Harusnya, dia menjadi kakak iparku. Tapi, malam itu aku merenggut kesuciannya dan aku tak dapat melakukan apapun selain setuju harus menikah dengannya.
Pernikahan kami terjadi karena kesalah fahaman, dan ujian yang datang bertubi-tubi membuat hubungan kami semakin renggang.
Ini lebih rumit dari apa yang kuperkirakan, namun kemudian Takdir memberiku satu benang yang aku berharap bisa menghubungkan ku dengannya!
Aku sudah mati sejak malam itu. Sejak, apa yang paling berharga dalam hidupku direnggut paksa oleh tunanganku sendiri.
Aku dinikahkan dengan bajingan itu, dibenci oleh keluargaku sendiri.
Dan tidak hanya itu, aku difitnah kemudian dikurung dalam penjara hingga tujuh tahun lamanya.
Didunia ini, tak satupun orang yang benar-benar ku benci, selain dia penyebab kesalahan malam itu.~ Anja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atuusalimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Prolog
Anja
September 2025,
Lapas Paledang,Bogor.
***
Gemerincing suara besi yang membelenggu kedua tangannya terbuka, melepaskan semua beban yang sempat mengikat erat, membebaskannya dari semua mimpi buruk dan rasa sakit yang ia pikir tak akan pernah usai. Ia akan mengingat dengan jelas, bagaimana kepalanya di benturkan pada tiang besi dan dinding tanpa jendela saat pertama kali datang, makanan nyaris basi yang tertelan dalam kerongkongannya saat jadwal besuk belum tiba, air yang ia minum bekas kocokan tangan atau...suara tawa perempuan yang berusaha menyentuh dan melecehkannya.Ia ingat, dan tak akan melupakan semua penghinaan itu terhadapnya.
Ia melangkah dengan sinar kehidupan yang redup, pikirannya antah berantah, lebih menyakitkan lagi kenyataan bahwa kini ia telah dibenci semua keluargnya. Bahkan, saat itu, suaminya sendiri tidak ada untuk membela semua tuduhan palsu terhadapnya. Dia mengerti ini sulit diterima. Akan tetapi, dia tidak membunuh. Tidak membunuh, namun saat itu... adakah orang yang mempercayainya? Adakah saat itu seseorang yang percaya dengan kata-katanya? Kecuali mereka yang bahkan tak memiliki ikatan darah dengannya.
"Anja!"
Langkahnya terhenti. Ia menoleh, memperhatikan wanita lanjut usia dengan mata berkaca-kaca. Di sampingnya, gadis berusia enam tahun dengan mata bening menatapnya dengan sorot penasaran.
"mami senang akhirnya kamu bebas!" ungkap wanita itu dengan jerit tangis tertahan seraya memeluk tubuh mungilnya dengan sangat erat. Matanya berkaca-kaca, ia ingin sekali melepaskan jerit tangis atas semua yang terjadi, namun...hanya air mata yang menetes secara perlahan untuk mewakili semuanya.
"Reka sangat bodoh, mami harap kamu dapat mengerti dan memaafkannya!" Anja masih tak bergeming. Penghinaan ini, adakah bisa diselesaikan dengan kata maaf saja? Semua itu berawal darinya, apa iya dirinya bisa semudah itu memaafkannya.
Bayangkan saja, tujuh tahun lalu... Ia dituduh dan dipaksa mengaku bahwa dia telah melakukan percobaan pembunuhan terhadap mantan kekasih dari suaminya, yang tak lain ia adalah adiknya sendiri. Semua bukti dan saksi dipalsukan, cctv dihapus, hukum di manipulasi dan dia harus membayar kesalahan yang sama sekali tidak ia perbuat.
"Kamu mau pulang kemana? Ke rumah kalian?" tanya Bu Niar setelah mengurai pelukan.
Rumah kalian yang mana? Ia ingin sekali bertanya. Tidak ada kalian diantara hungan aku dan Reka.
Anja terdiam. Selama dia mendekam dipenjara, keluarga ini yang setia menjenguk dan bercerita tentang dunia luar kepadanya, membawa makanan yang layak dan menyemangatinya, bahkan sampai mendatangkan psikolog dari luar hanya untuk menyembuhkan luka trauma yang dideritanya.
"Bagaimana kalo ikut mami pulang?"tawar Bu Niar setelah lama tak kunjung ada jawaban.
"kalian belum meluruskan kesalah fahaman, pulang ke rumah juga untuk sekarang hanya akan memperburuk keadaan. Pelan-pelan saja, mami yakin semuanya akan baik-baik saja!"
"Sepertinya ini tidak mungkin mam, tetap saja... Mas Reka akan marah kalo tau Anja ada di rumah mami. Mami, Anja tau maksud mami baik, tapi Anja juga tidak mau menghadirkan konfilik lagi. Anja sudah sangat lelah selama ini, Anja harap mas Reka dapat secepatnya menceraikan Anja!" Gadis itu menghela napas usai menyelesaikan kalimat panjangnya.Ia tau maksud wanita itu baik, tapi dia ingin tenang dan mulai membuka kehidupan baru tanpa bergantung pada siapapun. Lagi pula, dalam hidupnya ia tak pernah sekalipun bermimpi bertemu dengan pria itu.
"Jangan pikirkan yang lain apalagi tentang perceraian. mami akan sedih kalo Anja mau pergi ninggalin mami. Lagipula, tidak kah kamu ingin merasakan bagaimana dicintai putrimu sendiri? Ayolah nak, ini kesempatanmu!"
Mata Anja beralih pada gadis kecil yang sedari tadi memperhatikannya. Setelah besar, tidakkah gadis itu akan membencinya jika mengetahui fakta bahwa ibunya adalah mantan seorang narapidana?
Tidak kah gadis itu akan malu, memperkenalkan dirinya pada teman-temannya?
Bulu matanya gadis kecil itu berkedip dua kali, sudut bibirnya membentuk senyuman pada pipi gembulnya, dan satu hal yang kemudian ia sadari bahwa gadis itu memiliki lesung pipi sama sepertinya, sangat Cantik.
"Mama,kan?",
Tubuh Anja membeku, kepalanya berputar-putar. Ia merasa seperti berada ditengah badai,semua benda menghantamnya dan disitulah pertahanannya runtuh. Tubuhnya berguncang dalam tangis yang menyakitkan, pada jantung nya tertumpu ribuan jarum yang menusuk, apa yang harus ia lakukan, sementara... memeluknya saja ia tak mampu!
semangat kak author 😍