Mungkin berat bagi wanita lain menjalankan peran yang tidak ia inginkan. Tetapi tidak dengan Arumi yang berusaha menerima segala sesuatunya dengan keikhlasan. Awalnya seperti itu sebelum badai menerjang rumah tangga yang coba ia jalani dengan mencurahkan ketulusan di dalamnya. Namun setelah ujian dan cobaan datang bertubi-tubi, Arumi pun sampai pada batasnya untuk menyerah.
Sayangnya tidak mudah baginya untuk mencoba melupakan dan menjalani lagi kehidupan dengan hati yang mulai terisi oleh seseorang. Perdebatan dan permusuhan pun tak dapat di hindari dan pada akhirnya memaksa seseorang untuk memilih diantara mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1. Pengantin Pengganti
Bab 1. Pengantin Pengganti
Canggung, itu yang di rasakan Arumi ketika dirinya berada di dalam kamar hotel yang sama dengan Dimas, suami yang baru saja menikah dengannya 3 jam yang lalu.
Berbeda dengan Dimas yang tampak kesal dan marah, ia terlihat acuh terhadap Arumi dan mengabaikan wanita itu layaknya tidak merasakan keberadaannya.
Dimas beranjak menuju kamar mandi dan segera membersihkan dirinya setelah penat seharian tersenyum palsu kepada para tamu beserta kerabat yang menghadiri pernikahannya. Bagi Dimas yang menjunjung tinggi harkat dan martabat keluarga, ia terpaksa menerima Arumi sebagai pengantin wanitanya menggantikan Renata sang kekasih yang tadinya akan menikah dengannya.
Dimas tidak ingin keluarganya malu kepada para undangan karena dirinya ditinggal kabur oleh pengantin wanitanya. Oleh sebab itu, Dimas menerima Arumi, sepupu Renata agar keluarganya tidak menjadi bahan cemoohan.
Dinginnya air keran membasahi kepala dan tubuh Dimas. Memberikan sedikit ketenangan meski isi kepalanya hampir meledak. Tidak ada yang tahu isi hati Dimas karena lelaki itu tetap terlihat cool dan tampak tenang.
Masih tidak percaya Renata meninggalkan dirinya. Padahal seminggu sebelum di pingit, mereka masih bertemu dan terlihat bahagia menjelang hari pernikahan mereka. Wanita yang di pacari Dimas selama satu tahun itu, mengatakan Dimas adalah pria tampan dan sempurna di hidupnya. Tentunya Dimas merasa bangga dan yakin bahwa dirinya menikahi Renata adalah pilihan yang tepat.
Namun siapa sangka, menjelang 3 hari sebelum hari sakral itu terjadi, Dimas mendapat kabar Renata telah pergi meninggalkan rumah. Dimas pun segera mencari calon pengantinnya itu, namun keberadaan Renata lenyap bak di telan bumi.
Tidak ada satupun yang tahu kemana Renata pergi. Semua akses yang terhubung dengan Renata tidak ada yang bisa membantu karena Renata meninggalkan handphonenya, ATM, serta kartu kredit lainnya bahkan buku tabungannya.
"Haahh!"
Dimas menghempaskan amarahnya melalui hembusan napasnya yang berat dalam guyuran air keran yang mendinginkan kepalanya. Ia begitu kecewa dan sakit hati Renata meninggalkan dirinya tanpa sebab. Harga dirinya terluka, bahkan ia merasa seperti dikhianati sehingga Dimas pun tidak mau menerima Renata jika nanti wanita itu datang kembali padanya.
Aroma sabun dan sampo menyeruak keseluruhan ruangan ketika Dimas keluar dengan hanya berbalut handuk dipinggangnya.
Arumi yang tadinya sedikit tenang kini jantungnya berdebar kembali mana kala Dimas melintas di depannya tanpa ekspresi. Temaram lampu yang tidak terlalu menerangi ruangan berhias kamar pengantin itu menambah suasana mencekam bagi Arumi yang bingung, canggung, dan juga takut. Ia terlihat ragu-ragu mencari cara untuk membuka percakapan dan mencairkan suasana diantara mereka.
"Ah..."
Arumi hendak menyapa pria yang menjadi suaminya itu. Namun alih-alih berkata, suara desahan ragu yang malah keluar dan terdengar lirih seperti bisikan. Rasanya semua kata dan kalimat enggan keluar dan terasa sangkut di tenggorokan, dan membuatnya sulit untuk menelan salivanya.
Dimas yang menikahi Arumi di usianya yang ke 28 itu melirik tajam pada wanita yang seketika terlihat pucat ditatap olehnya. Bahkan mulut wanita itu terkatup rapat seolah-olah desahan ragu yang keluar tadi adalah sebuah kesalahan. Sampai-sampai Arumi bernapas secara pelan seolah-olah bernapas pun merupakan hal yang harus ia sembunyikan.
Tadinya Dimas sangat kesal kepada Arumi. Tapi melihat wajah Arumi yang ketakutan, sedikit rasa iba menelusup di dalam hatinya. Tentunya, Arumi pun memiliki kondisi yang kurang lebih sama seperti dirinya, yaitu terpaksa menerima pernikahan ini, pikirnya. Namun alasan apa yang membuat Arumi menerima, masih belum di ketahui penyebabnya.
Sejujurnya, Dimas tidak menyukai Arumi yang setelah di cari informasinya, wanita yang menikah dengannya itu merupakan seorang janda di usianya yang ke 25 tahun ini.
Bagi Dimas, kesucian adalah hal yang mutlak harus ia dapatkan dari pasangan pengantinnya. Ia tidak bisa menerima, jika wanitanya sudah pernah di jamah oleh lelaki lain.
Mungkin ada yang berpendapat bahwa ketulusan, kehangatan dan perhatian sudah cukup sebagai pondasi dalam biduk rumah tangga. Namun, wanita yang sudah ternodai baginya adalah wanita yang tidak setia menjaga kesucian dirinya sendiri. Meski kasus Arumi berbeda, namun status pernah menjadi milik orang lain lebih dulu menjadi hal yang sensitif bagi seorang Dimas Prasetya.
"Aku tahu kita sudah menjadi suami istri. Namun jujur saja, kau masih terasa orang asing bagiku. Bisakah kau keluar dulu? Aku mau berpakaian." Ucap Dimas untuk yang pertama kalinya setelah mereka memiliki ikatan sebagai suami- istri.
Arumi terdiam sejenak. Kata-kata yang di ucapkan oleh Dimas walaupun terasa menyakitkan namun semua itu berdasarkan kenyataan. Bahkan dirinya pun merasa demikian. Namun yang menjadi masalahnya, kemana Arumi harus keluar? Sedangkan kamar hotel itu hanya memiliki dua pintu, yaitu pintu kamar mandi dan pintu keluar kamar hotel tersebut.
"Atau kau mau melihatku berganti pakaian?" Ucap Dimas kembali.
"A... Aku akan menutup mata!" Jawab Arumi sembari membalikkan tubuhnya, memunggungi Dimas dan memejamkan matanya dengan erat. Bahkan telinganya pun ia tutup dengan kedua telapak tangannya, padahal tidak di minta.
Ini memang bukan kali pertama ia menikah. Namun tetap saja, Arumi merasa canggung di pernikahan ke-2 nya ini. Meski dikatakan pernikahan ke-2, pengalamannya dalam hubungan pernikahan sangatnya minim. Karena itu, wajah Arumi sangat terlihat polos dan memerah ketika tanpa sengaja ia melihat Dimas keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk di pinggang tadi, sebelum dirinya menundukkan pandangannya.
Dimas tetap cuek dan melepas handuknya tanpa malu dan sungkan. Setelah memakai pakaian dalam dan piyama, ia merebahkan dirinya di tempat tidur empuk dimana Arumi sedang duduk sambil memejamkan matanya.
Mata Arumi terbuka begitu merasakan seseorang berada di sampingnya. Ia merasa semakin canggung dan tidak nyaman, terlebih lagi Dimas menunggu dirinya tanpa berniat untuk berbagi tempat tidur yang sama.
"Aku tidak akan tergoda oleh mu. Kalau mau mandi, mandi saja. Setelah itu kau bisa tidur di sofa." Kata Dimas tanpa menoleh sedikit pun ke arah Arumi.
Arumi tidak menjawab. Namun tubuhnya bergerak sesuai apa yang Dimas katakan. Meski saat ini Dimas acuh tak acuh padanya, namun ia adalah istri dari pria yang mengabaikan dirinya tersebut. Dan walau pun kesal, Arumi tetap menurut kepada Dimas.
Dimas melirik sekilas Arumi yang membawa pakaian ganti ke dalam kamar mandi. Lalu beberapa saat kemudian, air keran pun terdengar mengalir dan aroma sabun pun mulai tercium. Dimas pun memejamkan matanya dengan hati dan tubuh yang begitu lelah.
Siapa juga yang mau menggoda! Aku juga tidak berharap pada pernikahan ini. Aku hanya ingin kesulitan orang tua ku teratasi. Dan mereka bisa menikmati hidup seperti sedia kala lagi. Kalau saja aku punya cara lain melunasi hutang orang tua ku, aku juga tidak mau menjadi pengganti pengantin wanita dan mendapat perlakuan buruk seperti ini.
Arumi meluapkan keluh kesahnya dalam hati sambil membasahi tubuhnya dengan air keran yang mengalirkan air hangat malam itu. Percikan air seakan-akan memijat tubuhnya dan rasa lelah pun berangsur-angsur hilang dengan sendirinya.
Arumi tahu pria yang di nikahinya adalah pacar sepupunya dari cerita antar saudara-saudara dan sepupunya yang lain. Namun arumi tidak tahu pasti, alasan Renata kabur dan meninggalkan calon suaminya yang sempat sepupunya
bangga-banggakan dulu.
Arumi keluar dari kamar mandi dengan pakaian tidurnya. Perlahan ia mengambil satu bantal dan menuju sofa dimana itu merupakan satu-satunya tempat teraman baginya untuk memejamkan mata.
Bersambung...
Jangan lupa dukung Author dengan like dan komen ya, terima kasih 🙏😊
hari ini apes bener arumi.. bertemu org2 ##$$@## dpt tlp dr pamannya yg juga sama2 ##$@##$🙄
suka dgn gaya rumi yg tdk mudah memperlihatkan kelemahannya pd lawan bicara yg pd nyebelin itu..meski dlm hatinya remuk redam... pasti berat bagi rumi dlm situasi yg spt ini.. semangat arumi... semoga semua masalah cpt berlalu n kamu bisa hidup dgn lbh baik kedepannya
kamu yg ninggalin dimas... tp sekarang malah gk tau malu minta balikan... maksudmu piye? jgn takut arumi lawan aja itu si renata.. bkn kamu yg salah.. dia yg ninggalin dimas jd jgn kepengaruh sama renata...