, yang ini bagus, tapi belum tentu yang terbaik.”sahut Dira cepat yang membuat Zevian hanya mendesah pelan, namun menuruti. Ia mencoba dua setelan lagi, masing-masing dengan gaya yang sedikit berbeda—satu lebih klasik, satu lagi lebih modern dengan detail garis emas pada lengan jas. Setelah ketiga setelan dicoba dan diperlihatkan, Zevian kembali duduk santai.

“Ambil yang mana saja. Saya tidak masalah.”ujarnya yang membuat Clara tersenyum maklum.

“Kalau begitu, saya akan diskusikan dengan Nyonya Dira soal pilihan terbaik. Setelan akan langsung kami sesuaikan dengan ukuran tubuh Anda. Fitting selanjutnya bisa dilakukan seminggu sebelum acara.” ujar nya yang membuat Dira mengangguk puas.

“Baik. Zevian bisa istirahat. Sekarang biarkan Nayara menyelesaikan gaunnya. Perempuan memang perlu waktu lebih lama untuk hal-hal begini.” balas Dira sedang Zevian hanya mengangguk, lalu kembali duduk dengan kaki disilangkan. Tatapannya kembali mengarah ke ruang ganti di mana Nayara tengah mencoba gaun ketiga. Wajahnya tetap datar, namun matanya mengikuti setiap pergerakan tirai yang tersibak sedikit.

Sementara itu, Nayara masih sibuk bersama seorang asisten yang dengan telaten mengencangkan korset di tubuhnya, lalu merapikan lipatan gaun berlapis satin yang memeluk lekuk tubuhnya. Meski tubuhnya terasa lelah, wajah Nayara tetap terjaga dalam ekspresi tenang dan anggun, seolah kelelahan itu tidak pernah ada. Lampu kristal di langit-langit memantulkan cahaya hangat, menambah kesan mewah di ruang fitting butik tersebut.

Di sudut ruangan, Zevian duduk dengan kaki bersilang, matanya tampak santai namun penuh kewaspadaan, mengamati setiap detail di sekitarnya. Pandangannya kemudian tertarik pada sebuah etalase kaca kecil di sudut ruangan, tempat seorang pegawai butik tengah menata perhiasan dengan hati-hati. Setiap perhiasan dipoles satu per satu, memantulkan kilau cahaya lampu dengan keindahan yang menenangkan mata.

Sebuah kalung menarik perhatian Zevian. Kalung emas putih dengan liontin berbentuk dua cincin kecil yang saling mengikat, dihiasi butiran berlian mungil yang tertata rapi. Kilau putihnya tidak menyilaukan, justru memancarkan kesan mewah yang lembut, elegan, dan penuh makna. Zevian bangkit dari duduknya dan melangkah perlahan mendekati etalase kaca itu. Gerakannya tenang, namun sorot matanya menajam seolah sedang menilai sesuatu yang lebih dari sekadar benda.

“Menarik. Boleh saya lihat yang ini lebih dekat?” tanyanya dengan suara rendah namun tegas.

Pegawai butik itu mengangguk sopan, lalu dengan gerakan anggun membuka etalase. Ia mengeluarkan kalung tersebut dan meletakkannya di atas sehelai kain beludru biru tua, menghadirkannya di depan Zevian seperti sebuah persembahan.

“Tentu, Tuan. Ini bagian dari koleksi Interlinked Soul kami. Terbuat dari emas putih 18 karat dengan butiran berlian kecil di sisi masing-masing cincin. Desainnya melambangkan ikatan yang tak terputus,” ujar pegawai itu dengan nada profesional, sementara Zevian mengambil liontin tersebut dengan ujung jarinya. Ia memutarnya perlahan, memperhatikan setiap lekuk dan kilau berlian dengan tatapan tajam namun penuh pertimbangan.

“Apakah desain ini tersedia dalam ukuran liontin yang lebih kecil? Saya tidak ingin terlalu mencolok,” tanyanya lagi, matanya tetap fokus pada kalung itu.

“Desain ini memang dibuat agar tetap elegan tanpa kehilangan kesan mendalam. Namun, kami bisa menyesuaikan proporsinya sesuai keinginan Anda. Proses pengerjaannya akan memakan waktu sekitar satu minggu,” jelas pegawai itu ramah Zevian terdiam sejenak, lalu menggeleng pelan.

“Tidak perlu. Desain aslinya sudah cukup. Saya ambil ini.”balasnya santai. Pegawai itu sempat terkejut, namun segera tersenyum sopan.

“Apakah ingin kami kemas dan kirimkan ke alamat kediaman Anda, Tuan?” tanya nya lagi yang membuat Zevian menatapnya tajam namun tenang.

“Tidak. Saya akan membawanya langsung. Simpan dalam kotak kecil, elegan, dan pastikan tidak ada label merek yang mencolok. Ini hadiah pribadi… saya tidak ingin ada yang tahu sebelum waktunya.” ujar nya yang membuat pegawai itu mengangguk dalam-dalam.

“Tentu, Tuan. Kami sangat memahami.”Ia segera mengambil sebuah kotak kecil berlapis beludru hitam matte, dihiasi pita perak tipis. Tangannya cekatan dan terlatih, jelas terbiasa melayani pelanggan kelas atas.

“Akan saya bungkus secara discreet. Apakah Anda ingin menambahkan kartu pesan di dalamnya?” tanyanya sopan.

“Tidak perlu.”Zevian menggeleng pelan, dengan sigap pegawai itu menyelesaikan pengemasan.

“Pilihan Anda sangat indah, Tuan. Banyak pasangan yang menjadikan kalung ini simbol ikatan yang kuat dan abadi,” ujarnya sambil menyerahkan kotak tersebut dengan kedua tangan, sedikit merendahkan tubuhnya dengan sikap hormat.

Zevian menerima kotak itu dengan satu tangan, lalu menuntaskan pembayaran menggunakan kartu hitam berlogo eksklusif.

“Hanya kami yang perlu tahu maknanya. Terima kasih.”tanpa banyak bicara lagi, ia kembali ke kursinya. Kotak kecil itu ia selipkan ke dalam saku jas bagian dalam dengan gerakan halus dan penuh kehati-hatian. Tak seorang pun memperhatikan gerak-geriknya, bahkan Dira yang biasanya selalu peka terhadap perubahan sikap Zevian, kali ini tidak menyadari apa pun.

Setelah menunggu hampir satu jam akhirnya Nayara dan Dira keluar dari ruangan fitting dengan beberapa pegawai yang membawa pakaian yang selesai di coba. Nayara berjalan di samping Dira dan di belakang mereka adalah Clara di desainer utama.

Nayara melangkah tenang, gaun terakhir yang ia coba kini sudah dilepas, diganti dengan pakaian kasual yang sederhana namun tetap elegan. Wajahnya sedikit lelah, namun masih menyunggingkan senyum tipis demi menghormati proses panjang ini. Dira tampak jauh lebih antusias. Tangannya terus bergerak menunjuk beberapa kain yang dibawa oleh asisten Clara.

“Clara, untuk gaun yang kedua itu… bagian pinggangnya masih terlalu longgar menurut saya,” ucap Dira sambil melirik Nayara sekilas. Clara tersenyum, mencatat di buku kecilnya.

“Tentu, Nyonya. Saya sudah minta tim potong untuk menyesuaikan kembali lekukannya. Dan untuk gaun utama, kami akan tambahkan inner dari bahan sutra nude agar lebih nyaman dipakai seharian.” ujar nya yang membuat Nayara mengangguk kecil.

“Yang itu memang agak berat di bagian belakang... tapi sisanya nyaman.” Ujar Nayara yang membuat Clara tersenyum makin lebar.

“Itu karena Anda terlalu anggun, jadi beban elegansi itu terasa di mana-mana, Nona.” puji nya yang membuat Dira tertawa ringan.

“Manis sekali kamu, Clara. Tapi jangan terlalu banyak puji, nanti Zevian cemburu .” goda nya. Namun yang ikut tertawa kecil hanya Clara sedangkan Zevian dan Nayara hanya diam saja . Hingga akhirnya Zevian yang sejak tadi duduk sambil memperhatikan mereka, ikut berdiri menghampiri.

“Kapan final fitting dilakukan?” tanyanya tenang.

"Karena koreksinya tidak terlalu banyak ini mungkin selesai lebih cepat. Kami menjanjikan waktu 5 hari kedepan, Tuan Zevian. Kami akan hubungi asisten Anda untuk memastikan jadwalnya.” Clara menjawab sopan.

“Bagus. Dan untuk pembayaran, langsung lewat kartu saya saja seperti biasa. Tapi nanti tagihannya juga dikirim ke Zevian,” ujar Dira dan Zevian hanya mengangguk seolah tidak ada yang membebani nya. Clara menyerahkan map berisi lembar detail ukuran dan harga.

“Sudah kami rekap, Nyonya. Bila ada perubahan, akan kami update di sistem.” ujar nya sopan.

“Bagus. Sisanya kalian antar ke rumah, dan pastikan gaun utamanya dijaga dalam ruang berpendingin. Saya tidak mau ada kerutan satu milimeter pun.” ujar Dira yang membuat Clara mengangguk paham.

“Siap, nyonya Dira.” Jawab nya. Zevian menoleh pada Nayara yang diam saja di sebelah ibunya.

“Kamu baik-baik saja?” bisiknya pelan, tak ingin menarik perhatian. Nayara melirik dan langsung berucap.

"Lelah... aku lelah," ujar Nayara, Zevian hanya membalas dengan anggukan, tangannya merogoh saku jasnya sejenak menyentuh kotak kecil itu, seolah ingin memastikan kejutan itu tetap aman di tempatnya.

“Kalau begitu, kita pulang. Mommy pulang duluan kalian Zevian antarkan Nayara, dan ya jangan pulang terlambat malam ini kita akan kerumah keluarga Nayara," ujar Dira yang memang sudah menyempatkan untuk memanggil sopir untuk membawa mobil baru yang akan menjemput nya.

"Clara terimakasih untuk hari ini" ujar Dira sembari tersenyum tipis.

“Tentu nyonya terimakasih telah percaya pada kami, mari,” sahut Clara, mengiringi mereka hingga ke pintu butik.

Saat mereka berjalan keluar, sinar matahari senja menyambut dari balik jendela kaca besar, menyorot wajah Nayara yang tampak semakin bersinar—meski dalam hatinya, masih ada banyak hal yang belum benar-benar ia pahami dari pernikahan ini. Satu hal yang pasti, babak baru telah dimulai.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!