Hanya demi uang, Celline rela menjual dirinya pada seorang CEO perusahaan besar yang bernama James Chandra. James hanya menginginkan seorang anak. Dia rela membayar seorang wanita untuk melahirkan seorang anak sebagai penerus untuknya.
Jika Celline dapat melahirkan seorang anak untuk James, maka Celline akan mendapatkan uang sebesar 1 milyar Rupiah dari James. Dan Celline bisa keluar dari rumah pamannya.
Semenjak orangtua Celline meninggal dunia akibat kecelakaan, Celline harus tinggal bersama dengan keluarga om-nya yang tidak pernah memperlakukan dirinya secara manusiawi. Mereka selalu saja menyiksa Celline baik secara fisik maupun psikis. Kalau Celline tidak mau menurut apa yang mereka katakan dan inginkan.
Bagaimakah kisah Celline bisa bertemu dengan James? Dan bagaimanakah cara Celline bisa keluar dari rumah om-nya itu? Apakah Celline bisa merubah sikap dingin James pria itu? Ikuti perjalanan hidup Celline yang penuh dengan lika-liku kehidupan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evita Lin 168, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Di sela-sela menikmati teh dan makanan cemilan, handphone Celline berdering. Kemudian dia mengambil handphonenya yang ada di atas meja dan mengangkatnya.
“Hallo, Budi.”
“Bagaimana kabarmu, Celline?”
“Baik. Bagaimana dengan kamu sendiri?”
“Aku juga baik. Kapan kamu mau masuk kerja lagi?”
“Besok aku akan mulai masuk kerja lagi.”
“Oh, baguslah kalau begitu. Selama kamu tidak masuk kerja, terasa sepi di sini.”
“Hahaha….. Kamu bisa saja.”
“Ya sudah kalau begitu, nikmati dulu liburmu itu.”
“Iya. Terima kasih banyak.”
Setelah Celline selesai menerima telepon itu, dia beranjak kembali ke dalam kamarnya. Saat berjalan masuk dan melangkah menuju anak tangga, dilihatnya Pak Dar sedang membawa koper milik James. Sedang James berjalan di belakangnya.
“Tuan, tuan mau berangkat sekarang?” Tanya Celline pada James.
“Ya, kamu bisa lihat sendiri, kan?!” Kata James ketus.
“Hm…. Kalau begitu hati-hati, tuan.” Kata Celline.
Terlihat Benny sudah berdiri standby di samping pintu mobil James. Kemudian Benny membukakan pintu untuk James dan James masuk ke dalam mobil. Sedangkan Celline dan Pak Dar dengan setianya berdiri di samping mobil, menunggu James sampai James pergi meninggalkan area mansion. Setelah itu Celline berjalan menuju kamarnya.
*****
Keesokan harinya….
Celline sedang bersiap-siap untuk sarapan kemudian berangkat kerja. Pagi ini, dia menikmati sarapan dengan tenang. Setelah selesai sarapan, Celline menuju kamarnya untuk mengambil tas kerjanya.
Setelah itu dia turun kembali ke bawah kembali. Saat hendak berjalan menuju pintu keluar, Pak Dar memanggil dan menghentikan langkahnya.
“Nona…..”
Langkah Celline terhenti setelah mendengar panggilan dari Pak Dar.
“Iya, pak. Ada apa?”
“Nona mau pergi ke tempat kerja, kan?”
“Iya, pak.”
“Saya sudah menyiapkan mobil untuk mengantar nona.”
“APA?! Disiapkan mobil?!” Celline ternganga dan terlihat sangat bingung.
“Saya tidak perlu diantar, pak. Saya bisa berangkat sendiri. Lagipula saya sudah terbiasa berangkat kerja sendiri, pak.”
“Tapi, nona…..”
“Pak Dar tenang saja. Saya akan pulang tepat waktu.” Celline berusaha menyakinkan Pak Dar.
“Hm…. Baiklah kalau begitu.”
“Kalau begitu saya berangkat dulu, pak.”
“Iya, nona. Hati-hati di jalan.”
*****
“Tuan, Pak Dar barusan melaporkan kalau nona sudah berangkat kerja.” Lapor Benny yang baru selesai membaca pesan dari kepala pelayan di mansion.
“Baiklah.”
“Tapi, nona tidak menggunakan fasilitas yang tuan berikan pada nona. Nona lebih memilih naik taksi, daripada naik mobil mansion.”
“Apa??!! Kenapa dia tidak mau memakai mobil mansion?!”
“Dari awal Pak Dar bilang nona memang tidak mau diantar oleh supir. Dia lebih memilih pergi sendirian saja. Kata nona, dia biasa berangkat kerja sendiri.”
“Sombong sekali gadis itu! Sampai-sampai tidak mau menerima fasilitas dariku. Beri dia kartu tanpa limit dan suruh dia berangkat kerja dengan diantar supir. Kalau dia tidak mau, jangan izinkan dia berangkat kerja lagi.”
“Baik, tuan.” Benny hanya tersenyum kaku sambil menggelengkan kepalanya setelah melihat sikap atasannya itu.
Kemudian James kembali melanjutkan pekerjaannya. Memang dirinya saat ini sedang mengecek lokasi proyek perkembangan gedung yang sedang dalam pembangunan.
James terlihat sangat tidak puas dengan pembangunan yang sedang dikerjakan itu. Entah mengapa waktu pembangunan itu bisa mengulur waktu dari waktu yang telah ditentukan.
“Perbaiki bagian ini! Aku tidak mau ada masalah lagi dalam pembangunan proyek ini.” Tegas James.
Sontak saja mereka hanya bisa menelan saliva mereka dan hanya bisa menundukkan kepala mereka karena takut melihat kemarahan James berusan.
“Saya tidak mau menerima kesalahan sedikit pun setelah ini!” Perintah James sambil melangkah keluar dari tempat proyek, diikuti oleh Benny di belakangnya.
Kepala penanggung jawab proyek langsung terkulai lemas tak berdaya setelah mendengar ucapan James barusan. Jantungnya berdetak tak beraturan seperti habis dikejar anjing gila.
Sedangkan Benny melangkahkan kakinya dengan lebar mengikuti langkah kaki James.
“Setelah ini laporkan hasil pengeluaran dari pembangunan proyek ini. Aku mau mengeceknya secara terperinci.” Perintah James.
“Baik, tuan.” Jawab Benny.
Kemudian James berjalan masuk ke dalam mobil dan akan kembali ke hotel, tempat dimana dirinya menginap selama di Malaysia.
*****
Sedangkan di tempat kerja, Celline terlihat sangat sibuk membantu rekan kerjanya di butik. Hari ini ada beberapa klien yang akan datang untuk mencoba fitting baju, serta jas yang akan mereka pesan.
“Memangnya klien seperti apa yang mau datang, bu?”
“Seorang model. Dia adalah pelanggan VIP yang ingin memesan gaun untuk pesta.”
“Oh…. Baiklah kalau begitu. Akan aku siapkan dulu, bu.”
Kemudian Celline berjalan mengambil beberapa gaun dan menaruhnya di lemari gantung yang mempunyai roda di bawahnya.
Beberapa menit kemudian, pelanggan VIP itu pun datang. Terlihat seorang wanita dengan penampilan yang gelamor dan elegan memakai kacamata hitam berjalan masuk ke dalam butik.
“Selamat datang, Nona Fifi.”
“Ya. Apakah kalian sudah menyiapkan beberapa gaun yang akan dipilih untuk dipakai oleh Nona Fifi?”
“Sudah. Mari silahkan masuk.”
“Cellime, tolong kamu keluarkan gaun yang tadi saya minta.”
“Baik, bu.” Celline dibantu oleh temannya mendorong rak lemari dan memperlihatkan gaun-gaun itu.
“Ini, nona. Gaun-gaun yang bisa Anda pilih. Kami pilihkan gaun yang terbaik untuk nona.”
“Hm…. Baiklah. Aku mau melihatnya terlebih dulu.” Fifi membuka kacamata hitamnya, kemudian menuju rak lemari dorong itu.
Fifi melihat gaun itu satu per satu dan mencoba beberapa gaun.
“Bagaimana menurutmu kalau aku pilih yang ini?” Tanya Fifi pada managernya.
“Sangat bagus dan sangat cocok untukmu.” Jawab manager Fifi.
Sampai pada akhirnya Fifi menjatuhkan pilihannya pada gaun yang bermotif belahan di bagian dada dan paha dengan warna gaun merah. Fifi terlihat sangat seksi dengan memakai gaun itu.
“Baiklah, aku pilih gaun yang ini saja.”
“Baik, nona. Akan kami bungkuskan.”
Cepat-cepat Celline membantu Fifi melepaskan gaun itu, kemudian mengambil gaun itu untuk di bungkus. Setelah selesai melayani pelanggan terakhir di butik, Celline bersiap untuk pulang.
*****
Tok….. Tok….. Tok….. Terdengar suara ketukan pintu kamar Celline.
Ceklek……
Pak Dar masuk membawa nampan yang berisi makan malam untuk Celline.
“Nona, sekarang sudah waktunya makan malam.
Celline minta makan malam di kamarnya saja. Maka dari itu, Pak Dar membawakan makan malam Celline ke kamarnya.
Celline yang sedang asyik bermain handphonenya hanya melirik sekilas ke arah Pak Dar yang sedang menaruh makan malamnya di atas meja.
“Silahkan makan malamnya, nona.” Pak Dar menunduk hormat.
“Terima kasih, pak. Saya akan makan nanti.”
“Baik, nona. Saya permisi dulu.” Pak Dar menunduk sebelum keluar.
Setelah Pak Dar keluar dari dalam kamar, Celline turun dari atas ranjang dan berjalan menuju meja. Kemudian dia mulai menikmati makan malamnya.
Bagaimana hari-hari Celline tanpa James? Nantikan kelanjutan kisahnya di bab berikutnya…….