NovelToon NovelToon
Hadiah Penantian

Hadiah Penantian

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dokter
Popularitas:585
Nilai: 5
Nama Author: Chocoday

Riyani Seraphina, gadis yang baru saja menginjak 24 tahun. Tinggal di kampung menjadikan usia sebagai patokan seorang gadis untuk menikah.

Sama halnya dengan Riyani, gadis itu berulang kali mendapat pertanyaan hingga menjadi sebuah beban di dalam pikirannya.

Di tengah penantiannya, semesta menghadirkan sosok laki-laki yang merubah pandangannya tentang cinta setelah mendapat perlakuan yang tidak adil dari cinta di masa lalunya.

"Mana ada laki-laki yang menyukai gadis gendut dan jelek kayak kamu!" pungkas seseorang di hadapan banyak orang.

Akankah kisah romansanya berjalan dengan baik?
Akankah penantiannya selama ini berbuah hasil?

Simak kisahnya di cerita ini yaa!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chocoday, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jadi Tersangka

Brughhhh!!!

Aku yang baru saja selesai dengan urusan toilet termenung mendengar suara cukup kencang di bilik paling ujung dari ke-4 bilik toilet rumah sakit.

Barusan suara apa ya?

Gak salah denger kan?

Brughhh!!!

"Wanita sialan seperti kamu harusnya sudah mati sejak awal!"

"Harusnya dari awal kamu gak usah bertemu dengan laki-laki yang aku cintai,"

"Apa salah aku?"

"Kamu gak salah, yang salah semesta karena menyatukan kamu dan laki-laki yang aku cintai."

Sepertinya memang ada pertengkaran di bilik ujung. Aku memilih untuk membuka kunci pintunya perlahan—berniat tidak ingin ikut campur dengan urusan orang lain.

Tapi langkahku terhenti ketika mendengar suara seorang wanita yang hampir habis di bilik ujung.

"Lepaskan!! Aku mohon!"

Ini aku harus selamatin jangan ya?

Tapi kan bukan urusan aku juga.

Tapi kayaknya dia butuh bantuan.

Alih-alih langsung menolongnya, aku memilih untuk keluar lebih dulu dari toilet lalu mencari seseorang untuk menemaniku menolong wanita tadi.

Aku menahan tangan seseorang yang bahkan sama sekali tidak kukenal, "tolong bantu saya ya!!"

"Bantu apa Bu?" tanyanya dengan kebingungan.

"Tolong temani saya ke toilet!"

Laki-laki itu melepaskan tangannya, "ibu mau mesum ya?"

"Bukan ya! Pokoknya ayo ikut aja dulu," ajakku langsung menarik tangannya—masuk ke toilet kembali.

Tapi ada yang aneh—suara yang tadi sama sekali tidak terdengar. Namun biliknya masih tertutup, aku berjalan sembari menggandeng tangan laki-laki yang kutarik tadi.

"Ada apa sih Bu?" tanyanya.

Aku menoleh lalu menutup mulutnya, "jangan berisik!" bisikku, "coba buka bilik paling terakhir. Tadi saya denger sesuatu dari sana."

"Denger apa Bu? Suara hantu?" tanyanya.

Aku mendelik, "kamu buta atau gimana? Saya masih muda ya!! main panggil ibu aja."

Laki-laki itu mendengus kesal, "ya lagian nyebelin banget tiba-tiba diseret ke toilet cewek," gumamnya.

"Habisnya saya panik, mau minta tolong gak ada siapa-siapa. Jadi saya tarik kamu aja yang lagi lewat," jawabku.

"Emangnya denger suara apa sih?" tanyanya, "paling salah denger aja."

"Enggak, pokoknya buka dulu. Apa salahnya sih buat cek!" pintaku mendorong tubuhnya pelan.

Sedangkan aku menunggunya di depan bilik paling utama—dekat dengan pintu toiletnya.

Laki-laki itu berjalan perlahan, lalu terdiam setelah membuka pintu bilik ujung.

"Kok diem aja, ada apa?" tanyaku kebingungan.

"Panggil dokter, Teh!" pintanya dengan wajah yang terbelalak.

Aku keluar dari toilet, berteriak memanggil dokter ataupun perawat. Perawat mulai berdatangan, bahkan cukup banyak orang yang datang.

Laki-laki itu terlihat kebingungan juga, apalagi sekarang pihak rumah sakit memanggil polisi untuk menangani kasus ini.

Aku terkejut melihat wajah wanita itu sudah membiru dengan luka lebam pada pipi dan juga lehernya, tapi dokter menyatakan bahwa wanita itu masih bisa diselamatkan.

Baru saja aku akan kembali ke tempat duduk sejak tadi, tanganku ditahan oleh laki-laki yang ku seret ke toilet.

"Heh main tarik-tarik aja. Mau dibawa kemana ini? Saya mau konseling sama dokter ya!"

"Ibu—Teteh maksud saya, harus ikut saya untuk menjadi saksi sebuah percobaan pembunuhan," jelasnya.

"Kenapa? Kok saya?" tanyaku heran.

"Ya terus siapa lagi?" tanyanya balik, "kan teteh yang bawa saya ke toilet terus nemuin ibu tadi."

"Jangan-jangan yang siksa teteh ya?" tuduhnya.

Aku langsung menepis tangannya, "kamu nuduh saya?"

"Ya kan gak ada siapa-siapa lagi selain teteh di dalamnya," timpalnya.

"Saya cuman bilang kalau saya denger sesuatu, kenapa malah saya yang dijadikan tersangka sih," tukasku.

"Udah ayo pokoknya ikut saya dulu!" Laki-laki itu kembali menarik tanganku untuk kembali berjalan ke ruang pemeriksaan—menemui polisi yang sudah ada di sana.

Lah masa niatnya nolongin malah jadi tersangka begini?

Gimana ceritanya sih ini?

Hwaaaa Mamah!!!!!!!

1
Chocoday
Ceritanya dijamin santai tapi baper
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!