NovelToon NovelToon
Pertukaran Jiwa: CEO Kejam Menjadi Istri Teraniaya

Pertukaran Jiwa: CEO Kejam Menjadi Istri Teraniaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Romansa / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti
Popularitas:21.5k
Nilai: 5
Nama Author: Santi Suki

Rachel sering mendapatkan siksaan dan fitnah keji dari keluarga Salvador. Aiden yang merupakan suami Rachel turut ambil dalam kesengsaraan yang menimpanya.

Suatu hari ketika keduanya bertengkar hebat di bawah guyuran hujan badai, sebuah papan reklame tumbang menimpa mobil mereka. Begitu keduanya tersadar, jiwa mereka tertukar.

Jiwa Aiden yang terperangkap dalam tubuh Rachel membuatnya tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada sang istri selama tiga tahun ini. Begitu juga dengan Rachel, jadi mengetahui rahasia yang selama ini disembunyikan oleh suaminya.

Ikuti keseruan kisah mereka yang bikin kalian kesal, tertawa, tegang, dan penuh misteri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Dua pelayan itu masih menelungkup di lantai. Tubuh mereka gemetar di antara sisa keberanian dan rasa malu yang membungkus wajah mereka.

“Ada apa ini?” tanya Nenek Hilda, suaranya bergetar menahan emosi dan penasaran. Sorot matanya tajam, menelisik dari kepala hingga kaki Rachel.

Rachel berbalik perlahan, lalu menyilangkan tangan di dada. Dengan tenang dan suara datar, ia berkata, “Aku hanya memberikan sedikit pelajaran kepada mereka, Grandma.”

Kata-kata itu menusuk udara seperti bilah pisau. Terdengar santai, tapi berisi ancaman yang tak tersembunyi.

Aiden tercengang. Matanya membelalak, mulut menganga setengah terbuka. Ia menyaksikan langsung bagaimana Rachel membalas perlakuan yang selama ini sering di anggap sepele. Tubuh Rachel yang dulu ringkih, kini berdiri tegak dengan aura seorang penguasa.

"Ternyata ... suamiku hebat," batin Aiden dalam kekaguman yang tak bisa disembunyikan. Entah kenapa, ia merasa ingin memberikan tepuk tangan atau setidaknya acungan jempol kepadanya.

Aiden melangkah maju, mencoba mempertahankan citra sang tuan rumah. Ia memainkan peran sebagai suami dengan gaya bicara yang angkuh, mengangkat dagu seperti biasanya. “Kesalahan apa yang mereka lakukan padamu, hm?” tanyanya dengan nada yang dibuat-buat seketus mungkin, meniru gaya Aiden saat sedang memarahi istrinya.

Rachel membalas tatapan itu. Matanya menyipit, andai bisa ia ingin sekali menjitak kepala Aiden saat itu juga. Namun, ia menahan diri—sementara.

“Mereka menyuruh aku mencuci bekas memasak,” sahut Rachel sengit. “Aku ini Tuan—eh, Nyonya rumah ini! Bisa-bisanya mereka memperlakukan aku seperti pembantu!” lanjutnya, suara meninggi dan penuh gertakan. Seolah menjadi singa betina yang terusir dari sarangnya, lalu kembali untuk menggigit siapa saja yang berani mengusiknya.

Ruangan itu seketika sunyi. Hanya terdengar suara napas tertahan dari semua orang yang ada di sana. Nenek Hilda dan Hillary saling menatap, saling bertanya-tanya lewat tatapan yang tak terucap. Mereka berdua merasa ada yang aneh—Rachel yang ada di depan mata mereka seperti bukan Rachel yang mereka kenal.

Mulut mereka menganga. Hilang kata-kata. Perubahan Rachel begitu mencolok, seperti seseorang yang kerasukan sesuatu.

Kedua pelayan yang masih berada di lantai itu menunduk dalam-dalam, mencoba menelan rasa takut yang menghimpit dada mereka. Mata mereka mencuri pandang ke arah Rachel, seakan ingin memastikan bahwa yang berdiri di hadapan mereka bukan iblis yang menyamar.

Hillary melangkah perlahan mendekati Nenek Hilda. Wajahnya pucat, suara bisiknya lirih penuh cemas. “Bagaimana ini, Grandma?”

Nenek Hilda menelan ludah. Matanya tak lepas dari Rachel yang kini menatap mereka seperti ratu di singgasananya.

“Kita harus diam,” jawabnya pelan. “Jangan bertindak apa pun ... untuk sekarang.”

Ada ketakutan dalam nada suaranya. Bukan hanya karena Rachel berubah menjadi berani, tapi karena aura yang terpancar dari tubuh wanita itu. Bukan lagi aura lemah. Melainkan sesuatu yang menakutkan dan sulit dijinakkan.

Aiden, yang memperhatikan gelagat mencurigakan dari Nenek Hilda dan Hillary yang sedang berbisik-bisik dengan kepala menunduk dan bahu saling merapat, perlahan memiringkan tubuhnya. Ia menyandarkan sebelah tangan ke meja, lalu mendekatkan telinganya, seolah ingin menjadi bagian dari percakapan rahasia mereka.

Kepalanya bergerak pelan, mendekati arah suara. Mata menyipit, ekspresi serius, seolah sedang menyimak berita penting dari dunia lain. Napasnya ditahan agar suara debar jantungnya tidak mengganggu fokus. Dalam batinnya, ia berharap bisa menangkap satu atau dua kalimat utuh yang bisa memberikan petunjuk tentang apa rencana diam-diam mereka terhadap Rachel—yang, ironisnya, adalah dirinya sendiri.

Sementara itu, Rachel yang berdiri di sisi seberang, menyipitkan mata. Kepalanya ikut maju sedikit, lalu matanya menatap tajam—memberi kode keras pada Aiden agar berhenti bersikap mencurigakan.

Namun, pria itu tidak menggubrisnya. Malah memasang wajah datar seolah tidak melihat isyarat dari sang istri.

"Awas kau, Rachel!" batin Rachel dengan mendidih, menggerutu kesal kepada Aiden—yang kini bertingkah seperti dirinya sendiri saat sedang menyebalkan.

Aiden tiba-tiba berdeham dua kali, keras dan penuh maksud. “He-em ... he-em! Rachel, ayo, kita makan! Di meja makan sudah tersedia banyak makanan,” serunya dengan nada mencolok, mencoba memecah ketegangan dan mengalihkan perhatian semua orang.

Sambil berkata begitu, Aiden mengulurkan tangan kepada Rachel. Gesturnya manis, nyaris seperti pasangan romantis. Berbeda dengan wajah Rachel sama sekali tidak menggambarkan suasana hangat—yang ada hanya ekspresi dingin, seolah tangannya sedang menyambut musuh bebuyutan.

Begitu mereka berdiri bersebelahan, Rachel menunduk sedikit, lalu berbisik dengan nada sengit, “Kamu sebagai suami seharusnya bisa bertindak tegas. Pecat kedua pelayan itu sekarang juga.”

Aiden mengangkat alis, tertegun sejenak. Lalu, membalas dengan suara pelan namun santai, “Kenapa harus aku? Kan, kamu yang menggaji mereka. Mereka tidak akan mendengar ucapanku.”

Rachel langsung memukul pelan lengan Aiden dengan gemas—walau dalam tubuh suaminya, ekspresinya tetap terlihat seperti seorang istri yang kesal pada suami ceroboh. “Kau ini bodoh!” desisnya. "Sekarang ini kamu yang berada di dalam posisiku, kepala keluarga Salvador."

Aiden menggaruk kepala yang tidak gatal, lalu menyeringai. “Oh, iya-ya! Aku lupa lagi,” ujarnya kikuk dengan tawa lepas yang membuat Rachel semakin jengkel.

Rachel langsung menyipitkan mata, menatap Aiden seperti ingin menelannya hidup-hidup. “Jangan pasang wajah seperti orang bodoh! Kamu mau menghilangkan wibawaku sebagai seorang Salvador, hah?”

Wajah Aiden berubah masam. Ia mendesah, lalu menyeringai dengan bibir terangkat sebelah—senyum yang penuh ejekan. Meski kini ia berada dalam tubuh istrinya, Aiden merasa Rachel tetap saja galak tiada tandingannya, tak peduli dalam tubuh siapa ia bersemayam.

Baru saja Aiden membuka mulut hendak melontarkan kalimat pemecatan kepada dua pelayan yang sedang merapikan piring dengan wajah pucat, tiba-tiba suara Nenek Hilda memotongnya tajam.

“Aiden,” ucap wanita tua itu dengan suara khasnya yang lembut tapi mengandung tekanan, “nanti malam ada undangan pesta dari keluarga Bone. Jangan lupa, kamu harus menghadiri acara itu!”

Suasana seketika berubah. Rachel—yang tadi masih ingin meninju Aiden—mendadak tersentak. Pesta dari keluarga Bone adalah acara penting. Ia hampir lupa bahwa dalam dunia bisnis, pertemuan sosial seperti itu sama pentingnya dengan rapat dewan direksi. Di sana akan berkumpul para pengusaha papan atas dan investor potensial. Pesta itu adalah ajang membangun koneksi sekaligus menjaga reputasi keluarga Salvador.

Rachel menunduk pelan, matanya menerawang. Ia tahu ini bukan sekadar pesta. Ini ujian pertama bagi Aiden—dalam tubuh Rachel—untuk tampil sebagai istri keluarga Salvador yang karismatik dan cerdas.

Sementara itu, Aiden hanya mengerjap bingung. Ia melirik Rachel yang kini tampak merenung. Wajahnya berkerut, bibirnya bergerak-gerak pelan, seolah sedang menghitung langkah di dalam pikirannya.

“Apa yang harus kulakukan di sana nanti?” bisik Aiden panik.

Rachel menoleh perlahan, menatap suaminya dengan mata tajam. Ia tahu, peran mereka kini bukan sekadar bertukar tubuh—tetapi juga bertukar tanggung jawab, harga diri, dan wibawa.

***

1
Ratih Tupperware Denpasar
lanjut kak/Pray//Pray/
Susi Akbarini
karena Tuhan Maha adil...

mendengar srmua doa dan kesakitan Rachrl..
supaya mata Aiden tervelek pada pendeeitaan Rachrk selama ini..
😀😀😀❤❤❤❤
Tasmiyati Yati
mungkin biar mereka bisa merasakan kehidupan satu sama lainnya biar tidak selalu bertengkar karena fitnah orang orang sekitar nya
Ita rahmawati
mungkin supaya kamu tau penderitaan yg dialami rachel,,pertukaran itu secara lgsg membuka matamu yg selama ini tertutup
Ita rahmawati
siapkah itu 🤔
Ita rahmawati
terus aja lakuin apa yg kamu mau hill biar di masukin penjara secepatnya sm aiden
Ita rahmawati
males gtu hel,,ngapain belajar bisnis emang kalian akan selamanya tertukar 🤦‍♀️🤣
Hasanah Purwokerto
Biar Aiden bs merasakan penderitaan Rachel..
Karena selama ini Aiden ga pernah percaya dg Rachel,,tp mudah diperdaya org" disekelilingnya
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
Astaga...ya kalian biar bisa akur🤣🤣
Dan bisa ngerasain di cambuk nenekmu
juwita
biar km merasakan apa yg Rachel derita selama ini
Esther Lestari
ya supaya kalian bisa merasakan dan mengalami apa yang selama ini terjadi tanpa kalian tahu dan supaya kalian bersatu kembali sebagai suami istri😊
Sukhana Ana lestari: Itu semua udah kehendak yg diatas biar kamu ngalami & ikut merasakan apa yg Udah Rachel alami selama jd istrimu Aiden.. selama ini kamu ga pernah percaya sm sm omongan Rachel atas perlakuan duo parasit..
total 1 replies
partini
buat mata kamu terbuka ga merem terus kasihan dong istri mu lanjut Thor 👍👍👍👍👍🥰🥰🥰
Tasmiyati Yati
siapa tuh, laki laki apa perempuan oh jangan jangan si ulat bulu Sandra
Tasmiyati Yati
lawan hilary dengan elegan Rachel biar dia kena mental
Susi Akbarini
lanjutttt ...
❤❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
siapa ituuuuu...
😀😀😀😀❤❤❤❤
Noor hidayati
sandra si ulat bulu
Noor hidayati
senangnya selalu ada balasan balik pada hilary
juwita
ulat bulu Sandra x ya
sryharty
pasti si sandrong grandong
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!