NovelToon NovelToon
Pemburu Para Dewa

Pemburu Para Dewa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sistem / Kelahiran kembali menjadi kuat / Akademi Sihir / Harem / Elf
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ex_yu

Mati sebelum kematian, itulah yang dirasakan oleh Jeno Urias, pria usia 43 tahun yang sudah lelah dengan hidupnya. keinginannya hanya satu, mati secara normal dan menyatu dengan semesta.

Namun, Sang Pencipta tidak menghendakinya, jiwa Jeno Urias ditarik, dipindahkan ke dunia lain, Dunia Atherion, dunia yang hanya mengenal kekuatan sihir dan pedang. Dunia kekacauan yang menjadi ladang arogansi para dewa.

Kehadiran Jeno Urias untuk meledakkan kepala para dewa cahaya dan kegelapan. Namun, apakah Jeno Urias sebagai manusia biasa mampu melakukannya? Menentang kekuasaan dan kekuatan para dewa adalah hal yang MUSTAHIL bagi manusia seperti Jeno.

Tapi, Sang Pencipta menghendaki Jeno sebagai sosok legenda di masa depan. Ia mendapatkan berkah sistem yang tidak dimiliki oleh siapa pun.

Perjalanan panjang Jeno pun dimulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ex_yu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6. Target Pertama.

Bab 06. Target Pertama: Arbelista sang Ksatria Suci.

Keluar dari batas terakhir hutan Pegunungan Pemangku Dunia, Jeno Urias dan rombongan Tim Serigala Pemburu disambut oleh pandangan yang membuat jiwa bergetar: awan debu membubung di kejauhan seperti napas naga yang menggelora, disertai gema langkah ribuan kaki kecil yang mengguncang tanah hingga ke tulang sumsum.

"Itu..." Rinka menghentikan langkahnya, alisnya mengerut dalam ketakutan primitif yang mengalir dari gen leluhurnya. Insting Beastkin-nya berteriak akan bahaya.

Dari celah lembah yang menganga seperti mulut neraka, ribuan Goblin keluar seperti banjir kehijauan yang mencemari bumi. Mereka bergerak dalam formasi yang mengindikasikan kecerdasan yang jauh melampaui kemampuan normal ras, mereka bersenjatakan belati kasar yang berkilau dengan racun, panah kayu yang runcing seperti taring ular, tombak dan pentungan yang terbuat dari tulang makhluk yang tidak dikenal. Dipimpin oleh puluhan Hobgoblin dengan tubuh tinggi besar dan geraman buas yang memecah keheningan seperti lagu kematian.

Namun yang paling mengerikan datang belakangan, Bugbear, makhluk raksasa berkulit hitam legam dengan otot yang mencuat seperti batu karang, gigi seperti taring babi hutan yang bisa merobek baja, dan mata merah yang menyala dengan kebencian yang telah mengkristal selama berabad-abad. Setiap langkah mereka meninggalkan jejak yang dalam di tanah, seolah tanah itu sendiri mengerang di bawah beban kebencian murni mereka.

"Mereka menuju ke Velden," gumam Ren dengan suara yang bergetar seperti dedaunan di tengah badai. "Dan jumlahnya… jauh melebihi penyerbuan biasa. Ini bukan serangan biasa, mereka bisa menghancurkan kota."

Rinka menelan ludah, tenggorokannya kering seperti padang pasir. "Setiap bulan biasanya ada satu atau dua serangan goblin… tapi kali ini, jumlah mereka seperti pasukan perang yang terkoordinasi."

"Dan itu…" bisik Kael, si pemanah sihir, sambil menunjuk ke arah bayangan tinggi di barisan musuh dengan tangan yang bergetar. "Ada tiga Bugbear dalam satu kelompok."

Ren menghela napas cemas, napasnya membentuk kabut putih di udara dingin. "Satu saja sudah cukup untuk menghancurkan gerbang luar kota. Kita cuma petualang peringkat C, dan bahkan itu belum cukup melawan makhluk seperti itu. Kita akan mati dalam hitungan detik."

Jeno mendengarkan diam-diam sambil mengaktifkan [Mata Dewa Penilai], kemampuan yang memungkinkannya melihat esensi sejati dari segala sesuatu. Sekilas, ia melihat status keempat rekan barunya. Rinka dan Ren adalah yang paling seimbang, HP dan MP mereka tergolong tinggi untuk peringkat C, menunjukkan latihan bertahun-tahun yang keras.

Uniknya, setiap dari mereka memiliki sistem yang berbeda dan sederhana. Kael memiliki sistem Busur Angin Berbisik yang memungkinkannya menembakkan panah dengan kecepatan suara, Toma sistem Pembaca Jejak yang bisa melacak target cerdas, dan Doru sistem Doa Minor yang memberikan berkah perlindungan kecil namun konsisten.

Namun, sesuatu dalam kata-kata Doru menarik perhatian Jeno dengan intensitas yang mengejutkan.

"Kota Velden bukan milik kerajaan atau faksi," kata gadis penyembuh itu lirih, suaranya seperti bisikan hantu. "Kota itu dikelola oleh Fraksi Netral, jadi tidak punya pasukan elit seperti Paladin atau Penyihir Agung. Mereka hanya memiliki… Arbelista, Kesatria Suci dari Faksi Cahaya."

Begitu nama itu diucapkan, panel sistem Jeno tiba-tiba muncul tanpa perintah, melayang di udara dengan cahaya yang menyilaukan mata.

------

[MISI UTAMA SISTEM YANG MUSTAHIL DIPERBARUI]

- Target Pertama: Arbelista, Kesatria Suci.

Deskripsi: Faksi Cahaya telah menyalahgunakan nama kebenaran demi kepentingan elit yang busuk. Mereka telah mengubah cahaya menjadi tirani, berkah menjadi belenggu, dan keadilan menjadi kesewenang-wenangan. Tugasmu adalah mengungkap dan mengalahkan para Kesatria Suci yang membusuk dalam kesombongan mereka sendiri.

Tujuan:

- Identifikasi kekuatan dan kelemahan Arbelista melalui observasi langsung dalam pertempuran.

- Intervensi dalam konflik dengan caramu sendiri, bukan sebagai pahlawan, melainkan sebagai kekuatan yang menentang kemunafikan.

- Bunuh, pecundangi, atau hancurkan reputasi Arbelista dengan cara yang akan diingat sepanjang sejarah.

Hadiah:

- Sistem Profesi Baru: [Anti-Saint: Pengingkar Cahaya]

- Skill Langka: [Nullify Blessing] – Membatalkan semua buff dan berkah dari entitas ilahi

- 500.000 Koin Sistem Pengalaman

- Opsi membuka Profesi Khusus Tersembunyi.

Peringatan: Melawan Kesatria Suci akan menandai eksistensimu sebagai musuh resmi Faksi Cahaya. Semua pengikut Dewa Aetherian akan menganggapmu sebagai ancaman eksistensial. Tidak ada jalan kembali setelah ini.

------

Jeno menatap layar sistem itu dengan senyum miring yang mendinginkan udara di sekitarnya. "Dunia ini… tidak berbeda jauh dari Bumi," batinnya dengan nada yang dipenuhi kekecewaan filosofis. "Kekuasaan yang korup, agama yang diselewengkan, dan kebenaran yang dijual kepada penawar tertinggi."

Sementara itu, Kael menunjuk ke arah gerbang kota Velden dengan jari yang bergetar. "Lihat… mereka keluar!"

Dari kejauhan, tampak seorang pria menunggang kuda putih yang bercahaya seperti marmer hidup, tubuhnya dibalut zirah berkilauan yang memantulkan sinar matahari dengan intensitas yang menyilaukan. Diikuti oleh tiga ratus prajurit dengan lambang Matahari Bersayap di dada mereka: lambang itu seharusnya melambangkan harapan, namun kini terlihat seperti mata yang menatap dengan sombong.

Di pundaknya, jubah putih mengalir seperti sayap malaikat yang terkontaminasi oleh kesombongan. Di pinggangnya tergantung pedang besar bercahaya suci yang berkilau dengan aura yang seharusnya suci, namun entah mengapa terasa dingin dan menjijikkan.

Yang paling menyebalkan adalah ekspresi wajahnya, sangat sombong dengan dagu terangkat tinggi, seolah langit pun harus menunduk padanya. Matanya menatap ke bawah pada segala sesuatu, seolah dunia ini hanyalah panggung untuk menunjukkan kehebatannya sendiri.

"Itu dia," bisik Toma, sang pelacak, dengan suara yang hampir tidak terdengar. "Arbelista."

"Prajurit-prajurit itu… hanya peringkat D. Mereka takkan bertahan melawan gelombang sebesar ini," komentar Rinka lirih, matanya dipenuhi dengan belas kasih untuk para prajurit yang akan mati sia-sia.

"Dan Arbelista?" tanya Jeno dengan nada yang datar namun mengandung keingintahuan yang berbahaya.

"Peringkat A," jawab Rinka dengan suara yang bergetar. "Tapi… kekuatannya diperkuat berkah dari Dewa Cahaya. Semua musuhnya akan mengalami efek 'Takut' hanya dengan mendekatinya. Konon, dia tak bisa dikalahkan… kecuali oleh kegelapan yang tak bisa dinilai oleh dewa mana pun."

Rinka menambahkan dengan nada yang semakin gelap, menjelaskan bahwa Arbelista sang Kesatria Suci terlalu sombong dan sewenang-wenang terhadap rakyat dan ras yang dianggap rendah. Ia memperlakukan Beastkin seperti binatang peliharaan, Elf seperti budak cantik untuk dipamerkan, dan manusia biasa seperti debu di bawah sepatunya. Tetapi, wali kota Kota Velden, Rai Recaldo, membiarkan semua ini karena membutuhkan perlindungan Arbelista dari ancaman monster.

"Kesatria Suci dan Pahlawan Suci mendapatkan dukungan dari Agama Aetherian dan Katedral Agung, mereka memuja Sang Cahaya Tertinggi," lanjut Rinka dengan nada yang dipenuhi ketidakpercayaan. "Siapa pun yang memujanya akan mendapatkan kekuatan. Tapi dengan kekuatan itu, mereka juga menjadi sombong yang melampaui batas kemanusiaan."

Jeno tersenyum tipis mendengarnya, senyuman yang mengandung kebijaksanaan kelam dari seseorang yang telah melihat bagaimana kekuasaan mengkorupsi jiwa.

Angelina Urias, asisten sistem, menyela dengan suara menggoda di pikirannya: "Tuan Jeno, Target Pertama sangat sombong. Tapi data ilahi menunjukkan, dia hanya menang karena diberkati, bukan karena kemampuan asli. Jika berkahnya dihilangkan… dia hanyalah manusia keras kepala dengan ego seukuran naga namun kemampuan seukuran semut."

Ren menatap debu pertempuran yang mulai naik seperti kabut kematian. "Apa kita akan bantu kota?"

Namun sebelum siapa pun menjawab, langkah Jeno sudah melaju ke depan dengan determinasi yang membuat udara bergetar. Setiap langkahnya meninggalkan jejak kecil di tanah, namun jejak itu dipenuhi dengan aura yang membuat rumput di sekitarnya layu seketika.

"Dia mau ke sana sendirian?" gumam Kael tak percaya, matanya membulat dengan campuran kagum dan takut.

Rinka menatap punggung pria itu, merasa bulu kuduknya berdiri dalam peringatan primitif yang mengalir dari darah Beastkin-nya. Ada sesuatu yang salah, sesuatu yang jauh lebih berbahaya dari monster mana pun yang pernah ia hadapi. "Bukan… dia bukan mau membantu kota."

"Lalu?" tanya Doru cemas, suaranya bergetar seperti daun yang akan gugur.

Rinka menatap mata mereka satu per satu dengan tatapan yang dipenuhi ketakutan eksistensial. "Sepertinya dia datang… untuk menantang cahaya itu sendiri."

Jeno Urias mendengar percakapan mereka dan menoleh dengan ekspresi yang tampak tidak bersalah, namun matanya mengandung kedalaman yang tidak bisa dipahami. "Aku hanya ingin mendaftar diri ke Serikat Petualang," katanya dengan nada yang tenang namun mengandung sesuatu yang membuat mereka semua merasa tidak nyaman.

Padahal tujuannya mendaftar hanya untuk menjual hasil buruan, karena ada sesuatu yang ingin dibelinya di sistem sebelum menghadapi Arbelista, ia ingin mengubah jalannya pertempuran tanpa mengeluarkan kekuatan aslinya, sesuatu yang akan menunjukkan kepada dunia bahwa cahaya yang palsu harus dihadapi dengan kegelapan yang murni.

Di kejauhan, suara tanduk perang mulai bergema, menandakan dimulainya pertempuran yang akan menentukan tidak hanya nasib Kota Velden, tetapi juga masa depan keseimbangan kekuasaan di dunia Atherion.

Arbelista mengangkat pedang sucinya tinggi-tinggi, cahaya yang memancar darinya menyilaukan mata. Namun bagi Jeno, cahaya itu tampak pucat dan rapuh, seperti lilin yang akan padam terhembus angin badai.

Pertempuran antara cahaya dan kegelapan akan segera dimulai. Dan kali ini, kegelapan tidak akan datang dalam wujud monster atau iblis, melainkan dalam wujud manusia yang telah melihat kebenaran di balik kedok kesucian.

1
black swan
...
Kang Comen
Udh OP malah gk bisa terbang ????
Situ Sehat ??!
Kang Comen
lah mkin trun jauh kekuatan nya....
Buang Sengketa
masih pingin baca petualangan excel 😁
Stra_Rdr
kerennnn🔥🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!