kembali hilang setelah peperangan usai namun ketidakadilan senantiasa datang untuk merobohkan kedamaian
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon krist junior., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Pagi hari di Akademi Rune Arkanis membawa aura yang berbeda. Langit berawan, dan udara dingin menggigit kulit para murid yang berkumpul di halaman utama. Instruktur Yovar, dengan jubah biru kelam dan tongkat rune di tangan, berdiri di podium batu, menatap seluruh murid baru.
"Hari ini kalian akan menjalani misi pertama di Zona Bayangan," katanya lantang. "Kalian akan membentuk tim berisi tiga orang. Dalam waktu sepuluh menit, bentuk tim kalian. Jika tidak, sistem akan memilih acak."
Desas-desus langsung terdengar. Beberapa murid saling melirik dan cepat-cepat mendekati teman yang mereka percayai. Beberapa lainnya—terutama mereka yang bukan dari keluarga bangsawan—mulai terlihat cemas.
Rafen, dengan senyum miringnya, sudah berdiri bersama dua murid lain dari klan Lorthen. "Tim kuat hanya untuk yang punya nama," ejeknya.
Lia menolak tawaran Rafen secara halus. Ia lalu berjalan ke arah Kiwang, yang berdiri sendirian di pojok.
"Kau sendiri?"
"Kelihatannya begitu," jawab Kiwang datar.
"Kalau begitu kita satu tim."
Muncul seorang murid laki-laki berambut cokelat kusut, tubuh kurus tapi dengan mata tajam. "Toren," katanya pelan. "Boleh ikut? Aku punya rune tanah."
Kiwang dan Lia saling pandang. "Baiklah."
---
Zona Bayangan – 1 Jam Kemudian
Zona Bayangan adalah lahan simulasi berisi reruntuhan dan labirin ilusi. Begitu tim Kiwang masuk, mereka langsung disambut dengan udara pekat dan kabut gelap. Rune di tubuh mereka mulai bersinar samar, sebagai pelindung dari efek ilusi.
Langkah pertama diiringi suara geraman rendah. Dari balik reruntuhan muncul dua monster bayangan dengan tubuh mirip anjing raksasa, mata merah menyala, dan gigi panjang berlumur lendir hitam.
"Formasi V!" seru Lia.
Toren segera membuat perisai tanah dari kedua tangannya, mencuat dari tanah dan melindungi depan. Lia menyiapkan rune es, sementara Kiwang mulai memanggil Spiral Trigger dari tangannya.
"Serang dari kiri!" Lia berteriak. Ia menembakkan panah es ke arah monster pertama. Monster itu melompat, tapi Toren menggerakkan kakinya dan menjebaknya dalam perangkap tanah.
Kiwang berlari memutari sisi kanan, lalu dengan gerakan cepat menyilang tangannya. "Spiral Break!"
Sebuah gelombang berputar memotong udara dan menghantam tubuh monster kedua, meledakkannya menjadi serpihan bayangan. Darah hitam meleleh ke tanah.
Monster pertama mengamuk, berhasil melepaskan diri, dan menerjang ke arah Toren. Tapi Toren bertahan, menggeser batu seperti tameng hidup dan menghentikan cakaran.
"Kiwang! Sisi belakang!"
Kiwang melompat ke atas, lalu berputar di udara, melepaskan Flame Hook ke punggung monster dan menariknya ke bawah. Lia menyusul, menusuk mata makhluk itu dengan panah es dari jarak dekat.
Monster roboh. Aura hijau samar menyelimuti mereka.
> [Kiwang – Level 11] [Lia – Level 11] [Toren – Level 10]
---
Saat mereka berjalan lebih dalam ke zona, mereka mendengar suara dentuman dan teriakan.
"Itu suara tim Rafen," gumam Lia.
Mereka berlari ke sumber suara dan menemukan Rafen bertarung melawan monster bayangan berbentuk burung besar dengan bulu-bulu tajam seperti pisau. Tim Rafen terdesak. Salah satu anggotanya terkena luka parah di bahu.
"Mereka kesulitan," ujar Toren.
"Kita bantu?" tanya Kiwang.
"Terserah."
Tanpa menunggu jawaban, Kiwang melompat dan meluncur dengan Spiral Dash, menghantam monster dengan tendangan api dari atas. Monster itu berputar dan mengeluarkan jeritan.
"Apa yang kau lakukan di sini, kampungan?!" bentak Rafen.
"Menyelamatkanmu, rupanya."
Lia mengangkat tangannya dan menembakkan hujan es ke sayap makhluk, memperlambat gerakannya. Toren menggunakan tanah untuk menjebak kakinya, sementara Kiwang menyiapkan gerakan kombinasi baru.
"Spiral Ember—Double Arc!"
Dua lingkaran api berputar dan menghantam bagian dada dan kepala monster. Tubuhnya meledak menjadi kabut hitam.
Aura naik level kembali menyelimuti tubuh mereka.
> [Kiwang – Level 12] [Lia – Level 12] [Toren – Level 11]
Rafen menatap mereka dengan wajah merah padam. "Kau pikir ini akan membuatku berterima kasih?"
"Tak mengharapkan itu," jawab Kiwang. "Hanya melakukan hal yang benar."
---
Di akhir zona, mereka harus mengaktifkan pilar rune untuk keluar. Tapi sebelum itu, muncul tiga monster bayangan dalam bentuk humanoid, dengan pedang dan perisai.
Pertarungan berlangsung sengit.
Kiwang melawan musuh bersenjata ganda. Ia menghindari tebasan pertama dengan langkah kaki miring, lalu menangkis serangan kedua dengan Spiral Wave. Ia menunduk, memutar tubuh dan mengayunkan api spiral dari lututnya ke arah lawan.
Lia bertarung sambil bergerak lincah, melompat ke dinding dan melepaskan tembakan es dari udara, membekukan kaki lawan dan menusuk tubuhnya dengan pedang tipis dari rune beku.
Toren, dengan gaya berat tapi solid, bertahan dari dua musuh sekaligus. Ia membuat jebakan runtuhan dan memecah tanah di bawah musuh, membuat mereka kehilangan keseimbangan sebelum menghantamnya dengan pilar batu yang mencuat dari bawah.
Begitu pilar rune diaktifkan, zona mulai hancur perlahan.
Instruktur menyambut mereka di luar.
"Tim Kiwang, Lia, Toren—misi selesai dengan nilai sempurna. Kalian juga mendapat kredit karena menyelamatkan tim lain."
Toren tersenyum samar. Lia mengangguk pelan.
Kiwang hanya menatap ke langit.
> [Level: 13] [Rune Skill Baru Terbuka: Spiral Flame Bind]
Dan untuk pertama kalinya sejak masuk akademi, ia merasa... bukan lagi bayangan.
---