NovelToon NovelToon
Jodoh Lima Langkah Dari Rumah

Jodoh Lima Langkah Dari Rumah

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Office Romance / Romansa
Popularitas:32.7k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Bagi Nadin, bekerja di perusahaan besar itu impian. Sampai dia sadar, bosnya ternyata anak tetangga sendiri! Marvin Alexander, dingin, perfeksionis, dan dulu sering jadi korban keisengannya.

Suatu hari tumpahan kopi bikin seluruh kantor geger, dan sejak itu hubungan mereka beku. Eh, belum selesai drama kantor, orang tua malah menjodohkan mereka berdua!
Nadin mau nolak, tapi gimana kalau ternyata bos jutek itu diam-diam suka sama dia?

Pernikahan rahasia, cemburu di tempat kerja, dan tetangga yang hobi ikut campur,
siapa sangka cinta bisa sechaotic ini.

Yuk, simak kisah mereka di sini!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Malam pertama

Nadin terbangun dengan kepala berat seperti habis menabrak pintu lemari. Cahaya matahari menembus tirai tipis, membuat kamar itu tampak terlalu terang untuk pagi yang penuh misteri.

“Ugh ... kenapa kepala aku kayak dipukul panci,” gumamnya, sambil memegangi pelipis. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Pesta, Aulia dan sesuatu yang dia minum, segelas jus dan kehadiran Gibran.

Tiba-tiba, sesuatu membuatnya terdiam. Selimut yang menutupi tubuhnya terasa aneh terlalu hangat, terlalu dekat, dia melirik ke bawah dan terkejut.

“Astaga!"

Pakaian yang tadi malam ia kenakan tercecer di lantai, acak-acakan, seperti baru diserbu tornado. Dan yang lebih mengejutkan lagi di sampingnya, Marvin tidur dengan damai, tanpa busana. Nadin refleks menarik selimut hingga ke leher. Wajahnya langsung merah padam.

“Ya Tuhan, ini mimpi kan? Tolong bilang ini mimpi!”

Marvin menggeliat pelan, membuka matanya setengah.

“Pagi juga, istriku yang heboh...” ucapnya serak, suara khas orang baru bangun.

Nadin membeku. “Ka-kamu ... kenapa ... kenapa kamu...”

“Tidur? Di ranjangku sendiri?” Marvin menguap kecil. “Wajar dong ini memang ranjang ku.” Jawabnya songong.

“Bukan itu maksud aku!” seru Nadin panik, menatapnya waspada. “Kita ... semalam ... kita ng...”

Marvin menatapnya dengan senyum kecil, agak nakal. “Kamu yang mulai duluan, loh.”

“Apa?! Aku nggak mungkin...”

“Kamu narik aku ke bathtub, terus...” Marvin sengaja berhenti di sana, membuat Nadin makin panik.

“Terus apa?! A...aku pingsan kan?!”

“Ya, pingsan ... beberapa kali,” jawab Marvin dengan nada santai yang sukses membuat wajah Nadin seperti tomat.

“Marvin Alexander!” seru Nadin, melempar bantal ke arah suaminya. Marvin tertawa pelan, menangkisnya dengan mudah. “Tenang aja, aku nggak akan ceritain ke siapa pun ... walau kamu sendiri yang...”

“Berhenti ngomong!”

“Baik, tapi kamu yang tadi minta aku jujur.”

Nadin menutup wajahnya dengan kedua tangan, gemas sekaligus malu setengah mati. Marvin hanya tersenyum lembut, lalu bangkit dari ranjang dan meraih handuk.

“Mandi dulu ya, sebelum kamu makin salah paham.”

Sebelum melangkah ke kamar mandi, ia sempat menatap Nadin sekilas dan berkata, “Tapi ... kalau kamu mau bahas ‘semalam’, aku siap kok.”

“Pergi sana!” teriak Nadin dengan wajah panas. Marvin tertawa kecil, menggeleng sambil menutup pintu kamar mandi. Begitu pintu tertutup, Nadin langsung menenggelamkan wajahnya di bantal.

“Ya ampun ... ini pasti dosa karena aku kebanyakan nonton drama China!”

Dia mulai mencoba mengingat tentang semalam.

Semalam cahaya lampu kamar temaram, hanya menyisakan siluet dua tubuh yang saling mendekat. Uap hangat dari air di bathtub perlahan mereda, namun suasana di antara mereka justru semakin bergetar.

Nadin masih menatap Marvin dengan tatapan sendu, matanya separuh terbuka, pipinya memerah karena mabuk dan rasa yang tak mampu ia jelaskan.

“Kenapa kamu baik banget sama aku, Vin...” bisiknya pelan, suaranya nyaris seperti hembusan napas.

Marvin menatapnya lama, begitu dekat hingga ia bisa merasakan hangat napas Nadin di kulitnya.

“Aku suamimu, Din. Aku nggak akan ninggalin kamu ... apa pun yang terjadi,” jawabnya tulus.

Ucapan itu membuat dada Nadin bergetar. Ia mengulurkan tangan, menyentuh pipi Marvin dengan lembut, sebelum akhirnya bibirnya menyentuh bibir Marvin pelan, ragu, tapi penuh perasaan.

Ciuman itu awalnya lembut, seperti janji kecil yang tak terucap. Tapi perlahan, waktu seakan berhenti ketika tangan mereka saling menggenggam, mata saling menatap, dan dunia di luar kamar lenyap begitu saja.

Malam itu terasa panjang hangat dan penuh keheningan yang indah. Di antara napas yang teratur dan detak jantung yang berpadu, keduanya larut dalam rasa yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Tak ada kata, hanya isyarat dan kejujuran yang melingkupi mereka.

Dan sebelum mata mereka benar-benar terpejam, Nadin sempat berbisik di dada Marvin,

“Kalau besok aku bangun, janji ya ... kamu masih di sini.”

Marvin mengecup keningnya lembut.

“Selama kamu masih mau aku di sini, aku nggak akan pergi ke mana pun.”

Ketika saat nya Nadin tidur, tangannya menyentuh bagian sensitif milik Marvin tanpa sengaja karena pengaruh alkohol.

"Nad, berhenti! Atau kamu akan menyesal," tetapi orang yang di panggil tak peduli mata tertutup bibir tersenyum.

"Squishy nya lembut," gumam Nadin, wajah Marvin bersemu merah menahan gejolak di dadanya.

"Kau yang memintanya Nadin," gumam Marvin.

Di bawah remang lampu dan hembusan angin malam, dua hati yang selama ini ragu akhirnya menemukan tempatnya di pelukan satu sama lain.

"OMG! Nadin! Apa yang kau lakukan?!" gumam Nadin setelah potongan semalam muncul di kepalanya, kini yang tersisa rasa perih dan rasa malu di dadanya. Di dalam kamar mandi Marvin mendengar teriakan Nadin hanya tersenyum.

Beberapa waktu berlalu.

Aroma kopi dan roti panggang memenuhi ruang makan besar itu ketika langkah ringan terdengar menuruni tangga. Nadin berdiri sejenak di ujung anak tangga, menatap ke bawah dengan wajah setengah gugup. Ia sudah mengganti baju tidur dengan blus putih longgar dan celana bahan krem, berusaha tampil senormal mungkin seolah tidak ada yang terjadi semalam.

Namun, semua keberanian itu runtuh begitu matanya bertemu dengan tatapan Marvin. Pria itu duduk santai di ujung meja, kemeja putihnya digulung di siku, rambut masih agak berantakan, tapi senyum di wajahnya jelas dan menggoda.

“Pagi, Nyonya muda,” sapa Marvin dengan nada datar tapi matanya menyala geli.

Wajah Nadin langsung memanas. “Nggak usah manggil kayak gitu,” ujarnya cepat sambil menunduk, pura-pura sibuk mengambil roti dari meja. Tapi jelas, pipinya sudah merah semerah tomat. Araya yang duduk di seberang mereka menatap adegan itu dengan senyum penuh arti.

“Wah, pagi-pagi udah kayak pasangan iklan margarin. Ada apa semalam, hmm?” godanya sambil mengangkat alis. Nadin langsung tersedak roti yang baru saja digigitnya.

“Ngg ... nggak ada apa-apa, Ma! Aku cuma ... bantu Marvin ngerapiin kamar!” katanya gugup sambil meraih gelas air. Marvin nyaris tertawa, tapi menahan diri. Ia hanya menatap Nadin lekat-lekat, lalu menambahkan santai,

“Iya, Mama. Kamarnya memang ... sempat berantakan semalam.”

“Marvin!” seru Nadin refleks, membuat Araya benar-benar tertawa. Suasana makin hangat ketika seorang pelayan masuk membawa mangkuk besar.

“Bu Araya, ini kiriman dari Bu Rani. Katanya untuk Nadin,” ucap pelayan itu.

“Opor ayam!” seru Araya gembira. “Katanya ini kesukaan kamu, Din.”

Wajah Nadin langsung berbinar. Ia menatap mangkuk itu seolah melihat cahaya surgawi.

“Ya ampun, Ibu kirim opor ayam? Ini favorit aku dari dulu!” katanya riang.

Melihat ekspresi itu, Marvin ikut tersenyum lembut. “Kalau gitu nanti makan yang banyak, biar nggak pingsan kayak semalam,” bisiknya pelan.

Nadin mendelik tajam ke arah Marvin tapi senyumnya tak bisa disembunyikan.vAraya hanya menggeleng sambil tersenyum lebar. “Aduh ... rumah ini kayaknya bakal rame tiap pagi kalau begini terus. Apalagi kalau ada cucuku nanti pasti bakalan rame,” Nadin hanya bisa menyembunyikan wajah memerahnya karena malu. Dan benar saja pagi itu, untuk pertama kalinya sejak mereka menikah, rumah besar keluarga Alexander terasa hidup.

1
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
stress
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
emaknya malah ngajarin yg ge waras
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
setinggi apa itu
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
damar ato dimas?
Esther Lestari
Marvin kenapa kamu dengan mudahnya menerima minuman...kan bisa kamu menolak dengan tegas.
sum mia
aku bacanya geregetan banget , bego banget Marvin mau aja di kasih minum wine , jelas-jelas minuman memabukkan yang pasti akan buat dia oleng . semoga saja Nadin bisa mengatasi foto Marvin dan Anita yang mungkin akan tersebar di media .
rasanya pengen tak getok aja tuh kepalanya Anita biar gegar otak sekalian . jadi orang kok murahan banget mau merebut suami orang .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia: ikut geregetan kan....
total 4 replies
Rokhyati Mamih
kok aku jadi jengkel ke anita murahan pisan ngga punya urat malu deh 🤭🤭
Lusi Hariyani
marvin km jg ceroboh bngt untung nadin wanita kuat
Teh Euis Tea
anita gagal lg ya mau ngerjain marvin, emang enak, udahlah anita jgn kejar trs marvin
Wulan Sari
lha sebel dmn2 cerita ada pelakor.....
sampai bacanya gemes tolong pelakor di hempaskan biyar kapok dan kena karmanya....
heeee lanjut Thor semangat 💪
Hary Nengsih
lanjut
Ucio
Anita stress Masih monitor,,capkede🤭🤭
sum mia
lampir satu ini kok masih ngotot aja , masih gak sadar juga . Anita.... Anita.... laki-laki didunia bukan hanya Marvin , kenapa kamu harus merendahkan diri sendiri hanya karena seorang laki-laki .
tapi ingat aja Anita.... kamu gak akan menang melawan wanita bar-bar seperti Nadin Alexander .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia: orang sirik kayak gitu mana bisa mikir positif , yang ada hanya ingin merebutnya saja .
total 2 replies
sum mia
betul kata Marvin....kamu gak perlu seperti mereka , cukup jadi diri kamu sendiri itu sudah sangat membanggakan .
dan ternyata drama ibu hamil masih berlanjut terus . bukan Nadin yang hamil yang bikin heboh , tapi Marvin suaminya malah sekarang ditambah mertuanya .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia
eh .... masih ngeyel juga .... masih belum menyerah . kapan kamu sadar Anita.... lagi-lagi kamu gak akan bisa melawan Nadin Alexander . wanita yang kau anggap dari golongan rendah tapi nyatanya dia yang tampil tenang , elegan dan berkelas .
tapi pantes aja sih kelakuan Anita kayak gitu , orang ajaran dan didikan ibunya juga gak bener .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia
dan akhirnya....si Anita wanita yang sok berkelas dan elegan mundur walaupun mungkin masih menyisakan rasa iri dengki dihatinya . iri karena tidak bisa menggeser Nadin disisi Marvin .
apalagi sekarang Nadin lagi hamil makin sayang dan cinta mereka makin tumbuh lebih besar .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Ddek Aish
nggak nyerah juga si calon pelakor malah didukung maknya
Teh Euis Tea
ky lomba aj km anita blm menang, emang mau ngapain km jgn bikin hara2 deh km anita
Arin
Memang kalau dirimu menang, dapat apa Anita? Marvin?
sum mia
weleh...weleh.... Nadin yang hamil tapi keluarga yang heboh . bak ketiban durian runtuh... mereka amat sangat bahagia .
selamat ya Nadin dan Marvin , semoga kehamilannya berjalan lancar hingga lahiran nanti .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!