NovelToon NovelToon
Terpaksa Menjebaknya Karena Cinta

Terpaksa Menjebaknya Karena Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Cengzz

"Aku nggak punya pilihan lain." ucap adel
"Jadi kamu memang sengaja menjebakku?" tanya bima dengan nada meninggi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cengzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 1

"Ayah, bangun, ayah! Ini udah jam setengah 6, ayah, nanti kesiangan loh, berangkatnya!" Suara wanita yang terus berteriak-teriak membuat laki-laki yang bernama Bima Erlangga, terusik dari tidurnya.

Pria itu menggeliat, membuka matanya yang terasa berat, secara perlahan, sepasang matanya mengerjabkan-ngerjab, memandang sosok wanita cantik yang kini berdiri disamping ranjang, sedang menatap kearahnya.

"Hoam!" Bima menutup mulutnya yang menguap, "5 menit lagi, ya, nak, ayah masih ngantuk banget!" Ucap Bima dengan suara khas orang bangun tidur, tangannya meraih bantal disampingnya, dan menutupi mukanya, suara dengkuran halus terdengar.

"Ayah! Jangan tidur terus, nanti kebablasan loh!" Kesal gadis yang bernama Ardelia berkacak pinggang,

"Ayah!" Panggil Ardelia lagi, namun, bima tak menjawabnya, membuat gadis itu jengkel.

"Ayah! Bangun, gak! Cepetan bangun!" Ardelia mengguncang lengan bima kuat-kuat memaksa pria itu untuk segera bangun dari tidurnya.

"Ayah!! Gak usah pura-pura tidur, deh! Jangan ngeselin Napa!" Omel Ardelia menarik bantal yang menutupi muka bima secara paksa. Hingga bantal itu terlepas dari tangan bima.

Bima tersentak, bangun dari tidurnya, dengan muka yang masih mengantuk, ia mengubah posisinya menjadi duduk, kepalanya menunduk. Bima mengumpulkan seluruh nyawanya yang masih nyangkut dialam mimpi,

"Ayah!" Rengek Ardelia.

"Ada apa del?! Hm?!" Tanya bima perlahan mendongak menatap gadis berparas cantik didepannya, dengan rambut panjang yang dibiarkan tergerai.

"Mandi sana yah! Nanti kesiangan loh, kekantornya, apalagi ini hari Senin, jalanan macet banget yah, emangnya ayah gak kekantor, apa?!" Tanya Ardelia duduk disamping ranjangnya.

"Emangnya ini jam berapa?!" Tanya bima balik. Mengerjabkan matanya.

"Jam setengah 6, ayahku!" Gemas Ardelia. Bima mengganguk pelan.

"Kamu gak sekolah?!" Tanya bima suara serak khas bangun tidur.

"Sekolah, yah!"

Bima mengucek-ngucek kedua matanya. "Terus kenapa belum siap-siap?! Hm?!" Tanya bima lembut.

"Gak usah mikirin, adel, yah, Adel mah gampang, bisa nanti, siap-siapnya...... adel pengen bangunin ayah, dulu, biar nggak tidur terus," kata Adel menghela nafas berat.

"Gampang gimana?! Cewek tuh biasanya dandannya lama loh, bisa 1 jam! Beda sama cowok! Sisa mandi 2 menit, udah bisa langsung berangkat!" Bima heran dengan perkataan Adel yang mengampangkan dirinya.

"Hah?! 2 menit?! Mandi apaan itu yah! Itu mandi atau cuci muka!" Pekik Ardelia terkejut.

"Mandi kilat!" Balas bima nyengir. Ardelia mendengus kesal.

"Ishhh, jorok banget sih! Pasti mandinya gak bersih itu! Kotoran masih nempel ditubuh, aku yakin kalo orang mandi cuman segitu, bakalan bau badan! Bau asem!" Ardelia menutup hidung dengan ekspresi jijik.

"Gak juga ah, itu mah tergantung tubuhnya, pola makan juga menentukan bau badan, Adel, rata-rata orang bau badan itu karena, gak menjaga pola makan sehat, mereka banyak mengkonsumsi makanan junk food, itulah yang bikin bau badan, itu sih, setahu ayah!" Ujar bima menggaruk pelipisnya.

"Masa sih, yah?!" Adel mengerutkan keningnya, bima mengganguk-nganggukan kepalanya.

"Buktinya, ayah! Ayah itu sering jaga pola makan, makanya tubuh ayah gak bau!" Kata bima lagi,

"Alah, bisa aja bohongnya, aku yakin tubuh ayah juga bau banget! Bau acem!" Ejek Ardelia menjulurkan lidahnya.

Bima mengendus-endus tubuhnya yang wangi menurutnya, lalu beralih menatap Adel. "Cium aja nih, kalo gak percaya! Sewangi apa tubuh ayah! Biar kamu yakin kalo ayah ini wangi banget" Pinta bima enteng.

"Gak mau yah!" Ardelia menggeleng dengan pipi yang memerah, "aku percaya kok, kalo ayah emang wangi banget! Makanya aku suka wangi tubuh ayah!" Ardelia membuang mukanya kesamping, sontak bima mengerutkan keningnya saat mendengar jawaban Ardelia.

"Kamu suka cium-cium ayah?!" Tanya bima penasaran.

Ardelia menggeleng pelan, tanpa berani menatapnya. "Kok malah bahas gituan sih, yah!" Lirih Adel. Bima masih terdiam mengamati gelagat Adel yang mencurigakan menurutnya, apa ada yang disembunyikan oleh Adel terhadap dirinya.

"Kamu ga-"

"Aku mau mandi dulu, yah!" Potong Adel beranjak dari kasur, bergegas keluar ruangan, langkahnya terhenti.

"Ayah, kalo mau makan nanti, makan aja ya! Kebetulan Adel udah masakin sarapan, buat ayah! Bye, ayahku yang ganteng!" Ucap Adel melenggang pergi meninggalkan bima yang melongo diatas kasur.

"Adel, Adel, ada-ada aja tingkah kamu, itu! Nak!" Bima turun dari ranjangnya, keluar dari kamar, dengan langkah tergesa-gesa ia menuju kamar mandi. Didalam kamar mandi, ia masih tidak mengerti dengan sikap Ardelia yang tampak aneh selama ini.

Ardelia Maharani, atau yang biasa dipanggil dengan Adel itu, panggilan Adel khusus untuk orang-orang terdekat saja seperti bima.... Ardelia Maharani, dia anak adopsi bima atau istilah kasarnya, anak pungut, bima mengadopsi dia sejak masih bayi,

Bima mengadopsi Ardelia saat dirinya baru menginjak umur 16 tahun. saat itu. Sebuah tragedi kecelakaan dialami kedua orangtuanya, dari situlah awal mula  kehidupannya hancur dan terpuruk sedalam-dalamnya, semangat yang menggebu-gebu sirna begitu saja, tidak ada artinya lagi hidup sejak kedua orang tuanya meninggal. dimana saat kejadian itu bima mendapatkan informasi dari orang kepercayaan ayahnya, jika kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan tragis. Mobil yang dikendarai kedua orang tuanya masuk kedalam jurang, sampai-sampai mobil itu meledak, hancur tak tersisa.

Bima tentunya masih belum percaya, dia mau mencari bukti terlebih dahulu tentang kecelakaan itu, ia ingin memastikan apakah ucapan orang kepercayaan keluarganya ini benar atau tidak, bima mencari bukti tentang informasi itu dibantu oleh orang kepercayaan yang mengatakan bahwa kedua orang tuanya meninggal, orang kepercayaan keluarga bima waktunitu mengajaknya kelokasi kejadian, sesampainya dilokasi kejadian, banyak orang yang mengerubungi tempat itu, berbincang-bincang dan mengatakan jika ada mobil yang masuk kedalam jurang, ada salah satu mereka yang mengenal pemilik mobil itu, sebelum mobil tersebut hangus. Bahkan ada beberapa orang-orang yang memfoto mobil tersebut saat masuk kedalam jurang yang cukup dalam dibawah sana.

dengan hati yang cukup gelisah, Bimapun menanyakan kebeberapa orang disana dan ada beberapa petugas yang tengah menginvestigasi, ada salah satu dari Meraka yang mengatakan jika pemilik mobil tersebut, yaitu, dengan nama......(Orang tua bima) Tentunya bima agak syok disitu mendengarnya, namun ia masih mengelak dan malah membentak-bentak orang itu, hingga ada beberapa massa disana yang ikut menimbrung dan mengatakan hal yang sama, karena, mereka tahu siapa pemilik mobil berwarna hitam dengan plat nomor...... Bima disitu terhenyak, perasaannya seketika campur aduk.

"I-ini mas, saya ada foto mobilnya!" Kata salah satu laki-laki menunjukkan foto. Sontak bima melihat foto yang dimaksud oleh laki-laki itu,

Seketika Matanya melotot sempurna, wajahnya pucat, jantungnya seolah berhenti berdetak, hatinya tersayat, aliran darah seolah-olah berhenti saat menyaksikan foto tersebut, tanpa sadar air matanya jatuh beruntuhan. Bahkan kakinya terasa tak bertulang, hingga ia bertekuk lutut dijalan.

"Gak, gak mungkin, gak mungkin!" Teriak bima menangis frustasi. Ia merasa hidupnya hancur berantakan, ditinggal mati oleh kedua orang tuanya.

Bima menangis tersedu-sedu sambil berteriak-teriak, tentunya ia masih belum yakin dengan kenyataan ini, disela-sela menangis, bima memukuli kepalanya, meremas rambutnya frustasi.

Beberapa warga yang melihat bima depresi berat akibat kejadian ini, berusaha membantu menenangkannya, orang kepercayaan keluarga bima pun ikutan menenangkan tuannya yang tengah terpuruk ini,

"Lepas!" Teriak bima saat tangannya ditahan oleh orang kepercayaan.

"Tu-tuan, jangan menyakiti diri anda sendiri!" Katanya tak peduli dengan bima yang meraung-raung dan memberontak, meminta dilepaskan.

"Katanya mamah sama ayah berjanji untuk tetap hidup, demi menjaga bima dan merawat bima, hiks... terus, kenapa sekarang kalian malah ninggalin bima, Kenapa?! Kenapa kalian malah ingkar janji!!" Teriak bima terisak, dadanya terasa sangat sesak, sampai-sampai dirinya sulit untuk menghirup udara.

Bima terus menangis-nangis disitu, ia merasa hidupnya sudah tidak berarti lagi saat kedua orangtuanya meninggal, pikirannya terhimpit oleh beban berat ini, ia masih sulit menerima fakta menyakitkan ini, sangat sulit, bagaimana tidak, baru beberapa jam sebelum kejadian, ia bertemu kedua orangtuanya yang ingin pergi, dan berpamitan kepadanya.

"Mah, pah, kapan pulangnya?! Jangan lama-lama ya! Bima kangen!" Kata bima berharap.

"Nak! Jaga diri kamu baik-baik ya! Mamah sama papah mau pergi dulu! Mungkin mamah sama ayah bakal pergi dalam waktu yang cukup lama! Sayang," tutur ibunya bima waktu itu.

"Lamanya kapan, mah, pah?!" Tanya bima lembut.

"Entah, sayang, mungkin lama banget! Kayaknya mamah, sama papah, gak bakalan pulang kerumah, nak," Kini ayah bima yang menjawab seperti itu. Bima menghela nafas dan mengganguk pasrah,

Sebelum orang tuanya berangkat bima memeluk keduanya sangat erat bak melepaskan rasa rindu yang begitu berat, sebenarnya bima tidak rela ketika orang tuanya pamit pergi, entah mengapa hatinya diliputi kegelisahan. Firasat tidak enak, muncul disela pelukannya, bima yang merasa was-was memohon kembali, agar keduanya tidak pergi, tetapi, yang namanya orang tua selalu menjelaskan jika ini mengenai bisnis dan menyakinkan kembali bahwa mereka akan baik-baik saja sampai tiba dirumah.

Larangan yang cukup membekas diingatannya, antara Kesal, kecewa, sedih dan banyak lagi perasaan-perasaan yang berkecamuk di dalam dirinya. Kenapa tidak nurut aja sih? Kenapa harus pergi? Bima masih belum bisa menerima takdir pahit ini.

"Pergilah! Aku butuh waktu sendiri!"

Bima menyuruh bawahannya untuk meninggalkan dirinya seorang diri, ia ingin menenangkan diri terlebih dahulu. namun, bawahannya ragu dan tak yakin dengan permintaan bima, alhasil bawahannya tidak menuruti. Tak menyerah sampai situ, Bima memohon kembali, sampai berjanji-janji kepada bawahannya, jika dia akan baik-baik saja nanti, ia hanya butuh ketenangan dan butuh waktu untuk sendiri kali ini, ayolah. bima terus meyakinkan bahwa dirinya tidak akan melakukan tindakan macam-macam. Sang bawahan pun menuruti permintaannya, kalo bima terus dikekang saat terpuruk begini, bisa-bisa majikannya itu stres berat.

Bima berjalan dengan langkah lunglai, tanpa tahu arah tujuannya, kepalanya terus menunduk menatap aspal jalanan, ia merenungi nasibnya sendiri yang cukup naas, disela-sela renungannya, ucapan kedua orang tuanya sebelum pergi, terus terngiang-ngiang didalam benaknya, membuat bima kembali bersedih. Mengingat itu semua.

"Pantesan, aku merasakan kegelisahan dan firasat buruk! Ternyata, ini penyebabnya ya!" Mata bima berkaca-kaca.

"Lama banget ya, mah, pah, perginya?! Sampe-sampe mamah sama papah pergi meninggalkan bima sendirian disini dalam waktu yang lama banget!" Bima menghela nafas berat. " Bukan lama lagi, kalian pergi dan tidak akan pernah kembali lagi!" Bima meneteskan air mata, dengan cepat ia mengusap airmatanya.

Tak mau lama-lama bersedih, bima terus melangkah melewati beberapa bangunan, jalanan begitu sepi, pepohonan rindang ada dikanan dan kiri, entah dirinya sudah berada dimana kali ini, bahkan jalanan yang tadinya aspal berubah menjadi tanah. Yang dipenuhi bebatuan kerikil.

Pria itu mendongakkan kepalanya, celingak-celinguk kekanan dan kekiri, ingin mengetahui dirinya sudah dimana. Bima tersentak saat melihat pemandangan ini, didepannya banyak ilalang-ilalang yang cukup tinggi, kanan kirinya pepohonan yang menjulang keatas.

"Aku, hampir dihutan!" Gumam bima kaget, matanya terus mengedar mencari sesuatu disana, sorot matanya tak sengaja menangkap sebuah bangunan besar disana, bangunan itu kosong, dinding catnya mengelupas, memperlihatkan lapisan bawah yang kusam dan retak, akar pohon besar mengantung dari atap yang runtuh, bagian kanan dan kiri dibawahnya, dipenuhi akar-akar kecil, bagian sudut-sudutnya dipenuhi bercak lumut, menandakan berapa lama tempat itu ditinggalkan. Jendela-jendela kaca, sebagian besar pecah, bangunan itu tidak memiliki pintu,

Bangunan itu sangat mencekam, bagi siapapun yang melihatnya, namun tidak dengan bima, ia merasa bangunan ini adalah tempat yang cukup baik untuk menenangkan hati dan pikirannya.

Perlahan ia melangkah menuju bangunan kosong itu, dengan langkah yang cukup hati-hati, karena, didepannya ada beberapa serpihan beling, yang bisa saja menancap dikakinya, walaupun ia memakai sepatu pun, tidak akan mempengaruhi beling itu untuk menancap, menembus kakinya.

Sesampainya didalam bangunan, bima melihat sofa bekas yang dipenuhi debu dan rusak. Ia duduk disana, tak peduli walaupun sofa ini rusak, ia menundukkan kepalanya, pandangannya kosong, hari ini menurutnya, hari yang cukup menyakitkan dan kelam disepanjang hidupnya, ia tidak akan melupakan hari ini, hari kehilangan kedua orang tuanya.

Disela-sela ia merenung, suara bayi menangis memecahkan keheningan, dan membuyarkan lamunannya,

"Suara bayi?!" Gumam bima bangkit dari duduknya, mencari-cari sumber suara. Namun ia tidak menemukan apapun dilantai bawah.

Suara tangisan bayi itu kembali terdengar, perlahan, sedang, kencang, semakin kencang, suara itu terdengar begitu melengking ditelinganya, seketika bima merinding, bulu kuduknya berdiri.

"Jangan-jangan...." Mata bima melotot membayangkan bayi itu makhluk halus. Ia ingin keluar dari sini, namun langkahnya terasa berat, suara bayi itu terus menangis mengusik hatinya.

"To-tolong, jangan bikin saya takut! Saya disini gak ganggu kalian kok! Saya cuma pengen nenangin diri doang!" Panik bima meminta maaf pada penghuni rumah kosong.

Suara bayi yang menangis tadi, terdengar merintih, memilukan hati, suara itu terus terdengar tanpa henti, bima semakin terusik, rasa takutnya kini berganti menjadi rasa penasaran.

Ia memasang telinganya baik-baik, mencoba mendengar dari mana suara bayi itu berasal, pandangannya seketika beralih kelantai atas, bima mengerti sekarang, dengan langkah tergesa-gesa ia menaiki anak tangga menuju keatas. Setibanya diatas, ia berlari kesana-kemari, mencari bayi tersebut, suara bayi kembali terdengar, bima tersentak dan menatap sebuah pintu kayu disampingnya.

"Kayaknya ini deh!" Bima mendekat, tangannya terulur memegang gagang pintu, perlahan ia membuka pintu,

"Bayi siapa ini?!" Matanya terbelalak, mulutnya mengganga saat pandangannya tak sengaja menangkap sosok bayi yang berbaring diatas kain usang. Bima mendekat, menelisik bayi itu, wajah bayi tersebut merah dan matanya sedikit terbuka, isakan tangisnya pecah dalam ruangan ini.

"Kasian sekali nasib dia! Masih kecil udah dibuang sama orang tuanya!" Bima terenyuh melihat kondisi bayi itu, tanpa pikir panjang ia mengambil bayi tersebut, dengan hati-hati, bima mengangkat tubuh mungil itu, seketika bayi itu terdiam, bima menghembuskan nafas lega, ia menelisik bayi itu, wajahnya begitu imut dan lucu, kulitnya putih bersih. Pipinya sedikit berisi. Hatinya mendadak sedih.

"Kasian sekali bayi ini, dia dari kecil sudah dibuang sama orang tuanya! Ditempat seperti ini, sedangkan aku, aku aja tidak pernah dibuang oleh orang tuaku, aku begitu disayangi dan dicintai oleh kedua orang tuaku, beda sekali dengan bayi ini, dia tidak mendapatkan apapun dari kecil...... Seharusnya aku bersyukur karena aku pernah merasakan hidup enak, sedangkan bayi ini, dari kecil...." Bima tak sanggup meneruskan perkataannya, air mata lolos dari sudut matanya. Mengenai kain si bayi.

"A-aku berjanji, aku akan merawat kamu, bayi kecil, seperti orang tua yang merawat anaknya sendiri, dan aku juga berjanji akan berperan sebagai ayahmu sendiri, dan kamu akan aku anggap sebagai anakku! Gimana?! Hm?!" Tanya bima tersenyum manis, tangan bayi itu bergerak, meraih pipi bima. Tangan mungil itu halus sekali saat menyentuh wajahnya,

"Kayaknya jenis kelamin bayi ini perempuan deh!" Gumam bima.

Bima berpikir sejenak untuk memberi nama untuk bayi tersebut,

"Ayah, akan memberi nama buat kamu, Ardelia Maharani, gimana bagus kan?! Nama ini akan menjadi bagian perjalanan hidupmu," bima mengecup pipi bayi itu gemas.

Takdir membawa bima kedalam keterpurukan, setelah kehilangan kedua orang tuanya, akibat kecelakaan tragis dimasa lalu, kejadian itu cukup membekas didalam benaknya dan menyisakan rasa traumanya mendalam. Namun dibalik luka dan trauma yang ia rasakan, disitulah tuhan mempertemukan dirinya dengan bayi kecil— Ardelia Maharani, ini bukan pertemuan biasa, tetapi pertemuan yang sudah digariskan oleh tuhan lewat takdir.

Kehadiran Adel dihidupnya bukan sekedar kebetulan, melainkan sebuah jalan yang dititipkan takdir untuk memberinya alasan baru, tuhan mengirimkan Adel untuknya, pasti ada alasan yang jelas.

Mungkin, kehadiran Adel dalam hidupnya bagai obat yang perlahan menyembuhkan luka, mengisi kekosongan, dan membawa cahaya di tengah kegelapan yang pernah menyelimuti hatinya.

Dibalik takdir pasti ada hikmah yang bisa dipetik, tidaklah tuhan menguji seorang hamba, melainkan sebatas kemampuannya saja.

Tuhan mencabut satu nikmat dalam hidup kita untuk menguji keimanan kita kepadanya, seberapa hebat kita dalam bertahan dan melewati ujiannya. jika kita berhasil melewatinya, tuhan akan mengangkat derajat kita dan menggantinya dengan kenikmatan yang melimpah diujung sana.

Tidaklah tuhan mengambil sesuatu yang berharga dari kita, kecuali menggantikannya dengan yang lebih baik.

Seperti nabi Ayub yang diuji selama 18 tahun, namun karena keteguhan dan kesabarannya dalam melewati ujian tersebut. Akhirnya ia mendapatkan nikmat terbesar dari Allah sebagai hadiah untuk keberhasilannya.

Balik lagi ke bima.

"Astaga, gue mau rawat bayi, terus nyusuinnya gimana? Masa harus....." Ucap bima bingung sendiri saat itu.

1
kalea rizuky
lanjut nanti Q kasih hadiah
kalea rizuky
pergi aja del kayaknya alex keluarga mu
Rana Syifa
/Heart/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!