Bunga yang pernah dikecewakan oleh seorang pria, akhirnya mulai membuka kembali hatinya untuk Malik yang selama setahun terus mengejar cintanya. Ia terima cinta Malik walau sebenarnya rasa itu belum ada. Namun Bunga memutuskan untuk benar-benar mencintai Malik setelah mereka berpacaran selama dua tahun, dan pria itu melamarnya. Cinta itu akhirnya hadir.
Tetapi, kecewa dan sakit hati kembali harus dirasakan oleh Bunga. Pria itu memutuskan hubungan dengannya, bahkan langsung menikahi wanita lain walaupun mereka baru putus selama sepuluh hari. Alasannyapun membuat Bunga semakin sakit dan akhirnya memikirkan, tidak ada pria yang tulus dan bertanggungjawab di dunia ini. Trauma itu menjalar di hatinya.
Apakah Bunga memang tidak diizinkan untuk bahagia? Apakah trauma ini akan selalu menghantuinya?
follow IG author : @tulisanmumu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mumu.ai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hilang
Entah mengapa rasanya sore itu cuaca seperti turut merasakan perasaan seorang gadis yang saat ini sedang berada di dalam sebuah taksi online. Matanya begitu kemerahan dan basah, dadanya juga terlihat naik turun, seperti orang yang baru saja lari marathon. Tangan yang berada di atas pangkuannya, juga mengepal. Hal ini menandakan ia menahan amarah yang begitu membara.
Ia tak mau mengeluarkan semua amarahnya dengan menangis di depan supir yang tak ia kenal sama sekali. Padahal lagu yang kini terputar di radio mobil itu seperti sesuai dengan yang dia rasakan. Apakah alam tengah mengejeknya sekarang.
Ku terlanjur mencintaimu
Andai ku tahu kan sesakit ini
Ku takkan mungkin mencintaimu sedalam ini
Sialnya saat kau pergi,
Ku terus menanti
Kau yang buatku jatuh hati
Kini hilang tak kembali
Hilang
Sekuat mungkin ia menahan semua rasa yang memberontak ingin keluar dari dadanya. Ia merasa kalah kalau saja ia menangis saat ini. Tidak. Ia tidak boleh kalah. Ia bertekad untuk membuktikan pada semua orang, terutama pria itu bahwa ia tidak kalah.
Malah mungkin ia harus berterima kasih pada pria itu, karena kini ia semakin yakin bahwa tidak ada yang namanya cinta sejati, cinta yang benar-benar cinta, apalagi terhadap manusia. Tidak ada pria yang benar-benar setia selain ayahnya dan juga Abang iparnya. Selebihnya lelaki itu sama saja. Baji**n. Itu yang ia pikirkan dulu, bahkan akan berlanjut untuk ke depannya.
Tak terasa mobil yang ia tumpangi sudah tiba di depan rumahnya. Setelah membayar sejumlah uang yang sesuai di aplikasi, Bunga turun dan berjalan gontai ke dalam rumahnya.
Rumah itu tampak sepi. Memang hanya ada beberapa orang asisten rumah tangga yang bekerja disana. Kedua orang tuanya saat ini masih berada di Malaysia untuk urusan bisnis, sedangkan kakaknya beserta suami masih berada di tempat yang membuat hatinya terluka.
Bunga yang sebelumnya berada di Singapura untuk menyelesaikan pendidikan spesialis kedokterannya tidak memberitahukan mengenai kepulangannya yang mendadak pada siapapun karena ia berencana memberikan kejutan pada semua orang. Tapi siapa sangka, malah ia yang mendapatkan kejutan yang benar-benar membuatnya terkejut.
Bunga langsung masuk ke dalam kamarnya. Ia buka sepatunya sembarangan, bahkan tas jinjing miliknya pun ia lemparkan begitu saja, tak peduli masih ada ponsel miliknya di dalam sana. Tanpa mengganti pakaiannya, ia langsung berbaring di atas ranjang dan menarik selimut sampai menutupi kepalanya.
Ia tidur terlentang, menatap sesaat ke arah langit-langit kamarnya. Tak lama ia menutup rapat kedua matanya dan berharap bahwa apa yang ia lihat hari ini adalah mimpi buruk belaka. Ya, Bunga meyakinkan hatinya bahwa ini hanya mimpi. Tapi mengapa terasa begitu nyata, menurutnya.
Sakitnya, sangat terasa—dan menyakitkan.
Matanya terbuka kembali, semuanya berlarian di dalam kepalanya.
"Bukankah kamu yang dulu datang dan meyakinkan aku kalau kamu berbeda dengannya? Kamu berjuang sangat keras untuk meyakinkan hati aku untuk percaya lagi dengan cinta dan akhirnya aku menerima cinta kamu. Tapi lihatlah sekarang, mengapa kamu yang menyakitiku sedalam ini?"
"Apa ternyata kata cinta yang selalu kau umbar itu hanyalah bualan semata? Kau sengaja sekarang mencampakkan aku, karena selama ini kau selalu merasa cinta sendiri?"
"Tak ku sangka, wajah polosmu tak sesuai dengan perilaku mu, Malik."
Bunga menutup matanya, berusaha bisa tidur dan mengakhiri malam buruk ini. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia masih berharap kalau apa yang terjadi malam ini hanyalah mimpi buruk.
*****
"Bi, Bunga sudah sampai di rumah?" tanya Silvia ketika baru saja tiba di rumah orang tuanya.
"Sudah, Mbak," jawab Bi Ami, salah seorang asisten rumah tangga. "Tapi Mbak."
"Kenapa, Bi?" Silvia yang akan melanjutkan langkahnya ke lantai atas tempat kamarnya berada terhenti mendengar interupsi Bi Ami.
"Mbak Bunga kayak orang bingung gitu, Mbak. Tadi Bibi manggil dia nggak nyaut sama sekali. Malah kayak orang bengong, Mbak. Jalan aja terus, masuk ke kamar," jelas Bi Ami. Wajahnya kini seperti orang yang bingung, dan juga gelisah. Tentu saja ia takut anak majikannya itu dalam keadaan tidak sehat.
Memang ketika Bunga masuk ke dalam rumah tadi ia sempat berpapasan dengan Bi Ami, bahkan Bi Ami sempat menyapa Bunga. Namun Bunga terus berjalan menuju ke kamarnya tanpa menjawab atau menoleh ke arah Bi Ami.
"Linglung gimana, Bi?" tanya Silvia memastikan.
"Ya linglung, Mbak. Bengong. Terus kelihatan wajahnya kayak sedih gitu," jelas Bi Ami.
"Ya sudah, Bibi sekarang istirahat saja. Terima kasih, Bi," kata Silvia, kakaknya Bunga.
"Baik, Mbak. Permisi ya Mbak Silvia, Mas Randi," pamit Bi Ami. Beliau langsung pergi ke arah belakang, kembali ke area dapur.
Randi kemudian merangkul sang istri untuk membawanya masuk ke dalam kamar mereka yang ada di rumah orang tua Silvia.
"Mas, menurut kamu, Bunga kenapa, ya? Kok tiba-tiba pulang tanpa kasih tau kita dulu tadi. Ditelfon juga ngga diangkat. Terus tadi kata Bibi dia kayak orang linglung gitu," ungkap Silvia ketika mereka sudah berada di dalam kamar.
"Mungkin Bunga masih capek. Dia baru beberapa jam sampai dari Singapura langsung pergi ke pernikahan anaknya Tuan Raka," jawab Randi yang sambil membuka jas yang membaluti tubuhnya. Setelahnya ia berlalu masuk ke dalam kamar mandi.
"Tapi Mas, pas masih di rumah Bunga masih baik-baik saja, ngga ada bilang capek atau apa. Bedanya tuh pas udah di hotel tadi," kata Silvia.
Tak ada jawaban dari Randi karena pria itu sudah berada di dalam kamar mandi. Silvia yang menyadari suaminya sudah tak ada pun juga segera ke meja riasnya untuk menghapus riasan yang ada di wajahnya. Tak lama Randi pun keluar dari kamar mandi.
"Mas..."
"Hmm." Randi masih mengeringkan rambut basahnya dengan handuk kecil, dan berjalan menuju lemari.
"Menurut Mas, ada kejadian apa sih di hotel yang sampai membuat Bunga jadi gitu?" tanya Silvia. Dirinya masih sangat penasaran akan perubahan Bunga yang tiba-tiba. Silvia sangat tahu karakter adik satu-satunya itu. Pasti terlah terjadi sesuatu dan itu terjadi di hotel tempat acara resepsi pernikahan yang mereka hadiri bersama tadi.
"Ngga usah menduga-duga dulu, sayang. Besok pagi saja kamu tanyakan sama Bunga," jawab Randi. Pria itu kini sudah siap dengan piyama tidurnya. "Gih bersih-bersih dulu. Setelah itu kita langsung istirahat. Jangan terlalu banyak pikiran, ya. Ingat kandungan kamu," ucap Randi yang kini tengah mengelus lembut kepala istrinya.
Silvia hanya mengangguk pelan, dan mencoba menghilangkan fikiran buruknya. Semoga saja benar yang dikatakan suaminya, kalau Bunga hanya sedang kelelahan karena baru saja tiba sore tadi dari Singapura.
Semoga masih ada harapan Bunga kembali ke Fadi
Mama nya Jelita hamil dengan orang lain dan Fadi yg menikahi nya
Jelita bertemu dengan tante Bunga di IGD & Bunga tidak menyangka kalau papa Jelita adalah Fadi sang mantan.
2 mantan berada di IGD semua dengan kondisi yang berbeda