NovelToon NovelToon
PESUGIHAN POCONG GUNUNG KAWI

PESUGIHAN POCONG GUNUNG KAWI

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Menjadi Pengusaha / CEO / Tumbal / Iblis / Balas Dendam
Popularitas:996
Nilai: 5
Nama Author: triyan89

Rina hidup dalam gelimang harta setelah menikah dengan Aryan, pengusaha bakso yang mendadak kaya raya. Namun, kebahagiaan itu terkoyak setelah Rina diculik dan diselamatkan oleh Aryan dengan cara yang sangat mengerikan, menunjukkan kekuatan suaminya jauh melampaui batas manusia biasa. Rina mulai yakin, kesuksesan Aryan bersumber dari cara-cara gaib.
​Kecurigaan Rina didukung oleh Bu Ratih, ibu kandung Aryan, yang merasa ada hal mistis dan berbahaya di balik pintu kamar ritual yang selalu dikunci oleh Aryan. Di sisi lain, Azmi, seorang pemuda lulusan pesantren yang memiliki kemampuan melihat alam gaib, merasakan aura penderitaan yang sangat kuat di rumah Aryan. Azmi berhasil berkomunikasi dengan dua arwah penasaran—Qorin Pak Hari (ayah Aryan) dan Qorin Santi—yang mengungkapkan kebenaran mengerikan: Aryan telah menumbalkan ayah kandungnya sendiri demi perjanjian kekayaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triyan89, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14

​Malam itu, setelah menerima ancaman telepon dari Broto, topeng Aryan benar-benar terlepas. Ia berdiri di kamar ritualnya, matanya memancarkan amarah yang dingin dan mematikan. Rina adalah garis merah yang tidak boleh disentuh siapa pun.

​Aryan segera menghubungi Jaka dan memerintahkannya datang ke rumah. Tidak lama kemudian, Jaka tiba bersama Bayu dan Didi.

​Mereka berkumpul di ruang kerjanya.

​"Rina diculik, Broto yang melakukannya," ujar Aryan tanpa basa-basi. "Dia mau menjebak saya. Jangan biarkan itu terjadi."

​Jaka mendengarkan perintah itu dengan serius. "Siap, Mas. Kami sudah siap bergerak. Di sana ada Beni dan tiga anak buahnya, total empat orang, mereka semua orang bayaran."

​"Bagus," kata Aryan, matanya menatap Jaka lurus-lurus. "Ini perintah saya, kalian habisi mereka semua. Saya mau Beni dan anak buahnya tidak bernapas lagi malam ini. Mereka berani menyentuh keluarga saya. Tapi Broto, jangan kamu sentuh, biar saya urus."

​"Kenapa Broto tidak dihabisi saja, Mas? Dia sumber masalah," tanya Jaka.

​Aryan menyeringai, senyumnya sama sekali tidak terlihat ramah. "Kematian terlalu cepat untuk Broto. Saya mau dia hidup, Jaka. Hidup dalam ketakutan, saya mau dia lihat, kalau saya bisa mengambil segalanya kapan saja. Saya mau dia melihat kekalahan dan kehilangan semua anak buahnya, lalu dia harus hidup dalam teror selama sisa hidupnya."

​Aryan menyerahkan sebuah tas kecil kepada Jaka. "Ini untuk kalian. Bawa semua yang diperlukan. Rencana kita, saya datang sendiri sebagai umpan. Begitu saya di dalam dan mengalihkan perhatian Broto, kalian masuk dari pintu belakang, habisi semua anak buahnya. Setelah itu, kita bebaskan Rina."

​"Siap laksanakan, Mas. Kami akan pastikan semua berjalan lancar," jawab Jaka, tatapannya dingin dan profesional, siap melakukan perintah.

​Pukul 22.09, Aryan tiba di depan gudang yang tersembunyi, yang sebelumnya Broto telah mengirim titik lokasi kepada Aryan. Gudang itu gelap, hanya diterangi oleh satu lampu pijar di pintu masuk. Ia memarkir mobilnya agak jauh. Aryan berjalan masuk seorang diri, ia hanya mengenakan kemeja santai, tetapi aura di sekitarnya sangat menakutkan.

​Di dalam, Pak Broto sedang duduk santai, merokok sambil tersenyum licik. Di sudut ruangan, Rina, Laras, dan Nirmala diikat di kursi. Rina berusaha berontak, tetapi mulutnya dibungkam. Di dekat pintu, Beni dan tiga anak buahnya berdiri tegap, siap siaga.

​"Selamat datang, Tuan Aryan. Tepat waktu. Saya sudah siapkan penyambutan khusus," sapa Broto, tertawa kecil.

​Aryan berdiri di tengah ruangan, wajahnya datar. Ia menatap Rina sejenak, memberikan isyarat mata bahwa semuanya akan baik-baik saja.

​"Lepaskan istri saya, Broto. Kita bicara soal bisnis," kata Aryan, suaranya tenang, tetapi setiap kata mengandung ancaman.

​"Bisnis? Tentu. Tapi ini bukan lagi soal uang, Aryan. Ini soal harga diri. Kamu, cuma tukang ojek, dan sudah menghina saya. Sekarang, kamu berlutut di depan saya, baru saya lepas istri kamu," perintah Broto, menunjuk ke lantai.

​Aryan tidak bergerak. "Kamu pikir kamu siapa, Broto? Kamu pikir dengan menculik istri saya, kamu bisa menang? Kamu itu pengecut, Broto.."

​Broto marah. "Kurang ajar, Beni! Tunjukkan ke orang ini, siapa yang berkuasa di sini! Ajak dia bicara!"

​Beni maju selangkah, seringai di wajahnya. "Bos, saya sudah gatal mau kasih pelajaran ke orang ini. Habisi dia?"

​"Jangan bunuh dia dulu. Bikin dia babak belur, biar dia tahu rasanya kehilangan!" teriak Broto.

​Saat Beni hendak mendekat, Aryan mengangkat tangannya.

​"Tunggu, Broto. Kamu terlalu percaya diri," kata Aryan, lalu ia berteriak keras. "JAKA! SEKARANG!"

​Seketika, pintu belakang gudang yang terbuat dari seng besi tua itu didobrak dengan sangat keras. "KRIAAANG! BRRAAAK!"

​Jaka, Bayu, dan Didi masuk seperti badai. Mereka mengenakan pakaian serba hitam, wajah mereka tertutup topeng kain, menyisakan tatapan mata yang dingin. Mereka bukan lagi preman, melainkan pemburu.

​Broto terkejut setengah mati. Ia tidak menyangka Aryan membawa bala bantuan.

​"Sialan! Serang mereka! Habisi mereka!" teriak Broto, panik.

​Beni dan anak buahnya segera berbalik. Mereka mengeluarkan tongkat besi dan pisau lipat yang mereka sembunyikan. Empat melawan Tiga.

​Jaka langsung berhadapan dengan Beni, Jaka tahu, Beni adalah target utama.

​"Kamu orang bodoh yang berani mengusik bos saya," bisik Jaka, suaranya teredam topeng.

​Beni mencabut pisau lipatnya. "Omong kosong! Kalian cuma pecundang bayaran!"

​Beni menyerang lebih dulu, mengayunkan pisau dalam gerakan menyapu ke arah perut Jaka. Jaka gesit menghindar, ia hanya mundur satu langkah, menghindari ujung pisau yang berkilauan.

​Jaka tidak mengeluarkan senjata api, ia hanya menggunakan seni bela diri yang ia kuasai. Jaka tahu, pertempuran ini harus cepat dan mematikan.

​Beni mencoba menusuk lagi, kali ini ke arah dada Jaka. Jaka menangkis dengan siku kirinya, sambil memutar tubuh. Siku Jaka menghantam keras lengan Beni, membuat pisau di tangan Beni terlepas. "KRAK!"

​Beni terkejut. Ia tidak menyangka Jaka sekuat dan secepat itu. Jaka tidak memberinya kesempatan. Jaka segera melayangkan pukulan keras ke rahang Beni. "DUAK!"

​Beni tersungkur ke lantai. Darah segar menetes dari sudut bibirnya.

​Jaka tahu, pertarungan belum selesai. Ia melihat Bayu dan Didi sedang sibuk di sudut ruangan.

​Di sisi lain gudang, Bayu berhadapan dengan dua anak buah Broto. Kedua preman itu menyerang Bayu secara bersamaan dengan tongkat besi.

​"TAK! TAK!"

​Pukulan tongkat itu menghantam punggung dan bahu Bayu, tetapi Bayu tidak menjerit. Ia seperti tidak merasakan sakit. Bayu hanya mengeluarkan erangan kecil.

​"Lemah sekali pukulanmu," gumam Bayu, suaranya berat.

​Bayu meraih kedua tongkat besi itu dengan tangan kosong. Kekuatan cengkeramannya luar biasa. Kedua preman itu berusaha menarik tongkat mereka, tetapi sia-sia.

​Dengan satu tarikan kuat, Bayu merampas kedua tongkat itu. Ia melemparkannya ke lantai.

​Salah satu preman mencoba menyerang Bayu dengan tendangan, tetapi Bayu menangkap kaki preman itu di udara. "JDER!" Bayu memutar kaki itu, membuat preman itu kehilangan keseimbangan dan jatuh menimpa temannya.

​Bayu mencengkeram lehernya dengan satu tangan. Preman itu meronta-ronta, kekurangan napas. Bayu menatap mata preman itu, tanpa ampun.

​"TIDAK ADA KORBAN DI SINI. HANYA KALIAN, KALIAN SUDAH BERANI MENYENTUH ISTRI BOS SAYA." Kata Bayu dengan nada mengancam.

​Tangan Bayu meremas leher preman itu semakin kuat. Terdengar suara tulang berderak pelan. Preman itu kejang dan lemas, dan nyawa pun melayang.

​Satu preman lagi, yang melihat temannya tewas seketika, langsung berteriak ketakutan, mencoba merangkak menjauh. Bayu tidak membiarkannya lari. Bayu mengayunkan tubuh preman yang baru saja ia habisi, melemparnya ke tubuh temannya. "BUGG!" Ia pun pingsan seketika, tertimpa badan temannya yang sudah tewas.

​Sementara itu, Didi, yang paling lincah, menghadapi satu orang, Ucup, yang tadi sempat mencolek Rina. Ucup memegang pisau lipat, bergerak dengan gugup.

​"Jangan mendekat! Gue tusuk!" ancam Ucup, ia ketakutan melihat Bayu menghabisi dua temannya.

​Didi bergerak seperti bayangan. Ia tahu, Ucup terlalu takut, dan bukan sebuah ancaman bagi Didi. Didi membiarkan Ucup menyerang. Ucup melayangkan pisau itu dalam gerakan liar.

​Didi menangkis dengan tangan kosong, ia hanya memiringkan tubuh sedikit, membiarkan pisau itu meluncur nyaris melewati kulitnya. Dengan refleks yang luar biasa, Didi menangkap pergelangan tangan Ucup.

​"Kamu terlalu lambat," bisik Didi.

​Didi memutar pergelangan tangan Ucup dengan keras. "KREEK!" Ucup menjerit kesakitan, pisau terlepas dari tangannya yang patah.

​Didi menendang lutut Ucup, membuat Ucup jatuh berlutut. Didi tidak berhenti di situ. Ia meraih pisau yang tadi terjatuh, dan tanpa ragu, ia menusukkannya ke jantung Ucup. "JLEBB!"

​Ucup terdiam, matanya melebar. Darah mulai membasahi lantai gudang. Tubuhnya jatuh, dan seketika ia tewas menyusul kedua temannya.

​Jaka, yang tadi melumpuhkan Beni, menyaksikan seluruh aksi anak buahnya. Ia tersenyum puas di balik topengnya. Tiga orang preman sudah tewas. Kini, tinggal Beni.

​Beni, yang baru saja bangkit, melihat pemandangan itu. Teman-temannya terkapar, mati atau pingsan. Ia mulai menyadari, mereka tidak melawan manusia, melainkan malaikat maut.

​Beni mencoba melarikan diri ke arah pintu depan, tetapi Aryan, yang dari tadi berdiri tegak, menghalangi jalannya.

​"Mau ke mana, Beni? Pertunjukan belum selesai," kata Aryan.

​Beni berbalik, langsung berhadapan dengan Jaka. Jaka berjalan perlahan mendekati Beni.

​"Kamu cuma orang bodoh yang berani menyentuh istri bos saya," kata Jaka, suaranya penuh penghinaan.

​Beni, dalam keputusasaan, melompat ke arah Jaka, mencoba memeluknya dalam pertarungan liar. Jaka tidak memberikan kesempatan.

​Jaka mengeluarkan pisau kecil yang tajam dari balik jaketnya. Dengan gerakan yang terlatih, ia menusukkan pisau itu ke bagian leher Beni, tepat di bawah telinga. "SLLLKK!"

​Beni tidak sempat menjerit. Ia tersentak, memegangi lehernya yang mengeluarkan darah segar. Tubuhnya roboh ke lantai, ia kejang, lalu diam tak bergerak, dan ia tewas menyusul ketiga anak buahnya.

​Pak Broto, yang dari tadi bersembunyi di balik tumpukan karung, melihat seluruh kekejaman itu. Dalam waktu kurang dari lima menit, empat anak buah bayarannya, termasuk Beni, tewas di tempat.

​Tubuh Broto gemetar hebat. Ia mengeluarkan jeritan pelan yang tertahan. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Aryan bukan lagi tukang ojek, bukan lagi pengusaha bakso biasa. Aryan adalah Iblis yang berwujud manusia.

​Jaka, Bayu, dan Didi berdiri tegak, memastikan tidak ada lagi perlawanan. Mereka menatap Pak Broto dengan mata dingin.

​Aryan berjalan perlahan menghampiri Broto. Ia mengambil kursi kayu, memutarnya, dan duduk di hadapan Broto.

​"Lihat, Broto," kata Aryan dengan suara sangat tenang, seolah tidak terjadi apa-apa. Ia menunjuk ke mayat-mayat yang berserakan di lantai. "Mereka semua mati , karena mereka berani sentuh Rina. Dia istriku, Broto. Tidak boleh seorangpun menyentuhnya."

​Broto tidak menjawab. Ia hanya bisa menangis, ia sangat ketakutan.

​"Lepaskan Rina, Broto. Sekarang," perintah Aryan.

​Broto gemetar, ia merangkak ke arah tempat Rina diikat, dan dengan tangan gemetar, ia membuka ikatan mulut Rina, Laras, dan Nirmala.

​Rina segera bangkit, berlari memeluk Aryan. "Sayang! Aku takut!"

​"Sudah, Sayang. Kamu aman sekarang. Jangan khawatir," kata Aryan, memeluk Rina dengan lembut, topengnya kembali terpasang, topeng santun untuk menutupi sifat iblisnya.

​Aryan menoleh ke arah Jaka. "Amankan Rina, Laras, dan Nirmala. Bawa mereka keluar."

​Setelah Rina dan teman-temannya dibawa pergi, Aryan kembali menatap Broto yang masih tersungkur di lantai.

​"Kamu ingin bisnis saya hancur, Broto? Saya berikan kamu kesempatan untuk menang," kata Aryan.

​Broto mengangkat wajahnya yang penuh air mata dan ingus. "Tolong, Aryan! Ampuni saya! Saya nggak akan ganggu kamu lagi!"

​Aryan berdiri, menyentuh pundak Broto dengan jari-jarinya. Sentuhan itu terasa dingin seperti es.

​"Kamu tidak akan mati hari ini, Broto. Itu hadiah dari saya," bisik Aryan. "Tapi ingat ini baik-baik. Kamu lihat mereka?" Aryan menunjuk ke mayat Beni. "Mereka mati karena mencoba melindungi kamu. Mereka yang akan jadi mimpi buruk kamu setiap malam. Kamu akan hidup, Broto. Hidup dalam ketakutan, dan melihat bisnis kamu hancur pelan-pelan tanpa bisa kamu sentuh. Karena kamu sudah membuat saya marah."

​Aryan tertawa kecil, tawa yang mengerikan. "Mulai besok, kamu akan tahu rasanya hidup sebagai tikus, sementara saya, Iblis yang kamu hina, akan menjadi mimpi buruk buat kamu."

​Aryan meninggalkan Broto di gudang itu, dikelilingi mayat anak buahnya sendiri

​Di luar gudang, Rina yang trauma ditenangkan oleh Aryan.

​"Jaka, kamu tahu apa yang harus dilakukan," perintah Aryan.

​"Siap, Mas. Kami akan bersihkan semuanya. Besok pagi, seolah-olah tidak ada yang terjadi. Broto akan kami biarkan hidup, Mas," kata Jaka, sambil mengangguk.

​Aryan membawa Rina dan kedua temannya pulang. Malam itu, Broto ditinggalkan di gudang gelap itu, sendirian bersama mayat-mayat anak buahnya, ia hidup dalam teror yang tidak akan pernah hilang. Ia tahu, ia telah berurusan dengan iblis berwujud manusia.

​Rina tertidur di pelukan Aryan. Ia merasa aman, tetapi ia tahu, pria yang ia cintai ini adalah rahasia terbesar dan paling berbahaya yang pernah ada dalam hidupnya.

1
Oriana
Kok susah sih thor update, udah nungguin banget nih 😒
bukan author: Masih review kak
total 1 replies
Dallana u-u
Gemes banget deh ceritanya!
bukan author: lanjutannya masih review kak
total 1 replies
cocondazo
Jalan cerita seru banget!
bukan author: lanjutannya masih review kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!