jatuh cinta dengan pria seumuran itu adalah hal yang sudah biasa bukan?, namun bagaimana jika perasaan itu malah tertuju pada seorang pria dewasa yang seumuran dengan ayahnya?.
"hot, seksi, dan menggetarkan." gumam gadis beseragam SMA menatap tak berkedip pada tubuh tegap di depannya.
"Dasar gadis gila, menyingkirlah." penolakan terjadi, namun apakah gadis SMA itu menyerah?. ck, tentu saja tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mian Darika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1.
"Flor, ayo sayang kita harus pergi. Ini sudah saatnya untuk tinggal di tempat baru bersama kakek, di sana kau akan memulai semuanya dari awal. Dan jangan bersedih lagi, daddy dan mommy mu sudah tenang." Bujuk seorang pria tua berusia 48 tahun.
Di mana saat ini, pria itu tengah membujuk seorang gadis kecil yang masih setia menatap makam kedua orang tuanya, yang 2 jam lalu di kubur kan setelah mengalami kecelakaan tunggal saat di perjalanan pulang dari luar kota.
Gadis kecil itu terdiam, menatap lurus ke arah gundukan tanah milik dua orang yang sangat ia cintai, air matanya sudah kering, hanya raut wajah datar dan dingin saja yang masih tersisa di wajah cantiknya.
Dia, Florencia Flippa. Anak tunggal dari pasangan mendiang Northon dan juga Galena.
Gadis kecil yang saat ini baru saja berusia 7 tahun itu, kini nampak terdiam seakan akan tak mendengar lagi ucapan kakeknya.
Dia terpukul, tersiksa dan merasa sangat kehilangan sosok dua orang yang selama ini menjadi rumah untuknya.
Padahal baru semalam mereka saling berkomunikasi melalui video call, membicara kan segala hal termasuk rencana liburan tahun baru, yang mana rencananya mereka akan ke rumah kakeknya yang ada di washington sebagai liburan yang sudah di janji kan oleh kedua orang tuanya tersebut.
Kekeknya yang bernama Gordon itu, sedari tadi terus saja membujuknya secara bergantian dengan seorang pengasuh yang selama ini menemaninya saat kedua orang tuanya itu pergi bekerja di luar kota.
Menghela nafas, pria tua itu pun hanya bisa menarik nafas berat lalu ia hembus kan dengan cara yang sama.
Dia sedih, kasihan, dan juga tak berdaya melihat bagaimana keadaan cucunya saat ini.
Cucu satu satunya yang di tinggal kan oleh mendiang putranya dan juga menantunya, cucu perempuan yang sangat cantik dengan rambut merahnya yang bergelombang dengan kulit seputih susu, di mana itu semua mewarisi kedua orang tuanya.
"Bagaimana ini tuan besar, sebentar lagi hujan akan turun. Dan jika nona muda seperti ini terus menerus, maka yakin lah dia akan jatuh sakit jika tetap memaksa untuk berada di sana sampai hujan turun." Kata pengasuhnya, yang sedari tadi merasa khawatir dan juga gelisah pada gadis kecil itu.
Dia juga sudah berusaha untuk membujuk agar anak asuhnya itu mau di ajak pulang, namun sayang untuk saat ini flor tidak mau mendengar kan siapa pun termasuk kakeknya sendiri.
"Baik lah, jika memang dia tidak ingin pulang dan masih ingin berada di sini. Maka temani saja dia sampai dia merasa puas dan ikhlas untuk meninggalkan tempat ini, dan jika saja dia masih tetap keras kepala bahkan sampai 30 menit ke depan, maka minta lah Stanley untuk membawanya secara paksa." Kata tuan gordon dengan tegas memberitahu pengasuh cucunya yang bernama Gunn itu.
"Baik tuan besar." Setelah mengata kan hal tersebut, tuan gordon pun pergi dari sana. Meninggalkan cucunya yang masih setia duduk di samping makam kedua orang tuanya, yang di temani oleh pengasuh serta beberapa orang bodyguard untuk menjaganya.
30 menit lebih pun sudah berlalu, dan hujan sudah mulai turun membasahi bumi dan seisinya.
Orang orang yang berada di luar rumah pun berlomba lomba untuk mencari tempat berteduh agar teelindungi dari hujan yang di sertai angin yang tak begitu kencang, dan sebagian juga lebih memilih untuk tetap melanjut kan langkah karna hujan yang belum begitu deras.
"Nona, ayo kita pulang. Ini sudah hampir sore, dan hujan akan semakin deras. Saya khawatir jika anda akan sakit jika tetap memaksa kan diri berada di sini." Bujuk gunn lagi pada nona mudanya itu.
Namun tak ada jawaban, masih tetap sama.
Flor belum mau membuka mulutnya, bahkan matanya hampir tak berkedip kala hujan semakin turun mulai lebat.
Gunn yang melihat itu merasa frustasi, tak ada pilihan lain selain membiar kan stanley membawa paksa tubuh kecil florencia dari sana.
Dan pilihan itu harus ia pilih, dari pada nantinya flor akan jatuh sakit karna terkena hujan yang lebat.
Gunn pun menoleh, menatap ke arah mobil hitam yang menunggu mereka. Di mana di sana ada stanley asisten dari tuan besarnya yang menunggu untuk di mintai bantuan.
Setelah beberapa detik berpikir, gunn pun mengkode salah satu bodyguard untuk memberitahu stanley untuk segera keluar dan membawa paksa florencia untuk pulang.
Bodyguard itu pun mengangguk kecil, lalu mulai mengetuk pintu dan memberitahu pria di dalam mobil tersebut.
Tak menunggu waktu lama, pria berusia 27 tahun itu pun turun dari mobil. Melangkah dengan tegas ke arah nona muda yang terlihat duduk dengan tubuh yang mulai menggigil karna kedinginan sebab dirinya sendiri lah yang tidak ingin di payungi.
Tatapannya tajam, wajahnya datar dengan garis rahang yang sempurna. Memiliki fitur wajah yang tampan namun mengeri kan jika sedang kesal atau marah.
Pria tampan itu mendekat, sedikit merendah kan tubuhnya di samping florencia yang tampak tak bergeming sedikit pun.
"Pulang." Satu kata itu lolos dari bibir stanley, dengar arti meminta florencia untuk ikut pulang bersamanya.
Yang mana suara berat dan tegas tersebut, ternyata berhasil membuat florencia mendongak kan wajah sebab suara itu yang sangat mirip dengan suara daddy nya.
"Daddy?!." Panggilnya membuat stanley mengerut kan alis karna bingung, sebab ia memang baru kali ini bertatap muka secara langsung dengan cucu dari tuannya ini, di karena kan jarak kota tempat mereka berada dan keluarga northon yang sangat jarang mengunjungi ayahnya.
Tangan kecil itu terulur, meraih rahang kokoh milik stanly sembari air mata yang kembali turun. Dia mendekat, semakin membuat pria itu bingung namun tak menghindar.
Dan detik selanjutnya, tubuh florencia ambruk yang dengan sigap di raih oleh kedua tangan stanley.
Gadis kecil itu pingsan, membuat gunn yang berada di belakang tubuh stanley sedikit menjerit khawatir saat melihatnya.
Dengan langkah cepat, gunn menyemat kan payung yang ia pegang di atas kepala stanley yang saat ini sudah mengangkat tubuh florencia berjalan ke arah mobil.
Dan tak lama dari itu, mobil tersebut pun sudah bergerak meninggalkan pemakaman yang di iringin oleh hujan yang semakin deras.
Di dalam perjalanan mereka, berapa kali stanley terdengar menghela nafas berat akibat dirinya yang saat ini tengah di tempeli oleh florencia yang sedari tadi tidak ingin jauh dari tubuh pria itu.
Stanley sudah berusaha agar nona muda tersebut berpindah pada gunn untuk di pangku, sampai mereka tiba di rumah gadis itu.
Namun sayang, flor sangat erat melilit kan kedua lengannya pada leher stanley dengan kepala yang di sandar kan pada bahu lebar tersebut. Membuat sang empu hanya bisa bersabar, walau pun dalam hati ia benar benar merutuki karna tak nyaman dan juga tidak terbiasa melakukannya.