NovelToon NovelToon
CupidCore System

CupidCore System

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Sistem / Romansa
Popularitas:580
Nilai: 5
Nama Author: stells

Di masa depan, kota futuristik Neo-Seraya mengandalkan sebuah algoritma canggih bernama CupidCore untuk menentukan pasangan romantis setiap orang. Dengan skor kompatibilitas hampir sempurna, sistem ini dipercaya sebagai solusi akhir bagi kegagalan hubungan.

Rania Elvara, ilmuwan jenius yang ikut mengembangkan CupidCore, selalu percaya bahwa logika dan data bisa memprediksi kebahagiaan. Namun, setelah bertemu Adrian Kael, seorang seniman jalanan yang menolak tunduk pada sistem, keyakinannya mulai goyah. Pertemuan mereka memicu pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh angka: bisakah cinta sejati benar-benar dihitung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon stells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 1

Kota Neo-Seraya adalah pusat teknologi terbesar di benua itu. Gedung-gedungnya tinggi, jalanan penuh layar digital, dan sistem otomatis mengatur hampir setiap aspek kehidupan. Salah satu sistem terpenting adalah CupidCore, sebuah algoritma yang menentukan pasangan romantis setiap warga. Pemerintah dan perusahaan besar menyatakan bahwa CupidCore mengurangi perceraian dan konflik keluarga.

Rania Elvara adalah ilmuwan perangkat lunak berusia 27 tahun. Dia tinggal sendirian di apartemen tingkat tinggi di distrik pusat. Hari itu ia duduk di depan meja kerjanya, memeriksa laporan tentang kompatibilitas pasangan yang akan dia presentasikan besok. Di layar komputernya, grafik menunjukkan angka keberhasilan 99,99 persen.

Jam menunjukkan pukul 22.00. Dia menutup laptop, berdiri, dan berjalan ke balkon apartemen. Dari sana, ia bisa melihat jalanan penuh cahaya dari mobil terbang dan papan iklan CupidCore. Setiap papan menampilkan pasangan dengan angka kompatibilitas besar-besar: 98%, 99%, bahkan 100%. Bagi kebanyakan orang, itu adalah tanda kebahagiaan. Bagi Rania, itu adalah pekerjaan.

Gelang komunikator di pergelangan tangannya berbunyi. Suara Eon, asisten AI pribadi, terdengar jelas.

“Rania, saya sudah memperbarui data untuk presentasi besok. Semua parameter stabil. Tidak ada anomali,” kata Eon dengan nada datar.

“Terima kasih, Eon,” jawab Rania singkat.

Dia masuk kembali ke apartemen, menyiapkan pakaian kerja untuk besok, lalu berbaring di tempat tidur. Rania tidak memikirkan hal lain selain presentasi. Baginya, angka dan sistem selalu lebih mudah dipahami dibandingkan perasaan.

Sementara itu, di distrik luar kota, Adrian Kael, 29 tahun, sedang berada di sebuah gang kecil yang dipenuhi dinding grafiti. Dia adalah seniman jalanan. Jaket denimmya sudah lusuh. Dia memegang kaleng cat semprot dan sedang menyelesaikan gambar besar berbentuk hati yang retak di tengahnya. Di atas gambar itu, dia menulis dengan huruf besar:

“Angka Tidak Bisa Menentukan Segalanya.”

Dua anak remaja lewat dan berhenti menonton. Salah satunya bertanya,

“Bang, kalau nggak ada CupidCore, orang-orang nggak bakal tahu jodoh mereka. Bukankah itu bikin kacau?”

Adrian menoleh sebentar, lalu kembali menyemprot cat.

“Mungkin kacau. Tapi cinta bukan soal angka. Sistem itu nggak selalu benar.”

Anak-anak itu saling pandang, lalu pergi. Adrian menyimpan kaleng cat dan menatap hasil karyanya. Ia tahu mural itu bisa menimbulkan masalah, tetapi ia tidak peduli.

Keesokan paginya, Rania tiba di gedung pusat CupidCore. Gedung itu memiliki 120 lantai, dengan kaca reflektif dan pintu masuk otomatis. Di lantai seratus, ruang konferensi dipenuhi eksekutif perusahaan dan anggota dewan. Rania mengenakan jas kerja putih dan berdiri di depan layar besar. Di sampingnya ada Liora Ven, analis senior sekaligus sahabat dekatnya.

Rania memulai presentasi. “Ini adalah pembaruan Intuisi Emosional 3.0. Dengan modul ini, CupidCore akan memprediksi perasaan yang bahkan belum disadari pengguna. Hasil pengujian menunjukkan tingkat keberhasilan naik 0,3 persen dibanding versi sebelumnya.”

Liora menambahkan, “Dalam skala populasi Neo-Seraya, ini berarti ratusan ribu hubungan akan menjadi lebih stabil.”

Seorang anggota dewan bertanya, “Apakah ada kemungkinan kesalahan sistem?”

Rania menjawab, “Kemungkinannya sangat kecil. Semua variabel sudah diuji. CupidCore dirancang untuk meminimalkan kesalahan.”

Presentasi berakhir dengan tepuk tangan sopan. Liora tersenyum padanya, tetapi Rania hanya mengangguk. Dia merasakan sedikit ketidaknyamanan yang sulit dijelaskan, tetapi ia tidak menunjukkannya.

Sore harinya, setelah presentasi, Rania memutuskan berjalan sebentar melewati taman kota di lantai lima puluh gedung yang sama. Taman itu memiliki jalur setapak sederhana dan beberapa bangku. Saat ia duduk, terdengar suara gitar. Seorang pria berjaket denim lusuh sedang duduk di bangku lain, memainkan lagu.

Rania memperhatikannya. Lagu itu tidak dikenalinya. Ia berdiri dan mendekat.

“Itu bukan lagu populer, kan?” tanya Rania.

Pria itu berhenti bermain. “Bukan. Aku yang bikin.”

“Kamu tidak mengunggahnya ke database musik CupidCore?”

“Tidak perlu. Tidak semua hal harus ada di database.”

Rania terdiam sebentar. “Kamu tidak suka CupidCore?”

Pria itu menatapnya sebentar. “Aku tidak percaya semua hal bisa diukur angka. Termasuk perasaan.”

Rania tidak membalas. Ia menatap pria itu sekali lagi sebelum pergi. Percakapan singkat itu membuatnya gelisah, meski ia tidak tahu alasannya.

Rania kembali ke apartemennya setelah berjalan di taman. Ia duduk di sofa dan membuka tablet kerjanya. Data terbaru tentang pasangan kompatibilitas muncul di layar. Semua grafik terlihat sempurna. Tidak ada indikasi kesalahan. Namun percakapan singkat dengan pria di taman terus teringat.

Dia membuka riwayat percocokan untuk melihat contoh pasangan. Pasangan dengan skor 100% tampak harmonis di laporan, tetapi ia teringat laporan lama tentang pasangan sempurna yang tiba-tiba berpisah. Laporan itu tidak pernah dipublikasikan. Ia menutup tablet.

Eon berbicara melalui gelang komunikator. “Rania, kamu terlihat tidak fokus. Apakah ada masalah?”

“Tidak,” jawabnya cepat.

“Sistem mendeteksi peningkatan denyut jantungmu. Itu biasanya tanda kebingungan.”

“Tidak apa-apa, Eon. Matikan monitor kesehatan

malam ini.”

“Baik.”

Rania mematikan lampu dan berbaring. Namun, ia tetap terjaga, berpikir tentang ucapan pria itu: Tidak semua hal harus diukur angka.

Di distrik luar, Adrian kembali ke tempat tinggalnya—sebuah kamar sempit di atas toko tua. Ia menaruh kaleng catnya dan mencuci tangannya. Temannya, seorang teknisi bernama Milo, sedang memperbaiki drone kecil di meja.

“Kamu bikin grafiti lagi?” tanya Milo.

“Iya.”

“Kamu sadar kamera keamanan bisa menangkapmu?”

“Aku tahu,” jawab Adrian sambil membuka jaketnya.

“Tapi seseorang harus bicara. Semua orang terlalu sibuk memuji CupidCore.”

Milo menghela napas. “Kamu cari masalah.”

“Aku hanya cari kebebasan,” kata Adrian, suaranya datar.

Milo tidak membalas. Mereka berdua makan malam sederhana. Adrian menatap keluar jendela kecil yang menghadap jalanan gelap. Ia merasa kota itu terlalu bergantung pada sistem.

Keesokan harinya, Rania menghadiri rapat tim internal. Liora menampilkan data keberhasilan terbaru di layar besar.

“Kita menerima laporan pengguna baru hari ini. Semua pasangan memiliki skor di atas 97%. Tidak ada anomali.”

Rania mendengarkan tetapi tidak berkomentar. Setelah rapat selesai, Liora mendekatinya.

“Kamu terlihat tidak seperti biasanya. Ada masalah?”

“Tidak, hanya lelah.”

“Jangan sampai stres mempengaruhi performamu. Kita berada di bawah sorotan media sekarang.”

Rania mengangguk. Namun, pikirannya melayang ke pria dengan gitar kemarin. Ia bahkan belum tahu namanya.

Di luar gedung, Adrian sedang membuat mural baru di dekat pasar lama. Kali ini, ia menggambar dua tangan yang hampir bersentuhan tetapi terpisah oleh dinding transparan dengan logo CupidCore di tengahnya. Seorang wanita paruh baya menghentikan langkahnya.

“Anak muda, kenapa kamu menentang CupidCore? Bukankah sistem itu membantu banyak orang?”

Adrian menoleh. “Mungkin membantu sebagian. Tapi bukan berarti benar untuk semua.”

Wanita itu pergi tanpa menjawab.

Adrian menyimpan peralatan catnya. Ia menerima pesan di komunikator murahnya: undangan dari kelompok diskusi bawah tanah yang menentang CupidCore. Ia mempertimbangkan untuk hadir.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!