Kedamaian yang seharusnya bertahan kini mulai redup. Entitas asing yang disebut Absolute Being kini menjajah bumi dan ingin menguasai nya, manusia biasa tak punya kekuatan untuk melawan. Namun terdapat manusia yang menjadi puncak yaitu High Human. High Human adalah manusia yang diberkahi oleh kekuatan konstelasi kuno dan memakai otoritas mereka untuk melawan Absolute Being. Mampukah manusia mengembalikan kedamaian? ataukah manusia dikalahkan?. Tidak ada yang tahu jawaban nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyukasho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21: Graudel
Malam akan segera berganti. Namun cahaya fajar tidak membawa ketenangan, melainkan kecemasan yang samar. Di bawah langit yang bersiap menyambut hari baru, rombongan kecil itu mempersiapkan keberangkatan mereka menuju Cekungan Cardent wilayah yang dulunya hijau dan subur, namun kini dikenal sebagai kuburan hidup para prajurit.
Beberapa jam kemudian, di tengah perjalanan menuju lembah, angin pegunungan meniup surai kuda dan jubah mereka. Pepohonan mulai jarang, berganti dengan bebatuan dan rumput kering. Jauh dari Benteng Cahaya, suasana menjadi lebih sepi. Aria dan Sho berkuda di depan bersama Liora yang tengah fokus membaca peta sihir, menyisakan Yara dan Kieran yang melambat sedikit di belakang.
Yara melirik Kieran, yang sejak awal perjalanan hampir tak mengucapkan sepatah kata pun. "Kau diam terus. Bosan, atau sedang menyusun puisi perang di kepalamu?" Tanya Yara dengan nada penuh ejekan.
Kieran menoleh sedikit, senyum tipis muncul di sudut bibirnya. "Aku tidak tahu harus berbicara tentang apa. Lagipula sebentar lagi kita akan berperang." Jawab Kieran dengan nada santai namun terdengar tegas.
Yara mengangkat alis. "Aku merasakan aura yang sedikit familiar darimu, apakah konstelasi mu Raijin?" Tanya Yara penasaran.
"Kau benar, biar kutebak, kau inkarnasi Fujin bukan?" Ucap Kieran sembari tersenyum.
Yara mendecak. "Ahh... seperti nya bisa ditebak ya... Aku mengharapkan kerja sama darimu" Ucap Yara sembari tersenyum manis kepada Kieran.
Kieran tertawa pelan. "Seperti nya kita akan menjadi pasangan bertarung yang cocok hanya karena konstelasi kita memiliki hubungan yang dekat." Ucap Kieran sembari tertawa pelan.
"Aku cukup penasaran mengapa hanya aku yang tidak punya senjata." Gumam Yara dengan nada kesal.
"Orang seperti mu kalau diberikan senjata hanya akan membuat dunia semakin kacau." Sindir Sho dari depan.
Yara yang mendengar sindiran itu reflek marah dan mengendalikan angin hanya untuk menjatuhkan Sho dari kuda yang ditunggangi nya. "Hei! apa-apaan ini?" Teriak Sho dengan nada kesal.
"Yah, itu memang pantas untuk kau dapatkan..." Ucap Aria sembari mengehela nafas karena kekonyolan Sho dan Yara.
Setelah beberapa jam mereka berkuda, kini mereka sudah sampai setengah jalan, suasana hening karena kejadian tadi, namun keheningan pecah ketika Sho mulai berbicara.
"Hei Kieran, kau bilang kau inkarnasi Raijin bukan? kalau begitu kau sekarang berpasangan dengan Yara, kalian harus bisa bekerjasama untuk kedepannya karena firasat ku mengatakan bahwa pertarungan besar akan segera dimulai. " Ucap Sho kepada Kieran.
"Tak perlu kau suruh aku sudah berencana untuk melakukan nya." Jawab Kieran.
"Sho, terdapat bau kematian yang begitu pekat didepan." Ucap Persephone kedalam kepala Sho.
Sho tidak menjawab namun ia hanya mengangguk. Dan dari kejauhan, cekungan Cardent mulai terlihat. Sunyi, namun mengandung ancaman yang membuat udara bergetar.
Kabut ungu menyelimuti dataran luas Cekungan Cardent, membentuk tirai suram di bawah langit kelam yang seolah ditindih oleh tekanan tak kasatmata. Di hadapan mereka, terbentang ribuan pasukan Absolute Being tingkat rendah, makhluk yang diselimuti armor hitam pekat memegang pedang. Di tengah barisan itu, berdiri tegak sosok pemimpin mereka, Absolute Being dengan sosok humanoid bersayap enam, tubuhnya dililit akar dan besi, dengan wajah tak memiliki mata, hanya lubang hitam di tengah dahi.
Sho dan yang lainnya turun dari kuda lalu maju selangkah, "Persephone... berkahi aku!" Seru Sho sembari menggenggam kalungnya yang segera berubah menjadi bident bersinar hijau terang lalu api hijau perlahan muncul dan menyelimuti Bident tersebut. Tubuh Sho kini diselimuti oleh energi alam.
Aria mengeluarkan busur perak nya. "Apollo berikan aku kekuatan mu!" Seru Aria, seketika tubuhnya dilingkupi aura matahari yang pekat dan rambut nya yang berwarna biru malam perlahan-lahan berubah warna menjadi kuning keemasan.
Yara mengangkat tangan, "Hancurkan musuh-musuhku! Fujin!" Seru Yara sembari memunculkan pusaran badai yang begitu dahsyat ditangan nya.
Kieran memunculkan kedua palu bermata nya nya, langit mendadak dipenuhi awan hitam pekat. "Izinkan aku menggunakan kekuatan mu, Raijin!" Seru Kieran sembari mengangkat kedua palu nya tinggi-tinggi dan memunculkan badai petir yang sangat besar.
Liora, meski hanya manusia biasa, berdiri tegak di tengah mereka, tongkat sihir dipegang erat-erat ditangan nya, jantungnya berdebar hebat namun matanya tak gentar. "Aegis Mea." Ucap Liora, ia merapalkan sihir pelindung tingkat tinggi untuk melindungi rekan-rekan nya.
Absolute Being tingkat atas tersebut turun dari langit dan berdiri dihadapan mereka berlima. "Kalian berlima sepertinya benar-benar menginginkan kematian..." Ucap makhluk tersebut, suaranya terdengar dari segala arah, bergaung seperti retakan dimensi
"Aku Graudel, akan memusnahkan kalian, wahai makhluk fana!." Ucap Graudel, suaranya terdistorsi.
Tanpa aba-aba, ribuan pasukan Absolute Being menyerbu kearah mereka. Pertempuran pecah.
Aria melompat ke udara, dan memanah ratusan pasukan Absolute Being yang berada di barat. Kekuatan nya benar-benar dahsyat, matahari bersinar terang sehingga membuat Aria semakin kuat. "Kalian berhadapan dengan orang yang salah!" Teriak Aria sembari memanah tanpa henti, anak panah nya adalah cahaya itu sendiri.
Yara berputar di udara, tubuhnya seolah menyatu dengan angin, dan badai horizontal menyapu bersih barisan musuh dari timur. "Ini Sungguh menyenangkan!" Teriak Yara dengan penuh antusias sembari melempar bola-bola badai secara tak beraturan kearah musuh-musuhnya.
Kieran berlari di tanah, palu-palu nya mengayun menyambar dengan petir, tubuhnya bergerak seperti kilat menyilang medan perang bagian utara. "Ribuan pasukan tak ada tandingannya bagiku." Ucap Kieran sembari memunculkan awan petir, namun dia menyesuaikan awan nya agar tidak menutupi matahari.
Sho menerjang ke tengah, Bident nya menusuk ratusan pasukan Absolute Being, bahkan api hijau nya membakar habis pasukan-pasukan tersebut tanpa ampun. "Aku memegang tanggung jawab sebagai 'Pahlawan' Maka akan ku penuhi tanggung jawab itu!" Seru Sho sembari menusuk dan menebas pasukan yang berada di selatan.
Dan Liora, di tempat tinggi yang dibentuk dari batu oleh mantra yang ia rapalkan
sendiri, Ia mulai merapal sihir pemusnah tingkat tinggi untuk membuat formasi musuh menjadi kacau. "Cryo Regnum, Potestas Mea, Gelatio Totalum!" Seri Liora dengan lantang, seketika medan pertempuran dilapisi oleh es yang dingin dan menghambat pergerakan para Absolute Being.
Namun, ini baru permulaan. Graudel mengangkat tangan nya, seketika portal terbuka, lalu sepuluh Hollow muncul. Wujud mereka menyimpang, suara mereka meraung dengan kesakitan.
"Kalian pikir kalian bisa menang semudah itu?" Seru Graudel.
Kieran melotot. Aria menggertakkan gigi. Sho mengepalkan tangan. "Sialan! satu Hollow saja sudah mengganggu keseimbangan dunia." Ucap Sho dengan penuh kekesalan.
Yara menatap Liora. "Bersiaplah tuan putri, pertarungan kini sudah tidak bisa di prediksi lagi. Ini akan jauh lebih buruk dari yang kau bayangkan." Ucap Yara dengan nada santai.
Langit gelap. Tanah bergetar. Perang sesungguhnya baru dimulai. Sepuluh Hollow telah muncul. Tubuh mereka mencerminkan penyimpangan mutlak, separuh manusia, separuh kehancuran. Sorotan mata mereka adalah jeritan tanpa suara, jiwa-jiwa yang telah ditelan oleh kegelapan Absolute Being.
Namun sebelum mereka sempat melangkah... Langit robek. Bukan oleh sihir, bukan oleh kehendak fana—melainkan oleh, kehadiran surgawi.
Empat pilar cahaya menghantam bumi di empat penjuru Cekungan Cardent. Suara sangkakala terdengar meski tak ada alat musik yang ditiup. Udara berhenti bergerak. Waktu seolah tertahan sejenak.
Persephone bangkit dari pilar merah bagaikan ruby. Ia melangkah keluar dari sana dan seketika ladang bunga tercipta dan bunga-bunga tiba-tiba bermekaran di tengah medan perang yang tandus, ia mengenakan gaun berwarna hitam dan terlihat begitu menawan. Matanya menyimpan kedalaman alam semesta.
"Seperti nya ini akan menyenangkan" Desis Persephone bagaikan ular.
Apollo bangkit dari pilar kuning bagaikan emas dan bersinar seperti matahari, ia melangkah keluar dari sana dan seketika matahari bersinar begitu terang, bagaikan matahari mendekat kearah bumi. Panah emas membentuk lingkaran di sekeliling tubuhnya, dan suaranya adalah simfoni yang memekakkan.
"Tidak ada salahnya untuk turun tangan sesekali." Ucap Apollo dengan nada antuasias.
Fujin bangkit dari pilar berwarna hijau bagaimana zamrud, ia melangkah keluar dari sana dengan wajah yang ditutupi topeng serta tubuh berbalut pusaran dan rambut menjulur panjang seperti gulungan badai. Seketika badai besar tercipta, pusaran tornado muncul di sekeliling nya.
"Apapun yang mengacau keseimbangan alam semesta harus di musnahkan." Ucap Fujin dengan nada penuh ancaman.
Raijin bangkit dari pilar berwarna biru bagaikan lapis lazuli, ia melangkah keluar dari sana dengan tubuhnya diselimuti oleh guntur pekat, dan setiap langkahnya meninggalkan jejak terbakar. Awan-awan petir mulai bermunculan kali ini dalam jumlah yang sangat besar dan hujan petir terjadi.
"Memusnahkan makhluk yang mengacaukan keseimbangan dunia adalah kewajiban ku." Ucap Raijin dengan tegas.
Semesta bergetar. "Kami tidak turun untuk mencampuri urusan mutlak antara para Inkarnasi dan Absolute Being, Namun para Hollow... mereka adalah noda yang harus dibersihkan oleh kami sendiri." Ucap Persephone, suaranya bergema hingga ke jiwa terdalam.
Apollo mengangkat tangannya dan mengumpulkan energi matahari. "Mereka bukan lagi manusia. Bukan pula makhluk surgawi. Mereka adalah penderitaan itu sendiri." Ucap Apollo, suaranya terdengar sangat lantang.
Raijin dan Fujin tidak bicara. Mereka langsung menerjang ke arah para Hollow. Pertempuran para dewa dimulai.
Persephone mengangkat tangannya, bunga-bunga mekar dari dalam tubuh Hollow, mencabik mereka dari dalam seperti kutukan alam, dan api hijau perlahan muncul dan membakar mereka, yang dibakar bukanlah tubuh melainkan eksistensi itu sendiri. Setiap langkahnya meninggalkan jejak kehidupan... dan kematian.
Apollo memanah ke langit, dan anak panahnya memecah menjadi ribuan fragmen cahaya, menghujani Hollow hingga mereka melolong. Cahaya suci membakar kebohongan yang menutupi jiwa mereka.
Fujin menari di udara, memanggil angin dari seluruh penjuru dunia. Badai yang ia ciptakan memutar tubuh Hollow seperti dedaunan tercabik. Badai-badai tersebut tak hanya melukai badan para Hollow, tetapi juga mengacaukan jiwa mereka.
Raijin menghantam tanah. Petir surgawi menyambar tanpa henti, memecah struktur dunia di bawah kaki Hollow. Suara petirnya meretakkan langit. dan petir-petir nya menyambar tanpa henti kearah para Hollow.
Langit hancur. Tanah mencair. Waktu mendesak untuk tunduk. Namun meski empat dewa mengamuk, sosok Graudel tetap berdiri tegak.
"Menarik. Jadi para dewa pun takut untuk menyentuhku" Ucap Graudel.
Sho melangkah maju, menatapnya lurus. "Mereka tidak takut kepadamu, melainkan kau terlalu lemah untuk diurus oleh mereka!." Ucap Sho.
Aria menggenggam busurnya erat. "Apollo memang memberiku cahaya. Tapi aku yang memanah." Ucap Aria sembari berdiri disamping Sho.
Kieran menyalakan kedua palunya. "Raijin bisa eruntuhkan dunia, tapi meski begitu aku bisa menggetarkan dunia dengan kemampuan ku sendiri!" Ucap Kieran sembari menyusul untuk berdiri di sebelah Sho.
Yara tersenyum miring, "Fujin bisa menghancurkan daratan. Tapi aku yang akan membuatmu berlutut." Ucap Yara dengan nada penuh kesenangan dan antusias, ia beridir disamping Aria.
Liora melompat dari atas bukit batu yang dia ciptakan sendiri lalu mendarat disamping Kieran "Meskipun aku manusia biasa dan bukanlah High Human. Aku tetaplah penyihir terkuat saat ini!" Ucap Liora sembari memegang liontin ibu nya.
Graudel mengangkat satu tangannya, dan kabut hitam menyelubungi dirinya. "Kalau begitu... mari kita buktikan apakah kalian layak membawa kemenangan untuk umat manusia." Ucap Graudel dengan penuh kesombongan.
Dan malam yang belum sempat berubah menjadi fajar, kini menjadi medan di mana dunia akan memutuskan siapa yang lebih kuat, para makhluk fana yang memanggul takdir para dewa... atau kehancuran yang lahir dari keabadian itu sendiri.
Btw bagusss bangett, aku menunggu chapter berikutnyaa/Applaud//Applaud/
sayangg lioraa🫂🫂
peluk jauh untukmu sayanggg🫂🫂
Btw Aria cantik 08 berapa neng? /Smirk//Smirk/
Semangatt terus buat authornya yaaaa
Rasanya campur aduk kayak nasi uduk, aaaa aku ga bisa ngungkapin perasaan ku dengan kata' tapi yang pasti ini KERENNN BANGETTTTT
Oiyaa, semangat terus yaa buat authornyaa /Determined//Determined/