Wina perempuan muda yang sengaja berpura-pura tidak tahu akan rencana suami dan keluarganya yang ingin menguasai harta warisan keluarganya,
Dia membalas mereka dengan Elegant dan perlahan agar suami dan keluarganya bisa merasakan penderitaan yang dia alamat selama menjadi istri dan menantu di keluarga suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1
"Dek, kamu jangan lupa kirimin mama uang yah, katanya dia lagi butuh itu". Ucap Reno sang suami tanpa mau tahu bagaimana keadaan istrinya.
" Maaf mas, keadaan toko sedang tidak baik, tolong beritahu ibumu kalau aku tidak bisa mengirimi uang untuk sementara waktu".
Mendengar perkataan istrinya Reno langsung berbalik menatap tajam sang istri, bisa-bisanya istrinya menolak keinginan ibunya.
Dia tidak peduli bagaimana keadaan istrinya baginya keinginannya ibunya harus dituruti.
"Tidak bisa begitu dong, kamu harus kirimi uang ibu sekarang juga, aku tidak mau tahu". Reno mengacak pinggang menatap tajam istrinya itu.
Wina yang ditatap seperti itu oleh suaminya hanya membuang muka dan mengangkat bahu tidak peduli, dia sudah lelah menjadi sapi perah dirumahnya sendiri, dia pemilik rumah tapi seperti orang yang menumpang.
"Kalau mau uang kamu kirimkan saja sama ibumu, toh selama ini kamu tidak pernah memberikan aku nafkah, uangmu pasti banyak kan??, urus saja keinginan ibumu". Wina berlalu meninggalkan suaminya yang terpaku melihatnya.
Dia tidak menyangka jika istri penurut dan lembut itu berubah ketus dan melawannya, dia mengepalkan tangannya dengan kesal seolah ingin memberikan istrinya pelajaran.
"Apa maksud mu berkata seperti itu??, ibuku itu ibumu juga, dia yang tua kita, menyenangkan dia berarti kita bisa masuk syurga, jangan keterlaluan kamu". Hardik Reno sambil mengikuti sang istri.
Wina berbalik dan menatap tajam suaminya, lelaki yang dia nikahi selama 5 tahun ini tak pernah memberinya nafkah dengan alasan karena dia punya toko dan beberapa restoran.
"Selama ini ibumu selalu meminta uang tanpa mau tahu kondisi keuanganku, dan kau sebagai suami selalu menyalahkan aku padahal tak ada nafkah satu sen pun darimu, terus sekarang kau meminta uang seperti meminta permen, kau ini masih waras atau tidak?? ". Suara itu memang tidak besar tapi menajam dan tatapan yang membunuh membuat Reno dilanda gelisah seketika.
Bisa gawat kalau istrinya ini marah dan malah mengusirnya dari sini, dia tidak akan lagi bisa bersenang-senang untuk menikmati gajinya sendiri jika istrinya tidak mau lagi memberi uang pada ibunya.
"Jangan begitulah dek, ibuku kan juga ibumu, kita harus membahagiakan dia, kamu kan sudah tak memiliki orangtua jadi sewajarnya kamu menyenangkan hati ibuku". Ucapnya melembutkan agar istrinya luluh seperti biasa.
"Aku memang sudah tak punya orangtua, memang selama ini aku tidak berusaha memenuhi keinginan ibumu dan adikmu yang kadang tidak masuk akal?? ".
Wina mendelik pada suaminya karena selalu menuntutnya membahagiakan ibunya padahal dia sendiri tak pernah membahagiakan dirinya.
"Tapi kan dek". Ucapnya dengan bingung.
Perubahan istrinya ini terlalu mendadak untuknya, biasanya istrinya akan mengiyakan apapun keinginan ibunya tanpa banyak kata sekarang dia malah banyak protes, entah apa yang terjadi.
"Aku tidak mau mengirimnya, usahaku sedang bermasalah, kamu saja yang urus dan berikan mereka uang, toh selama ini kamu tak pernah memberikan uang kepadaku bahkan hanya satu sen, kau selalu beralasan aku punya uang dan kaya, sekarang usahaku sedang bermasalah jadi urus lah ibumu dan adikmu itu". Wina meninggal kan suaminya karena dia akan sarapan dan mengurus anaknya.
Anaknya bernama Wira berusia 4 tahun yang kini duduk di bangku TK di sebuah sekolah swasta berbasis agama.
"Jangan begitu dek, aku sedang tidak punya uang sekarang". Ucapnya dengan memelas dan penuh rengekan.
Dia tidak mungkin mau memberi uang pada ibu dan adiknya bagaimana dengan kekasihnya nanti jika di ingin pergi jalan dan makan kalau uangnya diberikan pada ibu dan adiknya.
Benar tanpa istrinya tahu, dia memiliki wanita lain karena bosan dengan istrinya yang sudah tidak menarik baginya apalagi dia sangat sibuk dan tidak pernah ada untuknya.
"Aku tidak peduli, mereka adik dan ibumu".
Wina terus berjalan tanpa peduli perkataan suaminya, baginya sekarang suaminya tak lebih dari manusia egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri.
"Dek, dek, kamu harus mengirimkan ibu uang, aku tidak mau tahu". Ucapnya dengan kesal.
"Terserah, jangan harap aku mengirimi mereka uang lagi, mereka bukan urusanku lagi". Ucap Wina dengan dingin tanpa peduli kepada suaminya.
Setelah mengurus keperluan dirinya dan juga sang anak, dia melangkahkan kakinya keluar rumah tapi baru sampai di pintu, ibu mertuanya sudah berada disana sedang memasang wajah sumringah karena melihatnya
"Kenapa tidak kirimi uang ibu nak??, ibu lagi butuh ini". Ucap sang mertua bernama Surti itu.
Dia bahkan tak peduli dengan raut tidak enak dari menantunya itu saat melihat kedatangannya.
"Ibu urus saja dengan anak ibu didalam, saya sedang buru-buru". Wina tidak menggubris perkataan mertuanya dan berlalu begitu saja.
Bu Surti melongo melihat tingkah menantunya yang tidak biasa itu, biasanya dia akan menyambut nya dengan suka cita tapi sekarang jangankan sapaan hangat melihat wajahnya saja seperti melihat kotoran.
"Win.. Wina". Panggil Bu Surti sedikit kencang karena menantunya itu sudah berlalu.
Wina menulikan telinganya dari panggilan sang mertua, dia tidak perduli lagi dengan keluarga suaminya itu.
" Bunda baik-baik saja??, kok nenek bunda cuekin??". Wira menatap sang bunda dengan kebingungan.
Tidak biasanya bundanya ini bersikap seperti itu pada sang nenek dan juga ayahnya.
"Tidak apa-apa nak, bunda baik-baik saja, bunda memang sedang terburu-buru karena ada meeting penting setelah mengantar kamu ke sekolah". Wina berusaha memberikan pengertian sang anak agar anaknya tidak merasakan apa yang dia rasa.
"Begitu rupanya, nanti bunda bisa jemput aku pulang sekolah kan?? ". Tanya Wira dengan penuh harap.
"Tentu sayang, bunda usahakan meeting nya cepat selesai supaya bisa jemput anak ganteng bunda ini". Wina mengelus kepala sang anak kemudian memeluknya.
Sedangkan dirumah Reno dan ibunya kini saling menatap kesal, karena kejadian tadi.
"Apa yang terjadi pada istrimu itu Reno??, kok bisa dia bersikap seperti itu pada ibu?? ". Tanya Bu Surti dengan kesal.
Gagal sudah rencananya untuk belanja hari ini padahal dia ingin pergi bersenang-senang dengan uang pemberian Wina seperti biasa.
"Aku juga tidak tahu bu, tadi pagi saat aku memberitahu untuk memberikan ibu uang dia menolak mentah-mentah, katanya usahanya sedang dalam masalah, jadi tidak lagi mengirimi ibu uang untuk sementara, itulah membuat aku pusing". Reno memijit pelipisnya karena dia yakin ibunya pasti akan merongrong uangnya.
"Ya sudah kamu saja berikan ibu uang, jika tidak ibu akan beritahu istrimu tentang kelakuanmu diluar". Ancamnya kepada sang anak.
Reno mendelik malas kepada ibunya itu, beginilah jika ibunya ini tidak diberi uang oleh Wina, dia yang akan menjadi sasaran untuk dimintai uang.
"Berhentilah membeli barang yang tidak penting bu, lebih baik ibu perbanyak beli emas, mumpung Wina masih memberi uang".
"Tenang saja, kamu pikir ibu tidak membeli emas??, lumayan lah uang dari Wina itu".
"Bagus jika seperti itu bu".
Alur ceritanya bagus dan konfliknya tidak begitu terlalu rumit...
pemilihan kosakata sangat baik dan mudah untuk dipahami...
terimakasih buat kk othor,
semoga sukses ❤️